Manusia hanya bisa berencana,
Tuhan yang memutuskan.
~~~
.
.
.
.
.Siang hari saat musim kemarau jelas membuat siapapun enggan untuk keluar rumah atau berpanas-panasan di bawah teriknya si surya. Terlebih lagi buat kaum rebahan seperti Flo yang hobi banget nempel sama kasurnya. Tapi hal itu jelas kalah tandingannya kalau disandingkan dengan Citra yang katanya pengen curhat, masalah cowoknya--as sodara gadungan Flo.
Flo langsung ngibrit ganti baju dan bersiap ala kadarnya sebelum caw dari rumah.
"Dek, mau ke mana kamu?!" Ibu Flo--Zura, heran melihat anaknya yang buru-buru ingin keluar disaat panas-panasnya.
"Mau makan sama Citra, lama pokoknya." Flo meraih tangan Zura dan mencium punggung tangannya. "Adek pamit, assalamu'alaikum!" Dia segera beranjak keluar rumahnya.
Flo segera mengendarai motor kesayangannya dengan kecepatan ngibrit menuju tempat yang di share Citra.
Saat Flo sampai di cafe tempat yang Citra share padanya tadi, dia langsung heboh sendiri. "Kenapa Cit? Lo ada masalah apa?" Tanya Flo antara khawatir, penasaran, dan terburu-buru yang bersatu padu.
Citra dengan raut kesedihannya langsung menundukkan kepalanya. "Gue nggak bakal lagi sama Chandra." Citra mendongakkan kepalanya menatap Flo dengan matanya yang memerah.
Terlihat jelas jejak air mata di wajah ayu Citra.
"Maksud lo? Berantem lagi?" Flo tertawa hambar. "Ntar gue coba bantu ngomong deh sama Chandra."
Citra meraih tangan Flo. "Nggak gitu Flo. Gue... Beneran udahan sama Chandra."
Wajah Flo berubah serius. Dia mengernyitkan keningnya. "Kenapa?"
"Dia udah ngomong sama keluarganya, dan dia... Beneran nggak boleh."
Flo kembali tertawa sumbang. "Ya jelaslah dia nggak boleh!" Flo jadi emosi mendengar intro cerita Citra.
"Dia disuruh nikah sama yang se-agama, dan dia juga bakalan pindah dinas. Jadi dia pikir, emang sebaiknya udahan aja." Citra melirik pada Flo, melihat bagaimana respon gadis itu. "Gue pikir, gue juga nggak bisa kalo LDR-an terus."
Flo hanya bisa menghembuskan napasnya pasrah. "Ya udah sih, kalo kalian dah mutusin kayak gitu." Flo mengangkat bahunya. "Kalian yang jalanin."
❀❀❀
Sepulangnya Flo dari ketemuannya dengan Citra, dengan sangat kebetulannya Chandra menghubungi Flo malam harinya.
"Halo?" Flo sebenarnya juga masih malas dengan Chandra, mengingat cerita Citra tadi.
"Hei, Sister."
"Ada apa?"
Terdengar dari sebrang telepon sana Chandra yang menghembuskan napasnya. "Lo hari ini ketemuan ya, sama Citra?"
"Hmm." Jawab Flo dengan malasnya.
Chandra juga hanya diam.
"Bro, lo beneran putus sama Citra?" Tanya Flo yang sudah tidak tahan lagi.
"Gue sama Citra nggak pernah pacaran ya."
"Ya maksud gue itu. Terserah kalian bilangnya apa." Flo bodo amat sama istilah hubungan Citra dan Chandra. "Kalian beneran udahan? Nggak bakal lagi balik, lanjut, jalan terus sampe tol apa gimana gitu?"
Sejenak Chandra hanya diam. Ia sudah tahu tabiat Flo yang suka ceplas-ceplos dan emosional. "Ee... Ya. Kita udahan."
Flo menghembuskan napasnya. "Astaga. Jadi cuma segini aja perjuangan lo?"
Chandra hanya menghembuskan napasnya. "Ya, mungkin cuma sampe sini aja cerita gue sama Citra. Gue nggak bisa lanjutin."
"Ya terus gimana sama janji lo?! Lo bahkan juga ngomong sendiri kalo lo..."
"Sorry Sis, gue nggak bisa. Orang tua gue nggak ngebolehin." Chandra merendahkan suaranya, ada kesedihan dan kekecewaan juga dari suaranya itu.
"Orang tua tetep yang utama." Flo teringat dengan ucapan Chandra tadi, jadi ia pikir ceritanya dengan Chandra pun juga cukup sekian. "Dan, lo bilang cerita lo cuma sampe segini aja sama Citra. Jadi ya..."
"Gue harap kita tetap bisa kayak gini." Potong Chandra sebelum Flo melanjutkan kalimatnya, jelas dia tau maksud ucapan Flo itu.
"Nggak ada yang namanya bekas sodara, Bro." Jawaban Flo jelas berbeda dengan maksud hatinya. Setelah ini, dia berniat untuk tidak akan sesering dulu berhubungan dengan Chandra.
Chandra hanya bisa tersenyum mendengar ucapan Flo itu. "Ya." Chandra teringat dengan Citra. "Btw, Citra gimana?"
"Jelas nggak baik. Dia bilang nggak akan semudah itu Bro. Enam tahun sama-sama, dan sekarang harus putus gitu aja. Dia juga bilang sendiri kalo pasti bakal susah buat move."
"Iya. Gue nitip Citra ya, jagain dia."
"Citra tu sobat gue! Tanpa lo suruh juga udah pasti gue jagain! Apalagi dari buaya-buaya predator kayak lo."
Chandra hanya tertawa mendengar balasan Flo itu. "Ya udah, dah malam. Tidur sana lo!"
"Iya-iya, lo juga cepet tidur! Bye!" Flo langsung memutus sambungan telpon mereka.
Flo hanya bisa memandangi ponselnya, yang masih menunjukkan profil dari kontak Chandra. Kenapa juga sih kalian mesti putus? Padahal kalian tu dah cocok. Tinggal lo aja Bro, jadi mualaf. So, beres kan?
Flo menghembuskan napasnya. "Tapi ya emang nggak semudah itu pindah agama. Nggak mau juga gue kalo lo mualaf cuma karena Citra." Flo mendongakkan kepalanya menatap langit malam dari balik jendela. "Apapun yang terjadi sama kalian, yang paling gue harapin cuma kalian tetap bisa bahagia gimana pun juga. Bukan lo yang mualaf karena diri lo sendiri atau yang lainnya, Bro."
❀❀❀
.
.
.
Akhirnya bisa bikin cerita ini juga😙😙😙Makasih buat readers dah mau mampir tengokin sini,
Mohon dukungannya ya gaes, semoga we bisa rajin sama cerita ini sampe tamat😊
Btw btw pulaaa maap bet dah ya kalo bahasanya jauh bet dari EYD
Cause, nulis cerita ini tu kayak mau curcot aja tapi nggak kesampean😆
POKOKNYA, Happy reading gaes💕💕
KAMU SEDANG MEMBACA
There's My Future
ChickLitKRITERIA PASANGAN IDAMAN FLO = 1. Jelas yang beriman dan se-iman, dan paham agama, 2. Badannya jelas lebih tinggi dari Flo, 3. Lebih tua, dewasa, pengertian, dan bertanggung jawab, 4. Kalem, nggak sombong, nggak pecicilan, dan nggak pelit, 5. Bukan...