Forgiveness

3.3K 326 43
                                    



==Konbanwa==






Langkah tegap, pandangan lurus kedepan, dan ekspresi datar yang dimiliki sosok wanita dengan tinggi rata-rata orang Indonesia. Dengan rambut panjang sepunggung dan body sintal menggemaskan terbalut setelan kemeja hitam rapi khas wanita eksekutif, dia berjalan masuk ke dalam lobby sebuah kantor cukup besar di pusat kota.

Bisik-bisik di kanan kirinya tak dihiraukannya. Seakan sudah menjadi hal biasa karena hampir setiap hari terjadi. Dia tak pernah mau ambil pusing dengan gunjang gunjing negatif orang-orang pada dirinya atau pada keluarganya.

Jelas dia punya power untuk memecat langsung semua orang yang berkata negatif padanya. Tapi dia tidak mau buang-buang waktu mengurusi hal sepele disaat masalah besar lainnya masih terus menghantuinya.



Masih ga berubah ya? Susah banget liat dia senyum. Padahal cantik.

Hussh, jangan kenceng-kenceng ngomongnya. Ntar dipecat tau rasa.

Ihhh gue naksir padahal kalau ga inget dia udah punya istri. Sayang auranya ga ngenakin.

Punya istri juga bekas kakaknya.

Kasian ya, sesempurna itu ditikung kakak sendiri. Pas udah dicicipin dibalikin. Dapet bekasan.

Salah. Yang bener itu dia dimanfaatin pacarnya. Istrinya itu kan dulu pacarnya. Dimanfaatin biar bisa deket sama Kakaknya. Pas udah dapet, dihamilin eh malah ditinggal mati. Si ibu yang disuruh tanggung jawab. Apes bener nasibnya.

Iya, kasian kan.




Dan masih banyak lagi omongan-omongan tidak enak yang tertangkap pendengarannya. Tapi tak ada tindakan apapun yang dilakukannya. Dia sudah terlalu lelah.

"Siang Bu Gracia." Sapa asistennya ketika dia sampai di depan pintu ruangannya.

"Siang. Abis jam makan siang saya lagi ga mau ketemu siapapun. Suruh reschedule aja." Ucap Gracia.

"Baik bu. Oh iya maaf di dalam sudah ada Bu Shani menunggu Ibu." Gracia mengerutkan kening.

"Dari kapan?"

"Setengah jam yang lalu."

"Oke." Ucap Gracia lalu masuk kedalam ruangannya.

Benar saja, di dalam ruangan ada satu wanita cantik sedang duduk menunggunya di sofa.

"Butuh apa?" Tanya Gracia to the point. Tak menengok sedikitpun pada Shani, lebih memilih untuk mengetik sesuatu pada ponselnya sembari duduk di kursinya sendiri. Bukan ikut nimbrung di sofa.

"Cuma mau anter makan siang buat kamu." Ucap Shani lalu berdiri menghampiri meja Gracia.

"Udah makan." Jawab Gracia singkat masih tetap fokus pada ponselnya.

"Ohhh. Yaudah. Aku kasih buat asisten kamu aja ya."

"Hmmmm." Jawaban Gracia makin terkesan tidak peduli.

Shani cukup tau diri. Respon Gracia seperti ini adalah kode bahwa dia tidak ingin Shani ada disini lama-lama. Maka dengan berat hati, dia balik badan secepatnya keluar dari ruangan.

Namun langkah Shani terhenti, ketika mendengar Gracia mengatakan sesuatu padanya.

"Sepertinya memang kamu mau hancurin hubungan aku dan keluargaku. Dengan kamu kesini disaat mereka larang kamu kemana-mana jelas kamu mau kita bertiga berantem!"

"A-aku cuma-----------"

Belum sempat Shani menjawab, Gracia mengangkat jari telunjuknya. Memberi kode Shani harus diam.

AKSARA (Greshan OS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang