Karena Lisa udah mulai cuti lahiran, jadilah Flo yang menggantikan mengurus proyek di Papua yang sebelumnya dikerjakan Lisa. Padahal sekarang ini beberapa daerah di Papua juga lagi rawan konflik. Setelah Flo lihat lebih jelasnya lagi, untung aja lokasi pembangunannya itu jauh dari daerah rawan konflik dan akses ke lokasinya juga nggak sulit.
"Besok yang survei lokasi di Papua jadinya siapa aja?" Tanya Indra rekan satu ruangannya.
"Semuanya Pak, satu tim."
"Bukannya tim kalian tu yang kemarin ngerjain proyek di Karawang ya?"
"Iya, bener. Emangnya..." Flo langsung teringat, proyek di Karawang kan lagi bermasalah. Membuat tim yang ngerjain proyek itu mau nggak mau harus urusin itu. "Oh iya." Flo kelimpungan sendiri. Mana bisa dia kalo disuruh survei lokasi sendirian. "Aduh, gimana ini?"
"Coba kamu nanya Pak Dhanu aja deh. Siapa tau beliau dah punya solusinya." Saran Indra.
"Hm, iya Pak. Makasih sarannya." Flo mendongakkan kepalanya melihat ruangan Pak Dhanu. "Pak Dhanu di ruangan nggak ya?"
"Kayaknya masih ada tu." Jawab Indra melirik ke ruangan Pak Dhanu. "Ya udah, gue balik dulu." Indra langsung beranjak balik ke kubikelnya.
"Iya Pak, terima kasih."
Baru saja Flo akan ke ruangan Pak Dhanu, justru Pak Dhanu yang sudah lebih dulu mendatanginya.
"Pak Dhanu?"
"Ya." Pak Dhanu tersenyum. "Flo, besok kamu berangkat survei lokasinya sama Pak Fahri aja ya."
"Eh, terus yang lain gimana Pak? Nggak diundur aja?" Tanya Flo yang sebenarnya keberatan.
"Nggak bisa. Soalnya yang lain juga harus ngurus lagi proyek di Karawang, dan proyek yang di Papua kan sebenarnya udah dikejar waktu juga. Jadi mau nggak mau ya harus cepet digarap."
Flo tetap diam menimbang, sebenarnya dia masih keberatan. Cuma berdua doang lagi, lebih-lebih lagi itu cuma sama Pak Fahri yang notabennya belum diketahui Flo.
"Tenang aja, ini sama Pak Fahri kok. Jadi masih mendinglah walaupun cuma berdua."
Jujur-jujuran aja deh, Flo masih nggak tau Pak Fahri tu sebenarnya yang mana?
Flo menghembuskan napasnya pasrah. "Ya udah lah Pak. Mau gimana lagi?"
Pak Dhanu terkekeh melihat kepasrahan Flo itu. "Ya sudah, saya pergi dulu." Pak Dhanu melanjutkan jalannya.
"Iya Pak. Terima kasih infonya." Flo membungkukkan badannya menyambut kepergian Pak Dhanu.
Flo menghembuskan napasnya lagi. Mana bisa dia tenang gitu aja sama keputusan Pak Dhanu itu. Lebih-lebih lagi, Flo kepikiran dengan partner satu timnya untuk survei lokasi besok. Flo itu cuma meneruskan pekerjaan Lisa yang baru mulai cuti kemarin lusa, dan sampai saat ini dia masih belum tau pasti siapa aja yang menjadi partner setimnya untuk proyek di Papua itu.
Flo memang beberapa kali udah ikut rapat dengan timnya itu, tapi nggak pernah sekali pun rapat itu dihadiri oleh semua anggota timnya. Dan yang paling parahnya lagi, Pak Fahri yang katanya andalan itu belum pernah sekalipun ikut rapat dan diskusi secara langsung semenjak Flo bergabung. Katanya beliau lagi sibuk banget kalau pas jam kantor. Pak Fahri biasanya bisa gabung diskusi atau rapat hanya saat malam hari dan itu pun nggak ketemu langsung, cuma lewat zoom atau gmeet atau bahkan cuma nimbrung di grup chat.
"Hei!" Tiba-tiba saja Gea sudah bersandar di kubikelnya.
Flo segera tersadar dari lamunannya. "Ngagetin aja."
"Ngelamun aja lo." Ujar Gea masih memperhatikan Flo.
Flo hanya menghembuskan napasnya. "Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
There's My Future
ChickLitKRITERIA PASANGAN IDAMAN FLO = 1. Jelas yang beriman dan se-iman, dan paham agama, 2. Badannya jelas lebih tinggi dari Flo, 3. Lebih tua, dewasa, pengertian, dan bertanggung jawab, 4. Kalem, nggak sombong, nggak pecicilan, dan nggak pelit, 5. Bukan...