20

547 79 10
                                    

Kata si mbok, kakek lagi pergi ke Lee Company karena ada urusan mendesak. Sementara itu, Om Gerald juga udah berangkat kerja ke GE Company. Mereka berdua, perginya cuma beda sepuluh menitan aja.

Karena kondisi rumah aman, maka aku akan segera melancarkan aksiku untuk bisa keluar.

Hal pertama yang kulakukan adalah, aku menganbil dua tas kertas yang sudah kusiapkan dan kusembunyikan di dalam lemari bajuku.

Kalau kedua bodyguardku itu gak mau menerima baju dan jam tangan ini, maka terpaksa, akan kukeluarkan jurus pamungkas terakhirku.

Seperti dugaanku. Kalau kakek dan Om Gerald sedang pergi keluar, pasti rumah ini akan berubah jadi sepi sekali kayak kuburan.

"Nanti buatkan jus melon untuk Den Cloudy. Gulanya jangan terlalu banyak."

Aku langsung jongkok di balik vas bunga besar punya kakek yang ada di ruang tengah. Sebetulnya pintu keluar cuma tingga beberapa meter lagi, tapi --- aku harus waspada dengan mata si mbok yang tajam itu.

"Mbok, Tuan Gerald menelepon."

Ini adalah kesempatanku! Aku jalan merangkak menuju pintu samping. Karena itu adalah satu-satunya jalan keluar terdekat untukku.

Aku cepat-cepat bersembunyi di balik  pohon palem, lalu berpindah dari satu pohon ke pohon lainnya, seperti ninja yang sudah memegang sabuk hitam kejuaraan.

Mobil yang biasanya dipakai mengantarku ke kampus, ada di dekat pintu garasi. Hanya saja, kemana dua body guard kakek itu ya..?

Karena tidak ada siapa-siapa, maka kuputuskan untuk keluar dari persembunyianku. Tapi, ada yang aneh dengan salah satu mobil kakek itu. Aku lihat mobil kakek yang mahal itu, bergoyang-goyang seperti sedang terkena gempa!

Aku coba untuk menggoyangkan salah satu mobil kakek lainnya. Tapi mobilnya sama sekali tidak bergerak. Daun-daun juga tidak bergoyang.

Apa mungkin, mobil kakek itu konslet ya...?

Aku pun mundur kembali. Namun, punggungku rasanya seperti beradu dengan sesuatu. Kujulurkan tanganku ke belakang. Kupegang sebuah benda yang rasanya sangat licin itu.

"Sepatu siapa ya...?"

"Kamu lagi apa, Ody?"

Aku langsung menoleh ke belakang. Ternyata orang itu adalah Om Panda!

"Aku lagi ---" aku harus mencari alasan yang masuk akal. Sebab, gitu-gitu Om Panda adalah lulusan Universitas Harvard.

Om Panda melangkah melewatiku. Dia mendekati mobil kakek yang masih bergoyang-goyang karena konslet itu.

"Jangan mendekat, Om Panda! Nanti bisa mati kesetrum loh!"

Om Panda malah mengetuk-ngetuk jendela mobil itu. Aku mengikutinya. Kulihat wajah Om Panda malah seperti orang yang lagi marah.

"Mungkin habis dicuci, lupa dikeringin ya, om? Mangkanya bisa konslet."

Om Panda mengetuk-ngetuk kaca jendela mobil itu lagi. Namun sekarang, dia kelihatan benar-benar emosi.

Tak berapa lama, dua bodyguard kakek keluar dari dalam mobil itu. Rambut dan pakaian mereka kelihatan kusut.

"Ohh, pasti kalian tadi ketiduran di dalam terus mimpi lagi diserang bajak laut. Iya kan...?"

Om Panda mendekati kedua orang itu lalu berbisik-bisik. Aku tidak tahu apa yang dibisikkannya, karena kedua bodyguard kakek yang montok itu langsung pergi dengan tergesa-gesa.

Sekarang Om Panda berbalik menatapku. "Kamu mau kemana sudah rapih gini?"

"Keluar."

"Keluar kemana, Ody?"

CLOUDY 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang