Emergency Love

3.3K 317 46
                                    





===Nite===











"Bu Gracia, melihat hasil tes anda dengan berat hati saya harus sampaikan bahwa mungkin peluang hidup anda paling lama hanya 3 bulan."

Dengan pandangan berkunang-kunang dan langkah tertatih, Gracia berjalan sambil berpegangan pada tembok sepanjang lorong rumah sakit. Kenyataan pahit yang baru saja dia dengar membuat tenaganya turun ke titik minus. Semangatnya menguap, wajahnya pucat, jantungnya berdegup kencang tak terkendali. Rasanya seperti hampir meledak.

Susah payah dia masuk ke dalam mobilnya dan menumpahkan semua air matanya disitu. Berteriak meraung meratapi nasib sendiri. Beruntung parkiran mobil sepi, tak khawatir memicu perhatian orang lain.

"Pleasee, jangan mati dulu Gracia. Loe bahkan belum ngrasain apa itu jatuh cinta. Ya Tuhan....." Ucapnya pada diri sendiri sambil menjedotkan kepalanya beberapa kali ke stir mobil.

Lama di dalam mobil hingga merasa hati mulai tenang, perlahan dia memacu mobilnya bergerak meninggalkan rumah sakit. Sembari mengucap janji dalam hati bahwa ini terakhir kalinya dia kesini sampai nanti habis waktunya.

Lebih baik dia tidak tau apapun tentang dirinya daripada harus mendengar lagi kenyataan yang menyakitkan seperti ini.

Berkendara tak tentu arah, tak terasa sudah 1 jam lebih Gracia hanya berputar-putar di dalam kota. Akhirnya dia memutuskan untuk berhenti di salah satu taman kota. Minggu sore yang cerah, cocok untuk sekedar duduk menghabiskan waktu sambil kembali meratapi nasib.

"Ssssttt...ssssttt...." 

Gracia mengangkat kepalanya, entah sudah berapa lama dia duduk disitu. Tak menyadari atau lebih ke tak peduli dengan orang-orang yang sedari tadi lalu lalang di depannya. Sampai akhirnya terdengar suara yang cukup dekat di telinganya.

"Sssssstttt...." Suara itu lagi. Mau tidak mau Gracia menoleh ke kiri yang dia yakini asal suaranya darisana.

"Haaaahh!!" Gracia reflek memegang dadanya, kaget karena ternyata ada orang yang duduk disebelahnya.

Seingatnya tadi kursi ini kosong tak berpenghuni, kenapa sekarang ada penunggunya selain dia? Meski duduk ujung ke ujung tak benar-benar dekat, Gracia merasa orang ini annoying karena sudah menganggu acara renungannya.

Wajah Gracia mengerut dalam. Tatapan matanya menyiratkan ada urusan apa orang ini memanggil dirinya.

"Kamu gapapa?" Tanya orang itu meski tak menggeser sedikitpun posisi duduknya.

"Gapapa." Jawab Gracia singkat lalu memilih membuang pandangan ke arah lain.

"Gapapa kok nangis?"

"Suka-suka." Balas Gracia asal.

"Kalau butuh temen cerita, aku bisa kok dengerin." Mau tidak mau, Gracia menatap lagi orang aneh ini. 

"Kadang lebih baik cerita ke orang yang ga kita kenal, daripada orang terdekat. Kita ga tau apa mereka benar-benar simpatik atau hanya mencari celah untuk menjatuhkan."

"Dih malah ceramah, tapi bener juga sih." Ucap Gracia dalam hati.

Tak ada respon apapun dari Gracia selain helaan napas panjang dan berat. Ditatapnya tiap detail isi taman ini sejauh jangkauan matanya. 

"Gue lagi dipermainkan hidup. Banyak hal yang belum gue lakuin tapi waktu gue udah abis." Ucap Gracia entah sadar atau tidak. Padahal otaknya tadi mengatakan untuk pergi saja dari taman ini dan mengabaikan orang aneh itu. Nyatanya mulutnya sendiri tak bisa diajak kerjasama.

AKSARA (Greshan OS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang