18. The Day - Wedding🤍🤵🏻👰🏻🌹

799 62 2
                                    

Hari yang direncanakan tiba, Hari Pernikahanku dan Taeyong. Saat ini aku duduk di ruangan khusus untuk mempelai wanita dengan ditemani Yeri dan Kak Jaehyun yang duduk disampingku. Sedari tadi tubuhku mendadak meriang dan tanganku dingin, detak jantung dugem aja tanpa izin. Begitulah keberadaan dua orang ini membantu menenangkanku.

"Minum lagi Ree" Yeri menyodorkan botol dengan sedotan, siap minum.

"Yer, kalau gue minum bisa-bisa kebelet untuk ketiga kalinya nih" jawabku gelisah, sejak tadi memang sudah terhitung tiga kali ke kamar mandi.

"Hahaha muka lo ga santai sih Ree, tenang aja lagi. Apa sih yang lo khawatirin?" Kak Jaehyun mengelus-elus pundakku, mencoba menenangkan.

"Gue gak tau kak, panik aja gitu, cemas, dan bingung semua jadi satu" ku remat-remat tangan Yeri, siempunya protes.

"Lo sih cemas ya cemas aja, gak usah bikin patah tangan orang dong" protes Yeri sewot.

"Gak papa Yer, demi sahabat lo... masak gak mau berkorban" Ledek Kak Jaehyun 😆

"Lo aja deh Kak, lumayan nambah minus hidup lo setelah minus akhlaq Hhahaha"

"Untung gue sabar, gak kayak si Yuta. Jaehyun sabar, Jaehyun ganteng" (✿◡‿◡)

Aku hanya tersenyum melihat perdebatan mereka, sedikit membantuku untuk tidak cemas berlebihan. Beberapa menit setelahnya, muncullah Papa dari balik pintu.

"Ekheemm... Jaehyun, Yeri. Dipanggil mama-mama kalian tuh" Kata Papa.

"Bilang aja ngusir Om" Ledek Yeri, percayalah cuma Yeri yang bisa sesantai itu sama Papa kalau lagi diluar kantor. Karena sejak dulu Yeri sangat juga dekat dengan keluargaku, termasuk sering menjadi lawan debat dan keusilan Jeno setiap main ke rumah, bahkan Papa dan Mama menganggap anaknya juga dari seringnya Yeri main dan nginep dirumah.

"Syukur deh, Peka" Papa tersenyum menang.

Yeri dan Kak Jaehyun keluar dari ruangan, posisi duduk Yeri digantikan sama Papa.

"Anak Papa udah dewasa dan bakal jadi istri orang ternyata" Papa mencium kepalaku, rasanya mendengar kata-katanya membuatku ingin menangis. Sekalipun banyak perdebatan antara aku dan Papa, aku tau Papa selalu mengusahakan untuk menjaga dan merawatku dengan baik, selalu ingin yant terbaik untuku dan bahagia di masa depan—katanya.

"Apa aku harus batalin nih? biar gak jadi istri orang?" Godaku, tapi setengah menahan tangis.

"Ya jangan dong, udah 99% ini malah mau dibatalin. Lagian kalau dibatalin Papa susah nyari jodoh lagi buat kamu, debat lagi sama kamu, marahan lagi" Kata-katanya sih terdengar ngelawak, tapi suara Papa kayak mau nangis gitu. Aku pun ikutan berkaca-kaca setelah menyadari mata Papa juga berkaca-kaca.

"Oh iya gak jadi batalin hiks... biar aku hiks,, bebas dari hiks... Pa-paaa" Aku mulai menangis sesegukan, rasanya gak elegan banget nangis pas lagi ngeledek Papa begini. o(TヘTo)

"Jangan nangis dong... hiks, Papa jadi ikutan nangis hiks... Papa paling gak bisa liat anak kesayangan Papa nangis hiks" (T_T)

"ASTAGAAAA... Anak sama Papa sama aja, malah drama disini. itu udah ditunggu dari tadi Paaa" Suara Mama membuatku dan Papa langsung menghentikan adegan mengharukan ini, malah berganti menertawakan satu sama lain.

"Kamu jelek banget jadinya, Ree. untung MUA nya mahal, ketutup make up tuh" Papa menggandengku untuk keluar luar ruangan.

"Kalau Papa ngehina aku, berarti ngehina diri sendiri. Kan Papa sama Mama pabriknya hihihi" bisikku, setelah mendekati Mama yang berdiri di ambang pintu.

Perjodohan - Lee Taeyong [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang