Taeyong POV
Aku terbangun setelah sebuah suara mengusik tidurku pasca kelelahan begadang semalam dan menunggu Reena untuk di make over sebelum ku bawa ke peresmian hotel. Saat ini aku melihat Reena berjalan ke arahku, kecantikannya bahkan semakin bertambah dengan balutan dress dan hiasan diwajahnya.
Sulit ku deskripsikan, dibenakku saat ini hanya ingin sekali memilikinya dengan utuh, secepatnya.
Diperjalanan, sesekali ku pandangi wajah Reena dari samping. Bahkan dilihat dari satu sisi saja, wajahnya terlihat jelas terbentuk tegas dan cantik.
Reena memang tidak berubah banyak sebelum dan setelah menggunakan make up, sama-sama cantik. Saat ini aku semakin ingin terus memandanginya setiap hari.
"Kamu sarapan apa biasanya Ree?" tanyaku memecahkan kesunyian, sejak meninggalkan Salon tadi Reena tak mengeluarkan suara sedikitpun, begitu pun aku yang sibuk dan candu memandanginya.
"roti, nasi, kenapa?" pandangan Reena masih fokus ke depan
"ku fikir skincare, abisnya kamu cantiknya gak manusiawi" aku tekekeh, membuat Reena menatapku aneh
"udah berapa cewek yang kamu modusin begitu?"
"semenjak ada kata modus, pujian dan perhatian seseorang sudah tidak ada harganya ya..."
Taeyong POV end
. . . . . . . . . . .
Taeyong berjalan ke arah podium setelah namanya dipanggil untuk memberikan speech dan meresmikan hotel yang kata Papa sudah dibangun 5 tahun lalu. Mendengar cerita Papa tentang bagaimana Taeyong membangun hotel ini di usia 23 tahun saat itu, tanpa bantuan dana sepeserpun dari Om Jaejoong, aku menaruh rasa kagum padanya.
Namun masih kuingat betul bagaimana ekspresinya dan kata-katanya tentang aku harus memutuskan Daniel kemarin, seolah memudarkan rasa kagum ku.
". . . . . Sekali lagi terimakasih kepada semua yang telah hadir, selanjutnya saya akan memperkenalkan seorang wanita spesial yang hadir malam ini ditengah-tengah kita semua. yaitu, calon istri saya... Jung Reena..."
Perkataan Taeyong sontak membuat ruangan ini heboh. Aku melihat Taeyong tersenyum padaku dan melambaikan tangannya mengisyaratkan aku untuk berdiri disampingnya.
Aku diam tak berkutik sedikitpun, aku mengarahkan pandangaku pada Daniel yang berdiri di pojok belakang. Ku tebak, saat ini nafasnya memburu dan menatapku tajam seolah ingin menamparku lagi seperti waktu itu.
Tanpa ku sadari juga, Taeyong telah berada disampingku mengulurkan tangannya.
"Ayo Ree..." aku bingung, Daniel dan Papa jelas memperhatikanku, menunggu apa yang akan ku lakukan selanjutnya, membalas uluran tangan Taeyong atau aku menolaknya.
. . . . . . . . . . .
"Oh gini cara main kamu? kalau bosen, bilang Ree"
Saat ini aku berdiri di hadapan Daniel yang masih menckram tanganku, rasanya sakit tapi beberapa kali aku berusaha melepaskannya cengkramannya semakin erat.
"Kamu bosen sama aku? dan sekarang kamu sudah mendapatkan Pria yang lebih kaya dari aku? harusnya aku tau ya Ree, kalau kamu dan wanita lain itu sama saja, Matre! Dasar pelacur!!"
Nada bicara Daniel boleh saja tinggi dan dingin, tapi apa harus kata-kata itu yang dia sebutkan.
"Apa kamu bilang? Pelacur?" bagai mendapat kekuatan lebih, aku menghentakkan tanganku dan terlepas dari cengkraman tangan Daniel.
"Daniel, aku bisa terima jika kamu menuduhku selingkuh bahkan matre, tapi untuk sebutan Pelacur, kamu sudah keterlaluan..." tangisanku pecah, tak lagi bisa membendungnya sejak Daniel menyeretku tadi.
"Lalu sebutan apa yang pantas untuk Jung Reena yang sudah memiliki pacar, tapi laki-laki lain memperkenalkannya sebagai calon istri?"
"Aku punya alasan!! Akupun baru mengetahuinya kemarin tentang perjodohan ini. Kamu fikir aku mau? Enggak Daniel enggak..." aku menangis sejadi-jadinya, karena dadaku begitu sesak.
"Aku belum menjelaskannya padamu, tapi kamu lebih dahulu emosi dan marah. dua hari ini pun kamu susah di hubungi, bagaimana aku bisa memberitahumu?"
Daniel tak bergeming. dia memejamkan matanya, kedua tangannya mengepal erat seolah-olah menahan emosinya atau malah berancang-ancang memukulku lagi.
Aku juga masih melanjutkan tangisanku yang juga disertai sesegukan. Aku memang tipe orang tak bisa menahan emosi sedikitpun, mudah sekali marah, tertawa, menangis dengan alasan sepele. Terkadang aku lebih memilih untuk diam saja jika sedang berselisih paham dengan siapapun, karena jika aku mengeluarkan semua unek-unekku aku akan berujung menangis.
"Reena... Papa kamu nunggu di parkiran depan" itu suara Taeyong yang tiba-tiba saja berdiri tak jauh dari tempatku dan Daniel saat ini.
"Yasudah, Besok kita bahas lagi" ucap Daniel seraya menyeka air mata yang yang bisa dipastikan membasahi penuh pipiku. Lalu pergi meninggalkanku dan Taeyong.
"Itu pacar kamu?" tanya Taeyong setelah berdiri diposisi Daniel tadi. "Jahat banget sih bikin anak gadis secantik kamu nangis" lanjutnya.
Aku hanya menatapnya tajam, lalu mendengus kesal. Dalam keadaan seperti ini dia masih punya hati untuk ngegombal. Tanpa menanggapinya, aku memutuskan untuk beranjak pergi namun tangannya dengan cepat menahanku.
"Eh mau kemana?"
"Papa" jawabku ketus
"Papa kamu sudah balik, kamu pulang sama saya..."
kali ini Taeyong yang menyeretku, genggamannya tidak sekasar Daniel tadi, tapi cukup kuat untuk membawaku melangkah mengikutinya.
. . . . . . . . . . .
[[ Taeyong pas lagi Speech]]
[[ Ekspresi Daniel pas pacarnya diklaim orang lain sebagai Calon Istri]]
. . . . . . . . . . .
22/02/2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjodohan - Lee Taeyong [END]
Fanfiction[COMPLETE] [Mix Baku-non Baku] [REVISI] #4 - daniel (05/11/2021) #5 - lee taeyong #55 - taeil (05/11/2021) #73 - kun (05/11/2021) #120 - yuta (05/11/2021) #122 - johnny (05/11/2021) Menikah dengan orang yang dikenal hanya SATU bulan menjelang menik...