'Selamat pagi, Cloudy. Apa kabar kesayangan kakek?'
"Ehh kakek pengusaha yang semakin sehat dan brilian. Aku baik, kakek. Pasti kakek lagi liburan sambil melihat cewek-cewek seksi di pantai ya?"
"Kamu bicara apa sama kakek?" Om Rama mengajakku bicara.
'Kamu lagi di mobil sama Rama?'
"Iya, kakek. Aku sama Om Rama habis cari calon isteri buat Om Rama."
'Haahaahaa, ide yang sangat bagus Cloudy. Anak itu memang harus dicarikan isteri secepatnya, supaya bodohnya bisa hilang.'
"Cihh, dasar kakek tua. Tahu apa dia masalah isteri."
Aku tepuk pahanya Om Rama. "Jangan begitu. Nanti Om Rama mau dikutuk jadi centong nasi?"
'Memang mulutnya kotor dan kurang ajar. Pukul saja dia, Cloudy.'
"Oh iya, kakek tahu gak aku sama Om Rama lagi mau kemana?"
'Tidak, Cloudy.'
"Aku sama Om Rama lagi mau beli rumah. Tadi kita sudah lihat satu rumah. Besar banget. Tapi gak jadi, soalnya uang Om Rama kurang. Kayaknya dia itu sekarang malas bekerja. Terus, dia jadi bangkrut, kakek."
"Lama-lama saya gigit bibir kamu, Cloudy!" Om Rama nyambung lagi. "Rumah itu besar, tapi daerahnya banjir. Kamu mau kemana-mana pakai pelampung?"
'Kenapa tiba-tiba anak itu mau beli rumah? Bukannya dia lebih suka hidup egois di apartemen?'
"Aku yang suruh kakek. Aku bilang aja, Om Gerald aja punya rumah dua lantai yang besarnya kayak hotel. Udah gitu ada kolam renang sama kolam ikannya. Masa Om Rama yang lebih sukses, cuma punya apartemen seuprit. Sudah gitu kalau mau berenang aja mesti gantian sama penguhuni lain. Kan enggak ada estetika kehidupannya ya, kek?"
'Kakek dukung idemu. Selama ini dia itu mengumpulkan uang cuma tahunya buat hura-hura. Ke club malam, mabok-mabokkan dan bermain dengan banyak wanita.'
"Apa?! Mau ngerebut lagi hapeku?"
"Kita sudah sampai. Kamu mau bicara sampai kapan?"
"Kakek, nanti lagi aku telepon ya. Om Rama katanya gak berani pipis sendirian. Takut diculik sama pengamen katanya. Daaahhh kakek...!!"
'Dadah, Cloudy. Jaga dirimu baik-baik.'
Setelah menutup telepon, Om Rama menarikku dan mengacak rambutku seperti orang kesurupan.
"Sejak kapan saya takut sama pengamen?"
"Wahhh, rumahnya lebih bagus nih."
"Jelas. Karena standar saya itu tidak main-main."
Aku masih belum mau turun dari mobil. Meskipun rumah itu bagus banget, tapi aku ragu dengan kondisi finansial pria dewasa di sebelahku ini.
"Kenapa gak turun?"
"Aku malu kalau gak jadi lagi."
"Kamu jangan meremehkan saya."
"Om Rama turun aja sendiri sana."
Dia malah mengeluarkan hapenya dan menekan-nekan layarnya.
"Kamu lihat, ini simpanan uang saya di satu bank saja. Nominalnya ada berapa?"
Aku menghitungnya karena angkanya ada banyak banget. "Gak tahu, aku pusing."
"Tiga ratus tujuh puluh delapan miliar."

KAMU SEDANG MEMBACA
CLOUDY 2
JugendliteraturOm Gerald sama Om Rama sekarang musuhan. Jika Om Rama memiliki Lee Company, maka Om Gerald pun memiliki GE Company sebagai tandingannya. Lama kelamaan, tingkah mereka semakin kayak anak kecil dan membuat kepalaku hampir pecah. Bagaimana kalau misaln...