Siang kali ini cafetaria kantor terasa lebih ramai dari biasanya. Dan kenyataannya memang kayak itu. Bahkan Gea cs juga harus menunggu meja kosong dulu, karena semua mejanya terisi penuh.
"Huh, akhirnya ada juga yang kosong." Tutur Gea yang udah duduk pahit di kursinya.
"Tumben banget rame. Biasanya juga nggak kayak gini kan ya?" Tanya Flo memperhatikan sekelilingnya.
"Ya. Tumben banget." Tambah Meta.
"Teman-temanku yang cantiq jelata, ni makanannya dah dateng." Diana kelihatan seneng banget datang dengan membawa pesanannya dan cs-nya yang lain.
"Akhirnya, nggak perlu lagi nunggu kelamaan." Flo membantu Diana menaruh makanan mereka di meja.
"Yuhuuu... Bakso sama es jeruk gue." Komuk Gea yang tadinya kusut langsung balik cling rapi lagi.
"Emang nggak ada duanya kenikmatan ini." Meta juga dilanda kelaparan setelah menunggu antrian seperti menunggu kepastian dari cemewewnya dulu.
"Eh, Flo. Kemarin Ivan nanyain lo." Ujar Gea tiba-tiba ditengah asyiknya menikmati makanan mereka.
Jelas aja Meta dan Diana mendengarnya, lebih-lebih Flo. Bahkan si Flo sampai tersedak nasi soto yang ditelannya. "Ya ampun." Flo terbatuk-batuk.
Bukannya disodorin minum, Gea justru menertawakan terbahak Flo. Yang nyodorin minum ke Flo justru Diana yang duduk di depan Flo. "Nih. Minum dulu." Diana sebiasa mungkin mendatarkan mukanya biar nggak ikut ketawa.
"Asem! Nasinya masuk hidung gue!" Seru Flo yang langsung mengambil tisu dan berusaha mengeluarkan sebiji nasi dari hidungnya. "Nih!" Flo menunjukkan sebiji nasi yang sudah berpindah di tisu pada ketiga temannya itu. "Mubadzir kan jadinya!"
"Jorok Flo!" Meta yang jijik langsung mengalihkan matanya.
"Ya udah, lo makan lagi aja tu." Timpal Gea dengan santuynya.
"Nggak mau lah! Asinnya kebangetan." Tolak Flo yang langsung meremas tisunya itu dan menyingkirkannya.
Gea kembali tertawa.
Emang sih ya, bahasan mereka itu jorok banget. Tapi namanya juga alumni teknik, nggak ada itu yang namanya jijik. Ospek nya aja mereka disuruh makan sampe habis tak bersisa, termasuk juga perkara nasi yang udah jatuh di tanah, tetep disuruh masukin itu ke mulut.
"Btw," Diana langsung mencuri atensi temans-nya.
"Kenapa Mbak?" Tanya Flo penasaran.
"Iya, kenapa Di?" Tambah Gea yang juga penasaran.
"Si Ivan ngapain nanyain Flo? Mau ngajak balikan?" Lanjut Diana.
Flo yang mendengarnya langsung diam. Dia pura-pura nggak dengar dan milih khusyuk sama sotonya aja.
"Oh, itu." Seulas senyum Gea tunjukin. "Amora-amoranya sih, iya." Gea menoleh pada Flo. "Dia minta nomor lo tuh."
Flo langsung menghentikan aktivitasnya. Sesuap nasi di tangannya yang mau masuk mulut terurungkan. Dia balik menoleh pada Gea. "Lo nggak kasih kan?"
Gea yang dengar justru cengengesan.
"Kok diem aja si Ge?" Tanya Meta ikut penasaran.
"Jangan bilang lo..." Diana ikut menatap sengit Gea.
"Ya nggak dong," Jawab Gea dengan watadosnya. "Nggak mungkin gue tolak buat ngasihnya."
"An..." Hampir aja Flo mengumpat, tapi nggak jadi. Itu cuma gara-gara matanya yang nggak sengaja liat Mas Kalem-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
There's My Future
ChickLitKRITERIA PASANGAN IDAMAN FLO = 1. Jelas yang beriman dan se-iman, dan paham agama, 2. Badannya jelas lebih tinggi dari Flo, 3. Lebih tua, dewasa, pengertian, dan bertanggung jawab, 4. Kalem, nggak sombong, nggak pecicilan, dan nggak pelit, 5. Bukan...