Fate ch.4

4.9K 344 14
                                    

GRACIA POV

Sepeninggal shani, entah kenapa hatiku rasanya sesak. Aku memakinya habis-habisan kenapa dia harus muncul lagi disaat aku sudah mulai melupakannya. Tak tahukah dia bahwa gracia yang dia temui saat ini dulu pernah menjadi gracia yang berpikir untuk bunuh diri karena patah hati? Aku tahu itu berlebihan, tapi cintaku ga main-main shani. Sayangnya kamu lebih memilih seseorang yang hanya bermain-main denganmu dan membuangku setelah puas kamu mainkan. Aku cinta kamu, sampai detik ini perasaanku tak pernah berubah tapi aku juga benci kamu bahkan bencinya sebesar rasa cinta itu sendiri. Sejak hari kamu memilih dia, maka hari itu juga kuputuskan untuk melupakanmu. 

Aku memacu mobilku dengan kecepatan tinggi. Sore tadi papa menelponku, memintaku untuk pulang ke bandung karena ada tamu penting datang untuk makan malam bersama dan aku harus ikut. Aahh betapa malasnya. Tapi lebih malas lagi kalau harus berdebat dengan papa jika aku menolak. Dengan ogah-ogahan aku langsung berangkat ke bandung setelah urusan kantorku selesai. 

"Lama amat sih ge. Kita semua nungguin kamu doang ini"

"Macet pa. Dipikir jakarta-bandung deket apa" jawabku memutar malas bola mataku.

"Ya udah yuk, kita langsung makan aja. Ayo semuanya" sungguh kejam sekali papa ini, bahkan aku ga disuruh istirahat dulu gitu? Sayangnya acara mengumpat dalam hati tidak berlangsung lama setelah tahu siapa tamu yang diundang papa malam ini. Shani dan keluarganya. Ya Tuhan, kapan gege bisa lepas dari orang-orang ini? 

Makan malam berjalan santai. Sesekali terdengar obrolan dan candaan dari para orang tua. Namun aku dan shani hanya diam. Aku lebih memilih fokus pada makanku. Shani fokus padaku. Jangan dikira aku ga tau ya daritadi shani nglirik-nglirik aku mulu. Aku tau kalau aku tuh cantik. Tapi risih juga kali ditatap kayak gitu. 

"Nah ge. Berhubung makannya udah mau selesai. Sebenernya ada hal lain yang mau papa bicarain sama kamu"

"Apa?" Fokusku kini beralih ke papa. 

"Sebelum kamu datang tadi, shani sudah cerita semuanya yang terjadi antara kalian berdua dua tahun lalu" uhuk uhuk. . Anjeer keselek dah!!. 

"Pelan-pelan sayang. Minum dulu" mama menepuk pelan punggungku sambil menyodorkan segelas air minum. Dengan cepat aku menghabiskannya. Tak kuhiraukan tatapan khawatir dari semua yang ada disitu. 

"Kamu gapapa?" Aku menggeleng. 

"Terus yang mau papa bicarain apa?" Tanyaku mencoba menerka-nerka apa yang akan terjadi selanjutnya. 

"Shani sudah minta maaf sama papa dan mama. Dia merasa bertanggung jawab atas apa yang terjadi waktu itu. Maka dari itu shani ijin sama papa mama minta kamu buat jadi istrinya dia"

"Apa!!!" Sendok yang tadi kupegang terjatuh dan sedikit membuat kegaduhan. Aku menatap papa tak percaya kemudian beralih menatap yang lain. Semuanya diam tak terkecuali shani yang diam menunduk. 

"Shani minta kamu ke papa buat jadi istrinya dia ge. Kamu mau kan?"

"Dan papa ngizinin?" Papa mengangguk.

"Kok bisa?"

"Kenapa ga bisa?"

"Bukannya selama ini siapapun yang deket-deket gracia papa selalu tolak? Bahkan belum ketemu orangnya aja papa tolak tanpa alasan yang jelas. Kenapa shani enggak?" Tanyaku sedikit emosi. 

"Yyy. . .ya karena papa tau shani. Dan papa percaya shani bisa jadi istri yang baik buat kamu"

"Its nonsense pa. Udah berapa lama papa tinggal sama shani sampai papa bilang lebih kenal dia daripada gre. Oh apa karena dia anak sahabat yang papa bangga-banggain, makanya papa segitu mudahnya percaya. Ini namanya diskriminasi pa!!"

AKSARA (Greshan OS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang