Dari pertama kali dengar soal Gea yang sempat dijodohin, Flo langsung kepo abis. Bahkan setelah dibilangin buat nggak bahas lagi, tetap aja dia masih kepo. Masih banyak hal yang pengen dia kepoin.
"Mbak G," Flo nyoba peruntungan sama Gea.
"Apa?!" Balas Gea nggak santuy.
"Lo sama Pak Fahri beneran dijodohin?" Jujur aja, Flo masih nggak percaya sama ucapan Meta dan Diana tadi.
"Beneran Flo." Bukan Gea yang jawab, tapi Meta.
Atensi Flo beralih ke Meta. "Kok bisa?"
"Tanya Gea tu." Balas Meta melirik Gea yang jadi diem.
"Gimana ceritanya, Mbak?" Tanya Flo balik lagi ke Gea.
Gea jadi teringat masa kelamnya itu. Waktu mamanya Pak Fahri gencar pengen nge-pek mantu Gea. "Itu cuma iseng doang."
"Iya. Gara-gara lo nemenin Pak Fahri kondangan ke sepupunya." Timpal Diana.
"Ya kan itu sama kalian juga!" Balas Gea nggak terima.
"Ya tapi kan yang ngaku-ngaku calonnya ke mamanya itu siapa?" Goda Meta.
Gea kicep. "Bercanda doang ya itu! Gue mah tetep setia kali!"
"Emang lo ada doi?" Tanya Flo meragukan.
"Ya ada lah!" Balas Gea sengit.
"Iya. Doi nya Gea kan banyak, tersebar ke 34 provinsi." Tambah Meta.
"Lo kira gue ngecengin gubernur?" Gea nggak terima sama ucapan Diana.
Flo tau itu. Tapi Gea emang punya beberapa temen deket cowok di beberapa daerah. Nggak tau juga gimana dia bisa kenal mereka. "Ya ya ya. I see." Flo masih nggak berhenti tertawa.
"Nggak ya! Setia gue cuma sama satu orang kali!" Elak Gea.
"Masih sama yang di Malang itu Ge?" Tanya Meta.
"Malang?!" Flo makin penasaran aja sama doi nya Gea. "Siapa sih Mbak? Orang mana?" Ke kepo an Flo makin menjadi.
"Kepo!" Gea malas banget bahas doi nya itu.
"Ish! Beneran nanya nih gue?!"
"Males!" Gea tetap bungkam.
"Katanya kakak kelas SMA nya dulu." Mulut ember Meta emang patut diacungi jempol.
Gea langsung berdecak denger itu. "Ck, ish!"
Dan Flo dibikin makin kaget tau itu. "Kakel SMA?! Tau dong gue?!" Flo makin gencar pepet Gea. "Mbak, siapa sih?"
"Kakel nggak harus di atas gue pas kali! Kalian nggak ketemu di SMA." Balas Gea malas.
"Beneran masih sama yang itu Ge? Seriously LDR an?" Diana keliatan nggak yakin denger itu.
"Lo doa in gue nggak jodoh sama dia Di?!" Gea kaget denger pertanyaan Diana itu.
"Ya nggak gitu. Tapi LDR an kan berat banget, sama aja kaya jomblo." Mulut Diana emang lemes banget, ya namanya juga emak sih. "Ya nggak Flo?" Diana nyari sekutu dong.
"Nah iya! Bener banget!" Ujar Flo tanpa sadar.
"Lo juga pejuang LDR gasih, Flo?" Gantian Gea memicingkan matanya.
Kicep!
Flo mengerutkan keningnya. Kali ini bener-bener, Flo kicep. Dia beneran speechless. Cuma satu nama yang langsung berkunjung ke otaknya tiap kali bahas doi dan LDR.
Chandra. Ya, Azka Chandra Pradana, mantan gebetannya Citra sohibnya Flo. Tapi apa Chandra bisa dibilang doi nya Flo juga? Mereka cuma berteman, dekat. Ya sering habisin waktu bersama pula, walaupun cuma sampai sebelum Chandra pindah dinas ke Semarang. Dan setelahnya juga mereka nggak pernah bertemu lagi sekalipun. Mereka juga berkomunikasi terakhir kali itu tiga tahun lalu, tepat setelah Flo wisuda. Dan setelahnya Flo nggak pernah lagi berhubungan sama Chandra.
Flo nggak tau gimana mendeskripsikan Chandra bagi dirinya. Chandra itu teman dekatnya, mantan gebetan sohibnya juga. Tapi Flo merasa dia udah kelewat batas, melanggar batasan yang dia janjiin sendiri ke Helmi. Gara-gara keseringan berhubungan sama Chandra membuat Flo tanpa disadarinya punya perasaan yang nggak seharusnya dirasakan ke Chandra. Dia baru menyadari itu dipertemuan terakhirnya sama Chandra. Dan dia takut tiga perempat mampus kalo sampe ada seorang pun yang tau, apalagi Chandra. Jadi dia berusaha banget nutupin perasaan itu dari siapapun, jangan sampe dia keceplosan.
Flo tau, keadaan dan perasaannya itu jelas nggak bakal bisa diterima oleh siapapun dan bagaimana pun juga. Flo tau banget itu.
Dan parahnya lagi, Chandra juga sama. Dia juga punya perasaan yang sama ke Flo. Gimana Flo bisa tau? Ya jelas karena Chandra yang confess langsung ke Flo, tiga tahun lalu, setelah Flo wisuda itu.
Flo punya perasaan ke Chandra, begitu juga Chandra yang udah confess perasaannya sendiri ke Flo. Umumnya orang kalo kayak gitu, mereka bakalan taken. Tapi Flo justru ketakutan tiga perempat mampus. Gara-gara itu lah Flo langsung memutus semua komunikasinya sama Chandra. Dia menghindari Chandra. Dan Flo juga bakal selalu menghindari topik pembicaraan tentang Chandra yang diajuin Citra.
"Sok tau lo, nggak ya!" Flo itu selain nggak peka, dia juga nggak pinter sembunyiin perasaannya. Kentara banget dari komuknya yang keliatan langsung panik.
Sebelah sudut bibir Gea terangkat mendapat respon Flo yang kayak gitu, tanpa disadari yang lainnya.
"Jadi lo LDR an juga Flo?" Tanya Diana penasaran.
"Enggak!" Tanpa disadari Flo jawabnya ngegas. "Gue mah nggak ada doi." Aku Flo dengan entengnya.
Gea jelas aja langsung ketawa. "Santuy ae kali!"
"Eh, Sorry Mbak Di." Flo bener-bener panik dan bisa-bisa dia jadi kacau.
"Keep calm." Ujar Gea lagi, so santuy.
Flo menghembuskan napasnya, kemudian menarik kedua sudut bibirnya ke atas. "Yah."
Mata Flo langsung melotot liat segerombolan orang yang berjalan ke arahnya dan Gea cs. Cobaan apa lagi ini, Ya Allah! Semoga nggak aneh-aneh lagi lah tu orang. Batin Flo liat Ivan cs yang mau antre lift juga.
"Hei, Flo." Ivan nyapa Flo dong, kayak biasanya kalo ketemu. Senyum buayanya juga nggak ketinggalan ngintilin sapaannya.
"Taruhan deh, Tu kadal seret bakal mepetin Flo lagi." Bisik Diana ke Meta dan Gea.
"Saya ramal dia bakalan ngajakin pulang bareng." Tangan Gea digerakin kayak peramal kontroversi yang punya dagu lancip itu.
"Paling juga diajakin jalan." Timpal Meta.
"Nggak usah kejauhan deh. Cukup, kamu ada waktu senggang kapan Flo?" Balas Diana.
Flo mengangkat sebelah sudut bibirnya denger julidan di dekatnya itu. Flo cuma nganggukin kepalanya nanggepin Ivan.
"Flo, bisa kita bicara?" Tanya Ivan secara terang-terangan.
Jelas aja orang-orang di dekat mereka dengar ucapan Ivan itu. Jelas pula, itu bikin persepsi orang tentang hubungan Flo dan Ivan yang nggak-nggak.
"Maaf Pak, saya duluan."
"Ayo Flo!" Gea langsung narik tangan Flo masuk lift yang kebetulan dan sangat diuntungkan terbuka disaat yang tepat.
"Permisi Pak." Sebagai bentuk kesopanan Flo berpamitan dan langsung masuk tanpa mau denger kelanjutan bacot Ivan.
"Tunggu Flo!" Percuma juga sih, Ivan mau nahan Flo itu dah nggak bakalan bisa.
"Are you seriously?" Tanya Adam yang masih keheranan.
"Apa?"
"Beneran mau balikan sama Flo?"
"Why not?"
Adam langsung menghembuskan napasnya kasar sambil geleng-geleng kepala. "Waahhh... Saingan nih brarti."
Ivan mengerutkan keningnya. "Maksud lo?"
"Adam deketin Floressa juga." Jawab Izza dengan kalemnya.
Jelas aja Ivan kaget. Dia baru tau kalo Adam juga pepetin Flo. "Beneran lo?!"
"Kalo bisa kenapa enggak?" Ucapan Adam terdengar mancing banget.
Izza cuma bisa geleng-geleng kepalanya denger obrolan Adam dan Ivan.
♡♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
There's My Future
ChickLitKRITERIA PASANGAN IDAMAN FLO = 1. Jelas yang beriman dan se-iman, dan paham agama, 2. Badannya jelas lebih tinggi dari Flo, 3. Lebih tua, dewasa, pengertian, dan bertanggung jawab, 4. Kalem, nggak sombong, nggak pecicilan, dan nggak pelit, 5. Bukan...