Losing Memory III

8.5K 570 10
                                    

Kini aku dan gracia sudah tinggal bersama. Aku membeli sebuah apartement untuk kami berdua di jakarta. Tadinya orang tuaku menawarkan untuk tinggal bersama mereka, supaya bisa sewaktu-waktu membantuku mengawasi gracia. Semenjak kecelakaan itu gracia tidak bisa ditinggal sendirian, efek benturan di kepalanya sesekali membuatnya mengeluh kesakitan bahkan tak jarang bisa sampai pingsan tiba-tiba. Namun aku melihat ada ketidaknyamanan pada raut wajah gracia ketika tinggal bersama orang tuaku, jadilah aku memutuskan untuk membeli apartemen dan menyewa satu orang asistent rumah tangga untuk membantuku mengawasi gracia saat aku bekerja. Sudah tiga bulan kami hidup bersama dan belum ada tanda-tanda perubahan yang baik pada gracia. Jika aku bekerja, dia hanya dirumah bermain game. Jika dia mengeluh bosan, sesekali aku mengajaknya ke kantor atau sekedar jalan-jalan berdua ke mall. Gracia masih tak banyak bicara, jika dia merasakan sesuatu dia tidak pernah mengatakan apapun padaku. Tapi aku bersyukur diberi tingkat kepekaan tinggi padanya. Sebisa mungkin aku berusaha membuat dia nyaman bersamaku.

Hari ini aku tidak ke kantor, sejak pagi gracia mengeluh kepalanya sakit. Bahkan tadi sampai menangis berteriak karena sakitnya luar biasa. Aku panik dan mencoba membawanya kerumah sakit namun dia menolak. Dia hanya memintaku memeluknya dan mengelus-ngelus kepalanya. Tapi untuk memastikan aku memanggil dokter agar mengecek kondisi gracia. Setelah diberi obat penenang, akhirnya dia bisa tidur. Kata dokter ini wajar dirasakan oleh orang yang mengalami amnesia. Apalagi ketika dia berusaha memaksakan diri mengingat suatu hal, efeknya akan berpengaruh ke kepalanya. Aku tidak tahu apa yang gracia coba ingat. Aku memang menginginkan dia sembuh dan ingatannya kembali. Tapi jika cara yang harus ia lewati adalah kesakitan seperti itu, mungkin lebih baik dia tidak perlu ingat apapun lagi. 

Dua hari aku benar-benar tidak ke kantor. Meski gracia bilang dia sudah tidak apa-apa, namun wajah pucatnya tidak bisa menutupi bahwa ia masih menahan sakit. Aku tidak bisa meninggalkannya. Tapi berhubung hari ini ada meeting, jadi mau tidak mau aku harus meninggalkannya. Untungnya anin tadi menghubungiku dan mengatakan dia akan mampir menengok gracia. Jadilah aku menitipkannya pada anin sementara aku ke kantor. Setelah meeting aku mengecek ponselku ada banyak sekali panggilan dan pesan sejak sejam yang lalu dari anin. Dia mengabarkan bahwa gracia dibawa kerumah sakit karena pingsan. Tanpa pikir panjang aku langsung menyusul anin. 

"ANIN!!" Teriakku saat melihatnya sedang berdiri mondar mandir di koridor rumah sakit. 

"Gracia lagi diperiksa kak. Tadi sempat sadar terus berteriak karena kepalanya sakit. Kita tunggu dokternya keluar ya" jawab anin dengan raut wajah khawatir. Aku terduduk lemas di bangku. Rasa ketakutan kini menguasaiku, takut terjadi sesuatu pada gracia. 

"Gimana dok istri saya?" Tanyaku segera saat dokter keluar. 

"Tidak apa-apa hanya Sepertinya pasien terlalu memaksakan diri mengingat sesuatu. Sudah saya kasih obat penenang. Jika nanti dia bangun, usahakan tidak bertanya dulu yang macam-macam padanya, saya permisi". Pamit dokter.

"Kak yang kuat ya". Anin berdiri disebelahku sambil menepuk-nepuk pundakku. 

"Gracia beberapa hari ini berbeda nin. Ini sudah kesekian kalinya dia seperti ini semenjak tinggal sama aku. Entah apa dia pikirkan sampai membahayakan dirinya seperti ini. Aku takut nin, aku takut dia memaksakan sesuatu diluar batasnya". Jawabku sedih. 

"Kita berdoa aja ya kak. Kita semua tau gracia itu kuat. Bahkan dulu ketika kakak tinggal, aku tau hatinya hancur tapi dia masih bisa menjalani hidupnya dengan baik. Aku yakin sekarang pun masih sama. Kita harus yakin kak". Ucap anin menyemangatiku. Aku hanya mengangguk. 

Dua hari gracia belum juga bangun dari tidurnya. Orang tuaku dan orang tuanya bergantian menemaniku menjaga gracia. Dua hari itu pula aku tidak pernah beranjak disampingnya, takut kalau sewaktu-waktu gracia bangun dan mencariku. Sore ini saat aku sendirian menjaganya, aku melihat ada pergerakan di tangan gracia dan tak lama ia pun membuka mata. 

AKSARA (Greshan OS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang