Shani POV
“Benar dia ada disana?”
“Ada nona, beberapa orang sudah saya perintahkan untuk mengawasinya selama beberapa hari untuk memastikan dia tidak kabur lagi”
“Bagus. Kita masuk!”
“Baik nona” Kugunakan kembali kacamata hitamku kemudian membuka pintu mobil. Dengan langkah pasti aku berjalan menuju sebuah rumah kecil di sudut kota. Rumah yang jika dilihat dari luar tidak terlihat berpenghuni terkesan bagai rumah angker dengan halaman yang tidak terawat sama sekali.
Duar...Duar...Duar….
Beberapa pengawalku kuperintahkan untuk menggedor pintu. Tapi 5 menit berlalu dan pintu tak kunjung terbuka.
“Dobrak saja!” perintahku.
“Baik nona” Dengan sekali tendangan pintu terbuka bahkan nyaris terbelah menjadi dua. Aku disambut ruangan yang pengap dan sedikit berantakan.
“Cari dan seret dia kesini”
“Nona, orang ini berusaha kabur lewat pintu belakang” Tak berselang lama dua orang pengawal terlihat membawa seorang laki-laki paruh baya, memaksanya untuk berlutut dihadapanku.
“Nona….In..dira…” Ucapnya terbata-bata.
“Masih berani anda menyebut nama saya?”
“Maaf nona”
“Saya ga butuh maaf anda. Saya kesini hanya ingin menagih janji anda. Cepat berikan apa yang saya minta karena kesabaran saya sudah lama habis untuk orang seperti anda”
“Maaf nona, bolehkah saya minta waktu lagi? Saya belum ada uang sama sekali”
“Coba ulangi sekali lagi perkataan anda tuan? Tidak pernah ada yang berani bernegosiasi dengan saya karena Indira tidak pernah suka dengan itu!”
“Tapi saya benar-benar belum ada uang nona. Silahkan nona bisa bongkar semua isi rumah saya kalau nona tidak percaya”
“Geledah rumahnya!” Perintahku.
“Baik nona” Disaat semua sedang sibuk menggeledah isi rumah, tiba-tiba orang dihadapanku mencoba berdiri dan kabur.
Dor!! Prank..!!
Sebuah peluru nyaris mengenai samping kepala orang itu hingga akhirnya membentur jendela kaca dan pecah berkeping-keping.
“Saya sengaja membuatnya meleset. Kalau anda bertingkah lagi, saya pastikan satu peluru lagi akan menembus kepala anda hanya dalam hitungan detik Tuan Antony” Orang yang aku sebut namanya hanya berdiri mematung membelakangiku, kulihat kakinya mulai gemetaran
“Kembali ke tempat anda semula tuan” Dengan kepala menunduk dia berbalik dan berdiri di hadapanku.
“Tuan Antony ternyata saya hanya membuang-buang waktu mengejar anda. Tapi Indira tidak pernah suka pulang dengan tangan kosong. Saya akan kasih kesempatan anda sekali lagi”
“Terimaka…..”
“Dengan jaminan”
“Jaminan?”
“Ya. Saya butuh jaminan supaya anda tidak berani macam-macam dengan saya”
“Tapi saya tidak punya apa-apa yang bisa saya gunakan sebagai jaminan kecuali tubuh saya”
“Saya tidak butuh tubuh tua seperti anda karena itu tidak akan berguna buat saya. Bagaimana kalau dia yang jadi jaminannya? Anak anda?” Aku menunjuk sebuah bingkai foto kecil yang terletak di samping televisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA (Greshan OS)
Cerita Pendek"Loving you never was an option. It was a necessity" -Truth Devour- ~Oneshoot Collaboration~