Silent - II

5.1K 373 4
                                    

Setelah pertemuan malam itu, semua terjadi begitu cepat. Kini shani sudah menyandang status sebagai istri pengusaha bernama Shania Gracia. Pernikahan dilakukan secara tertutup hanya ada keluarga, bahkan teman-teman shani tidak semua mengetahui. Tentu semuanya ini atas permintaan shani. Soal tempat tinggal juga shani yang menentukan. Shani tidak ingin tinggal dirumah yg sudah gracia siapkan, alasannya terlalu besar kalau yang tinggal hanya berdua. Jadilah gracia membeli sebuah apartement untuk mereka, itupun shani yang memilih. Bahkan untuk urusan tidur saja gracia membebaskannya mau tidur sendiri atau berdua. Huh dasar manusia aneh, minim inisiatif, ya kali udah nikah tidur sendiri-sendiri. Batin shani sebal. 

Menginjak 1 bulan usia pernikahan, semua berjalan adem-adem saja. Meski sudah menikah, gracia dan shani sibuk dengan urusan masing-masing. Mereka hanya bertemu pagi sebelum berangkat kerja dan malam hari jika gracia tidak pulang larut malam melebihi jam tidur shani. Meski intensitas lembur gracia lebih sering daripada shani, tapi saat weekend gracia selalu menghabiskan waktu dirumah bersama shani, itupun jika shani tidak ada janji dengan teman-temannya. Seperti weekend kali ini. 

"Ge, kamu ga mau ajak aku kemana gitu?" Ucap shani cemberut bertanya pada gracia yang kini sedang asyik menonton acara televisi di sebelahnya.

"Mau kemana?"

"Bebas, bosen tau dirumah mulu" Kini shani terdengar merajuk seperti anak kecil.

Gracia yang duduk disebelahnya pun kini tersenyum melihat tingkah shani. Ya semenjak menikah, pembawaan gracia lebih hangat dari saat bertemu dulu. Shani sering melihat gracia tersenyum merespon tingkah shani. Padahal bagi orang lain, apa yang shani lakukan itu sangat menjengkelkan, tapi kenapa gracia malah senyum? Isshh.

"Temen-temen kamu kemana? Biasanya juga pergi sama mereka kan?" Tanya gracia.

"Lagi pada sibuk. Kamu juga ga mau pergi? Ya udah deh, mending tidur aja" Shani berdiri dari duduknya saat merasa gelagat gracia yang seperti tak ingin diajak pergi. 

"Aku belum selesai ngomong sayaaaang. Ngambekan ih jadi orang" Sambil menahan tangan shani sebelum dia masuk ke kamar. Shani yang mendengar panggilan itupun mendadak lemas. Lemah banget dah, baru dipanggil gitu aja udah ser-seran. Gimana besok kalau yg lain shan.

Gracia melirik jam dihadapannya. "Hmmmm ke puncak mau? Mumpung masih pagi belum terlalu macet" Tawar gracia pada shani. 

"Nginep ya? Kayaknya asik suasana pegunungan kayak gitu" Respon shani yang menandakan ia setuju dengan ajakan gracia. 

"Iya, udah sana siap-siap" Suruh gracia

Selama menghabiskan waktu di puncak, banyak perkembangan yang terjadi antara shani dan gracia. Mereka jadi banyak ngobrol banyak hal. Mulai saling terbuka satu sama lain. Seperti saat itu dunia cuma punya mereka.

"Ge aku boleh tanya sesuatu sama kamu?" Tanya shani ragu. Kini mereka sudah berada di kamar, bersiap untuk istirahat. 

"Tanya apa?" Gracia yang sedang sibuk mengecek handphonenya karena seharian tidak dia pegang, kini menatap ke arah shani. 

"Kamu kenal aku sejak kapan?"

"Maksudnya?"

"Apa kamu baru kenal aku waktu kamu kerumah aku pertama kali?" Tanya shani

"Aku udah tau kamu sebelumnya" Jawab gracia santai. 

"Berarti kamu tau aku ini sebenarnya siapa?" Tanya shani lagi. 

"Tau" Jawab gracia singkat. 

"Trus kenapa kamu tenang-tenang aja waktu tau dijodohin sama aku?" Tanya shani kini mata melotot setelah tau kenyataannya bahwa gracia ingat siapa dia. 

AKSARA (Greshan OS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang