1

2.4K 139 17
                                    

"Om Gerald...!!"

Aku berteriak sambil menutup mata saat kulihat pria dewasa itu lagi mengocok penisnya sambil melihat rekaman videoku dan dirinya yang lagi melakukan hubungan intim di Bali, dua pekan lalu.

"Mau aku potong terus aku jadiin makanannya si Blacky?"

Tanpa mengatakan apa-apa Om Gerald kembali merapihkan dirinya. Aku benar-benar heran dengannya. Dia sudah rapih dengan setelan kemeja formalnya, tapi kok iya bisa-bisanya dia bermasturbasi sendirian disaat jam sudah menunjukkan pukul tujuh tepat.

"Kita berangkat sekarang?" tanyanya yang langsung kuiyakan.

"Kemarin sore, kita udah ngentot di mobil. Terus pas malam sebelum tidur, kita ngentot lagi di bath tub. Terus tengah malam, Om Gerald diam-diam masukkin ke lubang aku pas aku lagi tidur. Terus pas mau subuh juga, kita ngentot di balkon. Nanti kalau persediaan air sperma Om Gerald habis, baru tahu rasa!"

Dia malah mengacak rambutku yang sudah kusisir sedemikian rapih ini. Aku gak mau, kalau sampai penampilanku berantakkan di hadapan teman-teman kampusku nanti. Apalagi aku ini kan anak hukum.

Hapeku bergetar. Panggilan video dari Om Rama.

"Loha pemilik Lee Company yang masih betah sendirian..."

'Nanti siang saya jemput kamu.'

"Om Rama kok masih pakai kimono, emangnya gak kerja?"

'Kerja. Ini juga baru selesai mandi.'

Kuarahkan layar iPhoneku ke arah Om Gerald yang sedang serius melihat dokumen digital di iPadnya.

"Om Gerald katanya mau mandi bareng lagi sama Om Rama."

'Gak sudi!'

Om Gerald melirik sekilas, lalu pura-pura cuek lagi. Tapi layar hapeku masih aku hadapkan padanya.

"Om Gerald itu adalah pria yang sangat gentlemen.  Di dalam mobil aja masih sempat memeriksa dokumen."

'Itu tidak ada hubungannya.'

"Temanku di kampus ada yang cantik, om. Namanya Revalia. Dia masih virgin. Kata Gilbert, kalau cewek virgin itu memeknya masih rapet dan kesat."

Om Gerald merebut hapeku dan dia langsung memutuskan sambungan videoku dengan Om Rama.

"Lama-lama kamu bisa rusak bergaul sama Gilbert."

"Memangnya aku mainan?"

Om Gerald mencubit pipiku sampai aku menjerit. "Kamu itu masih kecil. Om gak mau dengar lagi kamu bilang kata-kata jorok dan tidak pantas seperti tadi."

"Iya, Om Gerald."

"Kok iya-nya kayak terpaksa?"

"Aku janji Om Gerald yang sangat tampan, macho, dan berdedi upkasi tinggi pada dunia."

Sekarang gantian hape Om Gerald yang bunyi. Tapi dari romannya, aku tahu pasti yang telepon itu Om Rama. Soalnya wajah Om Gerald langsung masam gitu.

"Aku masih ada waktu dengan Cloudy sampai jam empat sore. Jadi tolong, hargai dan tepati janji yang telah kita berdua sepakati."

Klik.

Om Gerald menoleh padaku. "Kenapa? Kamu sudah gak sabar untuk menemui Rama?"

Kuangkat kedua jempol tanganku. "Om Gerald makin hari makin keren. Pipinya makin montok kayak pipi Gilbert dulu."

CLOUDY 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang