29

410 63 3
                                    

"Ody, kakek ingin bicara denganmu..."

Hatiku lagi berbunga-bunga saat ini. Karena Felix baru aja membelikanku jam tangan bagus. Tapi, kalau semisal kakek mau membujukku untuk liburan sementara, jelas aku akan menolaknya. Karena prioritasku saat ini adalah, kuliah.

"Iya, kakek."

"Belakangan ini, kakek lihat kamu sering pulang telat."

Aku mengangguk. "Habis dari party-nya Bagas, tugas kuliah menumpuk, kakek."

Mata kakek menyipit. Beliau memandangi jam tangan baru yang sedang kupakai.

"Jam-mu bagus, Cloudy."

"Hmmm ---"

"Kakek juga lihat, ada banyak belanjaan di kamarmu."

"Kakek, sebetulnya ---"

"Kakek tidak pernah melarangmu untuk menggunakan kartu kredit dan atm. Tapi ---" kakek menatapku dalam-dalam. "Siapa yang membelikanmu semua barang itu?"

"Felix, kakek."

"Cloudy ---" wajah kakek berubah murung. "Kamu bahagia dengan anak itu?"

"Tidak." jawabku pelan.

"Kalau tidak, lantas ---"

"Aku cuma mau menghabiskan semua hartanya."

"Astaga, Ody. Kakek sungguh tidak paham dengan maksudmu."

Tidak ada siapa-siapa lagi selain aku dan kakek, di ruang kerjanya ini. Dan mungkin, ini adalah saatnya aku menjelaskan semuanya pada kakek.

"Cloudy ---"

"Kakek tahu, siapa yang sudah membuat Om Rama terluka parah?"

"Apa kamu tahu, Cloudy?"

Aku mengangguk. "Bukan cuma mencelakai Om Rama. Tapi, orang itu juga yang mencelakai pacarnya Om Rama, Daniel, dan juga --- ibu tiriku dan kedua anaknya."

"Siapa dia, Cloudy?! Siapa orang itu?"

"Felix."

Kakek terdiam. Begitu juga denganku. Suasana menjadi sunyi dan hening sekali.

"Jika kakek mau membantu, tolong rahasiakan hal ini dari siapapun."

"Cloudy ---"

"Kakek tenang aja, ya. Felix gak akan berani macam-macam kok."

"Kakek tidak mau kehilanganmu, Cloudy! Anak itu sangat berbahaya!"

"Kakek ---" aku tatap wajah kakek dalam-dalam. "Keluarkan aku dari rumah ini."

"Apa!?" Kakek melotot. Wajahnya berubah jadi tegang dan pucat.

"Usir dan keluarkan aku dari rumah ini."

"Tidak! Kakek tidak akan melakukannya!"

"Kakek ---" aku raih tangannya yang tua dan lemah itu. "Setidaknya sampai aku berhasil mendapatkan semua hartanya Felix."

"Harta?! Memang, apa lagi yang kamu inginkan, Cloudy?! Katakan saja sama kakek!"

"Kakek, aku juga minta tolong supaya kakek bicara dengan pihak kampus, agar mereka mencabut beasiswaku."

"Cloudy ---" mata kakek berkaca-kaca. "Jangan tempatkanmu dirimu dalam bahaya..."

"Jangan kasih tahu Om Gerald sama Om Pandawa ya, kakek. Aku mohon..."

"Ya Tuhan, Cloudy. Bagaimana kalau kamu sampai terluka..."

Aku menghela pelan. Kuambil flashdisk dari dalam dompetku. "Kakek, maaf kalau aku tidak bisa secepat kilat menyelesaikannya."

CLOUDY 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang