(57) JLEB!

271 16 3
                                    

Chandra yang bisa menjangkau Citra langsung aja meraih pundak cewek itu. "Dengerin gue dulu, Cit!" Chandra milih buat halangi Citra dari pandangan Flo dan Izza.

"Apa lagi?!" Citra mencoba buat nyingkirin Chandra dari hadapannya. "Minggir Chan! Gue udah bilang sama lo!"

Jelas aja Chandra nggak mau nurutin Citra. "Nggak! Lo nggak boleh. Lo salah paham!"

"Salah paham apa lagi?!" Citra jelas nggak mau ngalah, dia nyolot lah ke Chandra. "Udah jelas kan, cewek itu yang dengan murahannya deketin lo dan bikin hubungan kita hancur! Dia juga yang bikin kakak gue bunuh diri gara-gara pupus harapan sama cowoknya, pacarnya cewek itu!"

Chandra mengusap mukanya frustasi. "Astaga. Enggak Cit! Kenyataannya nggak kayak gitu! Kita putus bukan karena Eca dan bukan karena Eca juga kakak lo meninggal!"

Flo yang denger namanya dibawa-bawa jelas langsung berjalan menuju mantan sepasang kekasih itu. "Ncit, Chan." Flo nggak tau kenapa Citra bisa terlihat semarah itu. Dan lagi dari ucapannya itu, Citra menyalahkan dirinya. Dia nggak tau, kesalahan apa yang udah dia perbuat pada Citra. Kalo pun ada, dia rasa dia nggak sengaja.

"Dek, tunggu." Izza yang udah tau keadaan jelas mencegah Flo. Dia menahan tangan Flo biar nggak mendekat ke Citra dan Chandra.

"Apapun yang lo bilang, gue tetap sama tujuan awal gue. Lo nggak bisa halangin gue." Lirih Citra tegas menatap lurus Chandra.

Chandra jelas kalut denger itu. Dia tau apa yang dimaksud tujuan awal Citra itu. "A-a-apa. Nggak Cit. Jangan, lo nggak boleh lakuin itu!"

Citra maju selangkah, lebih dekat sama Chandra. "Kenapa enggak?" Citra mengambil pisau lipat dibalik tubuh Chandra.

Ya, Citra tau. Chandra selalu bawa pisau lipat atau pistol yang disembunyiin dibalik badannya.

Chandra yang menyadari itu jelas makin kalut. "Astaga, Citra!" Chandra mencoba mengambil pisau lipatnya yang udah di tangan Citra.

Flo dan Izza yang liat itu jelas juga terkejut waktu pisau itu udah dilurusin. Flo berinisiatif buat mendekat dan melerai mereka, tapi ditahan sama Izza. "Jangan Dek, bahaya."

Flo menoleh ke Izza. "Tapi," Dia balik lagi liatin Citra dan Chandra yang masih berebut pisau yang bisa aja melukai keduanya. "Kita nggak bisa biarin mereka kayak gitu. Itu bahaya! Merrka rebutan pisau."

"Nggak Dek, jangan. Kamu nggak boleh deketin mereka."

"Nggak bisa Mas. Aku tetep harus lerai mereka." Flo akhirnya berhasil terlepas dari Izza dan langsung berlari mendekati Citra dan Chandra. "Citra, Chandra!"

Seketika perhatian Citra dan Chandra beralih ke Flo. "Eca jangan kesini!" Seru Chandra sambil masih berusaha merebut balik pisaunya.

Citra yang menyadari itu jelas juga memanfaatkannya buat pertahanin pisau yang udah di tanganya. Dia tanpa kata mendorong tubuh Chandra biar menjauh darinya dan lepasin pisaunya. Tapi walaupun Citra berhasil mendorong tubuh Chandra, tetap aja Chandra masih bisa pertahanin berdirinya dan gengamannya pada pisaunya dan tangan Citra.

Flo sebenernya juga denger yang dibilang Chandra tadi, tapi dia mengabaikannya. Dia tetep deketin mantan sepasang kekasih itu. "Udah gaes, lepasin dulu!" Flo coba melerai. "Bro, lepasin Citra dulu." Dia minta Chandra biar lepasin Citra. "Ncit,"

Tapi jelas aja, baik Citra ataupun Chandra nggak dengerin itu. Alhasil, jadilah Flo yang justru tersisihkan gara-gara tampikan tangan Citra dan dorongan dari Chandra biar dia menjauh. Flo bahkan sampe jatuh gara-gara itu. Dan saat itu juga, Citra lah yang berhasil dapetin pisau lipat Chandra. Itu tak terlepas dari Chandra yang lengah karena menoleh ke Flo yang terjatuh.

Citra jelas nggak sia-siain kesempatan yang ada. Langsung aja dia beralih fokus ke Flo dan berjalan mendekatinya. Baik Chandra, Izza, dan Flo semuanya kaget dapetin itu. Lebih-lebih Flo, otak dia bahkan blank seketika. Dia cuma bisa diem nggak tau harus gimana. Mau menghindar pun nggak bisa, rasanya sia-sia aja. Alhasil Flo cuma diem liatin Citra yang keliatan marah banget itu dan arahin pisaunya itu ke Flo.

"Astaga, Floressa!" Izza dari kejauhan langsung berlari menuju Flo dan memeluknya buat lindungin gadisnya itu.

"Citra jangan!" Chandra langsung peringatin Citra, walaupun tau peringatannya itu nggak akan didengar. Jelas aja, Chandra juga segera balik deketin Citra dan halangin perempuan itu.

JLEB!

Diluar dugaan Citra, ketika dia bersiap buat arahin pisaunya itu ke Flo, justru Chandra lah yang jadi sasarannya. Lebih tepatnya, pisau Chandra yang dipegang Citra itu bersarang ke bahu kiri pemiliknya.

Citra jelas aja kaget sama apa yang didapatinya. Itu diluar prediksinya. "Chan," Lirih Citra nggak menyangka sama apa yang didapatinya.

Chandra justru sempat buat tersenyum ke Citra, walaupun sebenernya dia merasakan perih yang luar biasa di bahu kirinya. "Stop it, Cit." Lirihnya ke Citra.

Citra cuma bisa diam terpaku melihat Chandra. Sementara Izza yang nggak merasakan apapun langsung melonggarkan pelukannya pada Flo dan menoleh ke belakangnya, begitu juga sama Flo yang melihat apa yang terjadi di belakang Izza. Mereka jelas juga kaget melihat Chandra yang bersimpuh di depan Citra. Dan jangan lupakan, dengan pisau yang menancap di bahu kirinya.

Chandra yang merasa nggak kuat lagi pertahanin tubuhnya, juga karena darahnya yang banyak keluar akibat tancapan pisau itu akhirnya ambruk juga ke rerumputan yang menjadi alas taman itu.

"Astaga, Chandra!" Seketika air mata Flo langsung membanjiri wajahnya. Dia langsung membebaskan dirinya dari pelukan Izza dan mendekati Chandra. "Bro," Flo langsung meraih kepala Chandra untuk dibantalkan pada pahanya.

"Tolong, telpon Stefi." Lirih Chandra sambil meraih ponselnya di saku kanannya.

Izza yang juga udah ikut mendekat ke Chandra langsung menerima ponsel Chandra itu. Belum juga Izza membuka ponsel Chandra, Stefi udah muncul duluan dengan seorang rekan kerja Chandra.

"Astaga Chan, kenapa bisa begini?" Jelas terlihat kekhawatiran Stefi pada keadaan Chandra. Tapi juga, ada ketidaksukaan yang ditunjukkan Stefi melihat apa yang terjadi pada Chandra.

Chandra cuma bisa nanggepin pertanyaan Stefi dengan senyuman. "Lo tetep harus dibawa ke rumah sakit." Ujar Stefi lagi sambil memberikan pertolongan pertama ke Chandra.

Sementara rekan kerja Chandra itu, dia yang tau kondisi dan keadaan, serta respon orang-orang di sana yang lihat keadaan Chandra langsung mengamankan Citra. Citra juga cuma bisa diam aja, dia terus terpaku ke Chandra. Ya, dia masih syok sama apa yang terjadi akibat ulahnya. Bukan seperti ini yang dia inginkan.

♡♡♡
.
.
.
.
.
.
.
Hiyahiyahiyaaa... Gimana sama part ini?
Kayak kurang gimana gitu ya. Tapi ya sudahlah, maapkeun ya kalau feel nya kurang:((

Dan maap juga ya, we baru uph sekarang.
Karena sejujurnya, we merasa kehilangan motivesyen buat lanjutin cerita ini😭😭😭
Tapi jujur, we juga pengen banget menyelesaikan cerita ini. Dan akan diusahakan, we bakal secepatnya kelarin cerita ini.

Mohon dukungannya ya gaes☺

Happy reading readers💕💕💕

There's My FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang