Begitu Flo sampai rumah, ternyata emang Cakra belum sampe juga. Tapi nggak lama setelah itu suara mesin mobilnya Cakra terdengar. Cakra dan Izza masuk ke rumah nggak lama dari itu.
"Assalamu'alaikum Buk," Cakra menyalami Zura, ibunya.
"Wa'alaikumsalam, Mas. Gimana kabarnya?"
"Baik, Alhamdulillah."
Zura liat keberadaan Izza yang cuma diam di depan pintu. "Itu, siapa?" Mata Zura nggak lepas perhatiin Izza.
Cakra menoleh ke arah yang dituju Zura. "Oh, itu Izzal. Temen kantornya Gea."
Zura tersenyum pada Izza, yang dibalas juga sama Izza dengan canggung. Izza nervous gaes, ketemu ibu camer. "Izza, Bu," Izza mendekat ke Zura dan kemudian ngulurin tangannya buat nyalamin Zura.
Zura dengan senang hati membalas uluran tangan Izza dan mempersilakannya buat duduk. "Gimana perjalanannya Nak?"
Cakra ikut duduk di sebelah Zura.
Izza cuma senyumin doang denger pertanyaan Zura itu.
"Nggak enak Bu. Sepanjang perjalanan ngadepin orang ngambekan terus." Sahut Cakra yang langsung dapet pelototan dari Flo.
Zura langsung menoleh ke Cakra. "Siapa yang ngambek?"
"Itu, Eca." Jawab Cakra dengan tampang watadosnya.
Zura langsung beralih ke Flo. Gadis itu juga utang penjelasan padanya kenapa bisa pulang diantar Helmi. "Loh, Dek. Kenapa?"
Flo bingung buat menjawabnya. "Emm... Nggak kok Buk, nggak ada apa-apa. Tadi tu, Adek ketemu Bang Helmi di rumah Mbak Gea. Ya udah, sekalian aja minta dianter sama Bang Helmi. Mas Cakra soalnya lama sih." Flo nyoba nyari alasan biar nggak jawab pertanyaan terkait ucapan Cakra itu.
Zura cuma ber-oh ria. "Ya udah gih, bikinin minum dulu buat tamunya." Titah Zura itu langsung Flo laksanakan tanpa sepatah kata pun.
Flo langsung beranjak meninggalkan ruang tamu, dan Izza juga.
"Berarti, Nak Izza ini juga temen kantornya Eca ya?" Tanya Zura ngalihin pembicaraan.
Flo yang baru aja balik lagi dari dapur dan denger itu langsung menatap lurus ke Izza. Sedangkan Izza sendiri, sesekali mencuri liat ke Flo. "Iya Bu, temen kerjanya Adek. Silahkan Pak, diminum." Ujar Flo yang langsung disambut tawa Cakra.
"Mas, kenapa ketawa?" Tanya Zura heran.
Cakra gelengin kepalanya. "Ibu udah dikasih tau sama bapak belum?" Tanya Cakra.
"Soal apa?"
Cakra bukannya langsung jawab, justru sok drama deketin mulutnya ke telinga Zura. "Eca dah punya pacar." Jawab Cakra yang tetep aja bisa didenger Flo dan Izza.
Kening Zura langsung mengerut. "Beneran itu?"
Cakra berdecih. "Iya. Masa Ibu nggak percaya?"
"Ya gimana mau percaya, orang adekmu itu hobinya ngedempel terus sama Bang Helmi."
Flo yang denger itu jelas nggak terima. "Ish. Ibu!"
"Ya kan di sana nggak ada Bang Helmi Buk. Lagian Bang Helmi juga udah mau punya anak." Balas Cakra.
Flo berdecih. "Ish. Bang Sat!"
Cakra cuma ketawa denger itu. Sementara Izza cuma bisa senyum doang.
"Dek! Mulutnya dijaga!" Tegur Zura.
"Kasian loh Dek. Pacar lo haus penjelasan tuh, liat lo yang justru lebih milih ngintilin Bang Helmi."
Flo cuma mendengus, dan Izza jelas nahan diri buat tetep diem.
Zura langsung menatap tajam Flo. "Loh, pacarnya Eca jadi ikut ke sini juga? Kok nggak ikut ke sini sekalian? Kamu nggak mau kenalin pacar kamu ke Ibu? Ibu kan juga mau ketemu dan kenalan sama caman Ibu yang paling ganteng." Zura nggak terima diginiin, bisa-bisanya Flo nggak ngenalin sekalian pacarnya ke dia.
Izza jelas aja terkekeh denger semburan Zura.
"Caman apaan Buk?" Tanya Cakra nggak paham.
"Calon mantu." Jawab Zura sekenanya.
Flo mendengus. "Ish, Ibu mah." Flo menimbang-nimbang, sebelum akhirnya dia berdiri dan pindah duduk di sebelah Izza.
Zura cuma ngerutin keningnya liat tingkah aneh Flo. "Loh, kenapa pindah Dek?"
Flo narik napasnya dan hembusinnya kasar. "Buk," Dia menepuk lengan Izza dan kemudian tangannya bertengger di sana. "Ini Mas Izza, temen kerjanya Adek, dan pacarnya Adek juga." Mata Flo cuma menatap lurus Zura.
Walaupun udah bisa prediksiin, tetep aja Izza kaget sama ucapan Flo. Sementara Zura cuma diem balas natap Flo dan liatin Izza bergantian.
"Beneran?" Tanya Zura nggak percaya.
"Iya, Ibu. Ini camannya Ibu yang katanya paling ganteng itu." Jawab Flo yakin.
Izza tersenyum canggung. "Iya Bu. Floressa, pacar saya." Seneng banget si Izza bisa ngomong gitu di depan camernya langsung. Perdana dipertemuan pertamanya sama Zura.
Zura cuma diem, matanya berkedip-kedip. Tapi kemudian matanya tertuju ke tangan Flo yang masih bertengger di lengan Izza. "Heh, Dek! Itu tangannya nggak usah modusin caman Ibu!" Zura langsung auto posesif ke camannya.
Dengan berat hati, Flo narik tangannya. Dia mendengus. "Cuma megang tangannya doang." Dumel Flo lirih tapi tetep masih bisa didenger yang lain.
"Halalin dulu baru boleh pegang-pegang!" Balas Zura galak.
Cakra langsung ketawa denger itu. Sementara Izza nahan buat terkekeh doang. "Ibu ngode, minta Eca biar cepet nikah ya?" Tanya Cakra mancing, padahal juga nggak ada ikan.
Flo yang denger itu jelas aja langsung menatap horor Cakra.
"Iya." Jawab Zura enteng. "Kalo nggak serius ya mending nggak usah pacaran sekalian."
"Nah, cocok tuh! Si Izza katanya juga mau melamar Eca, Bu. Tapi Eca nya malah mlempem."
Kicep! Flo cuma bisa diem.
Sementara Zura yang denger itu langsung menoleh ke Cakra dengan mata berbinar. "Beneran Mas?"
"Iya. Tanya aja sama orangnya Buk."
Zura kembali ke Izza dan Flo. "Itu beneran, yang dibilang Mas Cakra?"
Izza sekilas menoleh ke Flo sebelum balik lagi liat ke Zura. "Kalo Floressa nya udah siap Bu."
Zura nggak bisa sembunyiin senyumannya. "Semoga aja niat baiknya segera dikabulkan."
"Aamiin." Seru Cakra dan Izza barengan, tapi suaranya lebih kencengan Cakra.
Sementara Flo cuma bisa diam. Jujur aja, dia masih bimbang.
♡♡♡
.
.
.
.
.
.
.
Hey hey hey...
Kembali lagi bersama we, dan kebimbangan Floressa juga😌Apa disini ada yang bisa bantu Flo keluar dari kebimbangannya??? Pliss tell me, karena sejujurnya we juga bingung wkwkw
Btw, happy reading ya gaes🎉🎉
KAMU SEDANG MEMBACA
There's My Future
ChickLitKRITERIA PASANGAN IDAMAN FLO = 1. Jelas yang beriman dan se-iman, dan paham agama, 2. Badannya jelas lebih tinggi dari Flo, 3. Lebih tua, dewasa, pengertian, dan bertanggung jawab, 4. Kalem, nggak sombong, nggak pecicilan, dan nggak pelit, 5. Bukan...