Ngejar kamu biar peka itu kayak makan kuaci seember. Kenyang kagak pegel Iya.
BigThanks saya ucapkan buat you-you gaess yang request dan selalu ingetin biar dilanjut ini cerita. Maaf butuh waktu berabad-abad buat nyelesaiinnya. Kalau nanti hasilnya kurang berkenan dan capek bacanya karena kepanjangan dimaafkan yaa..✌️🥺
Lupa alur? sabilah mampir tipis-tipis dulu ke story sebelumnya 🙈😌
==MetBaca==
Perasaan tidak berguna kini perlahan menjangkiti seluruh syaraf di otak Shani bagai virus. Membunuh tidak harus dengan senjata tajam atau benda tumpul, cukup 1 kalimat yang terlontar dari mulut seseorang yang telah menguasai seluruh pikiranmu pun bisa membunuhmu dengan mudahnya.
Shani bergerak menjauh, lidahnya kelu. Untuk sekedar membuka mulut saja rasanya tak sanggup. Hanya mampu memandang kosong Gracia yang masih menangis di depannya.
"Aku mau cerai." Suara itu terdengar begitu menyengat telinganya. Beradu dengan suara sesenggukan yang masih sesekali terdengar. Sampai akhirnya Gracia mulai berhenti menangis lalu mengangkat pelan kepalanya. Tatapan matanya berhenti tepat pada Shani, membuatnya reflek menarik Gracia kepelukannya. Mencium mesra puncak kepalanya.
"Kenapa menyerah sekarang?" Tanya Shani bersusah payah menahan air matanya yang hampir tumpah.
Gracia hanya menggeleng.
"Apa usahaku kurang selama ini?" Tanya Shani lagi. Dadanya makin sesak saja karena detak jantungnya makin menggila.
Tidak ada respon apapun dari Gracia.
"Kamu mau aku lakuin apa lagi? Selama ini kita udah coba semua cara. Dari yang wajar sampai yang mustahil kelihatannya. Mau bagaimana lagi?"
"Jawab Gre." Shani melepaskan pelukannya. Sedikit menurunkan kepalanya. Menatap intens Gracia yang masih saja diam seribu duaribu.
Helaan nafas berat keluar dari mulut Gracia. "Aku tetap mau cerai." Ucap Gracia lagi dengan mantap. Shani diam beberapa saat menatap bola mata coklat milik istrinya itu dengan seksama. Berusaha menemukan meski hanya secuil keraguan dari ucapannya tadi. Sayangnya nihil.
Shani langsung berdiri tegak mengusap wajahnya kasar. Dia mulai Frustasi. Tak sadar wajahnya kini basah oleh air matanya sendiri.
"Minta apapun asal jangan cerai Gracia!" Bentak Shani dengan nada meninggi. Emosinya tak lagi bisa dia tahan. Shani seperti orang yang mulai kehilangan akal sehat.
"Aku cuma mau cerai." Ucap Gracia sekali lagi. Dia tak gentar meski Shani membentaknya atau memukulnya sekalipun.
"AKU BILANG JANGAN CERAI!!" Shani berteriak tepat di depan wajah Gracia. Beberapa detik kemudian dia tersadar kemudian mundur satu langkah lalu menjatuhkan dirinya. Duduk bersimpuh layaknya orang yang putus asa. Air matanya tumpah tak terbendung kali ini.
"Jangan cerai. Aku ga bisa." Ucap Shani di sela tangisnya.
"Shani mungkin ini-----"
"Kamu egois Gracia!" Potong Shani sebelum Gracia menyelesaikan kalimatnya.
"Kita cerai supaya kamu bisa lepas dari aku kan? Kamu bisa pergi sesuka hatimu. Sedangkan aku disini menanggung semuanya sendirian. Kamu pikir masalah akan selesai gitu aja? Mana janjimu yang katanya akan selalu ada disamping aku? Aku jadi ragu apakah selama ini kamu benar mencintai aku seperti aku mencintai kamu?" Panjang lebar Shani bicara meski tidak juga merubah posisinya. Lebih memilih menatap lantai di dibawahnya dibanding mengangkat kepalanya menatap Gracia yang masih kaku berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA (Greshan OS)
Conto"Loving you never was an option. It was a necessity" -Truth Devour- ~Oneshoot Collaboration~