(24) Demo

230 12 0
                                    

Hari terakhir di Jayapura, pekerjaan Flo dan rekan kerjanya yang lain juga tinggal sedikit doang. Setidaknya pekerjaan mereka nggak sebanyak hari-hari sebelumnya. Jadi ya setidaknya tetep masih ada sisa waktu buat mereka bersantai atau berlibur sebelum balik ke Jakarta.

"Kalian besok Senin nggak usah masuk kerja aja." Ujar Pak Dhanu saat mereka berkumpul jadi satu di lokasi.

"Eh, gimana Pak?" Adam masih gagal paham sama ucapan Pak Dhanu.

"Tiket pulangnya itu besok, jadi kalian ada waktu buat main dulu kalo mau." Tambah Pak Dhanu.

"Yes!" Adam hands up, yang langsung ngundang perhatian empat orang lainnya.

Sementara Adam yang diliatin dalam diam itu jadi salting sendiri. "Ehehe... Maap Pak." Malu sendiri lah dia jadinya.

"Oh iya, rancangannya kemarin itu ada disiapa?" Tanya Pak Nando ngalihin pembicaraan.

"Di saya Pak." Jawab Adam.

"Bisa saya lihat?"

"Bentar Pak." Adam langsung ngubrek barang bawaannya.

Sialnya, apa yang dicari Adam itu nggak ketemu. "Bentar Pak, kok nggak ada ya?" Adam masih aja ngubrek barang bawaannya.

"Bukannya kemarin lo titipin ke Floressa?" Tanya Izza mengingatkan.

"Oh iya." Flo ingat, dan sekarang rancangannya itu tidak dibawanya. "Itu, ada di saya Pak. Tapi lupa nggak saya bawa. Saya ambilin dulu aja ya?" Ujar Flo bersiap beranjak dari tempatnya.

"Eh, kalo gitu ntar aja di hotel. Nggak usah diambil."

"Tapi..." Flo tau, sebenernya emang Pak Nando butuh itu rancangannya sekarang. "Nggak papa Pak, saya ambilin aja." Flo segera beranjak dari tempatnya dan menuju tempat parkir.

"Saya anterin." Ucapan Izza langsung dapet penolakan.

"Nggak usah Pak. Saya sendiri aja nggak papa." Tolak Flo sopan.

Pak Dhanu dan Pak Nando cuma diam liat Flo dan Izza.

"Kamu mau naik apa?" Tanya Izza lagi.

Oh iya, Flo kan ngendarain mobilnya belum lancar. "Saya bisa pinjem motornya Pak Mandor." Kilah Flo, ya walaupun Flo belum lancar pake mobil, tapi kalo pake motor mah dia ahlinya. Flo bisa juga kok pake motor cowok, ya walaupun motor mandornya itu motor matic.

Izza yang denger itu cuma bisa hembusin napasnya. "Ya sudah, hati-hati."

Flo cuma nganggukin kepalanya. Dia kemudian segera mendekati mandor proyek pembangunan ini dan menuju tempat parkir.

Jarak lokasi ke hotel memang dekat sih, cuma sekitar 10 menitan aja. Tapi di tengah perjalanan, jalan yang dilewatin Flo itu di blokade oleh polisi. Firasat Flo tiba-tiba aja nggak enak. Dia tepiin motornya dan coba nanya ke orang terdekat yang ada di sana. "Ini ada apa ya Pak?" Tanya Flo pada salah seorang warga yang ada di dekat sana.

"Oh, ada demo di kantor kecamatan. Makanya jalanan di tutup sama polisi."

"Oh, jadi kalo mau lewat harus puter balik ya?"

"Iya, tapi jauh sekali."

"Oh, ya udah. Makasih ya Pak." Flo segera kembali ke motornya.

Waktu Flo berjalan menuju motornya, tiba-tiba aja tubuh Flo ditarik seseorang dan didekapnya. Satu tangan orang itu melindungi kepala Flo. Sementara Flo, dia merasakan benturan keras di keningnya. Setau dia, dia tu nabrak badan orang, tapi kenapa jidatnya bisa terasa luar biasa perih berbenturan sama badan orang?

Flo juga nggak bisa dongakin kepalanya buat liat siapa yang udah bikin jidat dia luar biasa perih kayak gini. Kepalanya masih dalam perlindungan tangan orang itu. Dan yang Flo tau juga, orang itu berpakaian serba hitam dan hampir semua tubuhnya tertutup dari atas sampai bawah.

There's My FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang