32

408 58 2
                                    

"Jangan Felix!! Ini perhiasan bunda sama nenek!!"

Mendengar ribut-ribut diluar, kedua mataku langsung membuka. Padahal aku lagi asyik-asyiknya mimpi main gulat sama Om Daviz di tengah padang rumput hijau yang asri dan sejuk.

Praaannkkk...!!

Aku sempat menahan nafas selama beberapa detik, saat suara kaca yang dipecahkan itu terdengar.

Rumah Felix mendadak menjadi sangat hening. Aku cemas sekali, kalau sampai sesuatu yang buruk terjadi sama bunda dan neneknya Felix.

Cklek.

Felix masuk kembali ke dalam kamar. Aku harus pura-pura kembali tertidur.

"Gimana, ada gak uangnya? --- Gue butuhnya lima ratus juta --- apartemen bokap gue emang laku berapa?"

Wah-wah, ada yang lagi bernegosiasi tuh. Seandainya aja ada Om Gerald disini, pasti dia akan memamerkan otot tangannya yang kayak perbukitan itu.

"Hmmm, oke. Malam ini di tempat biasa."

"Felix ---" aku merintih sebisa mungkin.

Inilah kenapa aku suka sekali nonton film drama horor. Jadi, secara gak langsung aku bisa mempelajari akting para tokohnya yang cemerlang itu.

"Sayang ---" Felix membantuku duduk. Dia juga membantuku untuk minum. "Kamu tenang aja ya, malam ini aku pasti akan mendapatkan uangnya."

"Uang untuk apa, Felix?"

Felix mengusap lembut bibirku. Lalu kami berciuman selama beberapa saat.

"Aku kupasin apel ya?"

Aku menggeleng. "Felix, aku mau sate padang yang dijual sama bapak-bapak berkumis."

"Ya gak ada dong, sayang. Kan masih siang --"

"Yahh ---"

"Yaudah, aku cariin ya."

"Gak usah, Felix." aku peluk tubuhnya yang hangat dan wangi itu. "Aku mau disini aja berduaan sama Felix."

"Aku cari dulu ya. Aku gak bisa ngeliat kamu sedih dan murung terus, sayang."

"Felix, kalau nanti bunda ---"

"Bunda sama nenek lagi pergi. Mereka ada urusan keluarga di Sukabumi."

"Sungguh?!!"

"Iya, sayang." Felix menatapku heran. "Kamu kok kelihatannya senang banget?"

"Iya, dong. Soalnya gak ada lagi pengganggu yang bisa gangguin kita kalau lagi ngeseks nanti! Hhiihii.."

"Pokoknya kamu harus sembuh total dulu."

"Yahh ---"

"Nanti malam kita ke dokter ya?"

"Dokter, Felix?"

"Iya."

"Tapi, uangku ---"

Felix merebahkanku lagi. Dia kembali mencium bibirku. "Kamu istirahat aja ya. Aku mau cari sate padang kesukaanmu dulu."

"Terima kasih, Felix."

"Love u, sayang..."

"Love you, Felix keren..."





Sudah hampir tengah malam, Felix belum juga kembali. Aku bukannya mencemaskan dia. Aku sudah mengelilingi rumahnya, tapi aku masih belum bisa menemukan tempat rahasianya itu.

Di beberapa sudut ruangan pun, ada kamera cctvnya. Kalau begini, aku harus ekstra hati-hati dalam bertindak. Salah-salah bertindak, malah aku lagi yang di tusuk sama Felix.

CLOUDY 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang