6. Yes Or Yes

782 68 7
                                    

Saat ini aku dan Taeyong sedang perjalanan balik, karena hari yang semakin sore dan khawatir kelewat malam.

"Makan dulu yuk, sebelum balik..." tawar Taeyong

"Boleh..." aku mengangguk

"Mau seafood gak? Aku tau tempat seafood terenak disini"

"Boleh" lagi-lagi aku mengangguk.

"Kalau aku suka sama kamu, juga boleh?" pandangan Taeyong yang awalnya fokus, detik ini juga dia mengalihkan fokusnya ke arahku dengan senyuman.

"Fokus nyetir aja bisa? Aku masih muda dan belum nikah ya"

Aku mendengus kesal, pasalnya memang jalanan cukup ramai dan aku cukup salting, entah sejak kapan aku mulai merespon candaanya yang terkesan gombal.

"Yaudah besok kita nikah"

"Terus setelah nikah kamu bunuh aku?"

"Eh ternyata mau nikah sama aku" Taeyong terkekeh, dan aku semakin salting.

"Udah deh fokus nyetir aja, berisik!!"

"Hahaha... Serius amat sih Ree... Cepet tua loh"

"Bodo"

Kemudian hening, hanya ada suara mobil dan klakson sesekali hingga kami sampai di tempat yang Taeyong maksud tadi, ini lebih cocok dibilang warung dari pada restoran.

"Kamu udah sering kesini?" tanyaku seraya menyamakan langkah Taeyong

"Dulu sih hampir tiap bulan, tapi 2 tahun terakhir jarang banget kesini"
Aku mengangguk paham.

"Ternyata mau makanan pinggir jalan juga si angkuh ini" Batinku.

Kami duduk bersebelahan karena memang konsep ruangan ini hanya bangku yang menempel pada dinding dan dibawahnya tedapat kursi plastik.

Taeyong memesan dengan lancar, sesekali dia juga menyapa dan bercanda dengan pelayannya, seperti teman yang sangat dekat.

Beep-beep-beep

Ku lihat sebuah notif dan membukanya setelah terdapat pesan singkat dari Daniel.

DANIEL ❤️
|Kita ketemu malam ini ya, jam 7 ditempat biasa, aku kangen kamu sayang 😍

Ok... See you Babe, aku juga kangen 🥰|
Read

"Baiklah, sepertinya cukup untuk sampai sebelum jam 7" Batinku, setelah ku lihat jam di Hp masih menunjukkan jam 15.00

"Heh, senyum-senyum sendiri. Kesambet?" tanya Taeyong.

Tentunya aku tersenyum senang setelah mendapatkan pesan dari Daniel yang mengajak bertemu, karena beberapa hari ini dia sibuk urusan kerja, jadilah kita jarang komunikasi dan jarang bertemu. Bertemu pun di acara semalam, dan timing yang tidak tepat.

"Apaan si ganggu aja orang lagi seneng" jawabku

"Kamu seneng karena aku ajak jalan-jalan dan makan makanan enak?"

"Diihh... PD gilaakk" menatapnya sinis

"Terus seneng karena apa?" Taeyong menumpukan kepalanya pada tangan diatas meja, seolah menunggu jawabanku.

"Aku mau ketemu Daniel, jam 7 ya... Kita udah harus sampai rumah sebelum itu"

"Oh mau mutusin pacar kamu, baguslah... Nanti ku antar sampai tempat kamu bertemu dan kita balik bareng"

"Gak usaahhh, aku bakal lama ketemu Danielnya. Dan aku juga belum bilang mau putus sama Daniel ya. Perjodohan ini juga belum tentu jadi"

"Kalau gitu aku akan mempercepat perjodohan ini" kali ini tatapan Taeyong sangat dingin ke arahku

"Gak bisa gitu dong, makanya punya pacar biar kamu tau rasanya sulit untuk berpaling ke orang lain" kali ini benar-benar kesal, seperti saat pertemuan pertama kita.

"nyenyenyeee... Bodo" Taeyong menutup telinganya

"Menyebalkan" pekikku dalam hati.

Sesaat setelah itu makanan datang.

"Nih makan, sebelum kamu menghadapi kenyataan kalau harus putus" Taeyong menuangkan dua centong nasi diatas piringku.

"Nih makan, biar kamu kuat menghadapi kenyataan kalau aku gak mau dijodohin sama kamu" aku mengambil alih centong dari tangan Taeyong lalu menuangkan tiga centong nasi ke piringnya.

"Porsi segini mah untuk memperjuangkan kamu... " bisiknya dengan deep-voice ke telingaku, sangat dekat nafasnya pun terasa hingga mengenai telinga dan leherku.

Aku hanya menggelengkan kepala heran sebelum akhirnya menyantap makanan di depan ku, sebelum itu juga ku kurangi nasi dan mengembalikannya ke sebuah bakul kecil yang terletak disamping Taeyong.

Tanpa mengabaikan kekesalanku pada Taeyong, dia memang tidak salah jika mengatakan ini seafood terenak di daerah ini. Mungkin juga seafood terenak yang pernah aku makan, tak kalah dengan seafood Jimbaran langganan keluarga ku jika ke Bali.

"Ternyata selain pintar ngegombal, kamu juga pintar juga pilih makan enak"

"Yaiyalah, kan aku Chef" pernyataannya membuatku tersedak.

"Uhuukk uhuukk" Taeyong menyodorkan gelas berisikan air, sesekali ku lihat wajahnya seperti sedang khawatir.

"Makan yang bener, aku tau aku ganteng, sempurna, suami-able. tapi gak usah kaget gitu kayak pertama kali ketemu aja"

"Terserah" jawabku singkat. Pasalnya malas sekali menanggapi kenarsisannya.

Tapi memang benar sih, jika dia hampir sempurna, terlebih barusan dia mengatakan jika seorang Chef, lalu jabatannya di hotel kemarin sebagai pemilik hotel itu apa? Ah aku lupa tentang bisnis keluarganya dibidang perhotelan, dia bisa menjadi apapun.

"Kamu profesional Chef?" tanyaku penasaran

"Iya, kenapa?"

"tanya aja"

"yaudah tanya aja terus, aku suka kamu banyak nanya tentang hidup aku dari pada marah-marah"

"Males..."

"Tenang, kalau kamu nikah sama aku, aku bakal jamin akan makan enak setiap hari, kamu gak perlu bingung mau makan apa dan bilang terserah" Ucap Taeyong, dengan alisnya yang naik turun dan tersenyum genit tepat di depan wajahku.

"Iyaa... KALAU AKU MAU NIKAH SAMA KAMU" aku sengaja memberikan penekanan pada setiap kata, tujuannya untuk menyadarkan dia.

"Mau gak mau, kamu harus putus dari pacar kamu dan menikah sama aku Ree" kali ini perkataannya terasa sangat dingin, dalam hitungan detik dia bisa merubah sifatnya begitu ekstrem.

"Kalau aku gak mau putus?"

"Liat aja ntar, entah aku atau Om Yunho yang bakal bertindak" kali ini dia memasang senyum smirk, ngeri liatnya, ancamannya kenapa harus bawa-bawa Papa sih!!

... ... ... ... ...

23/02/2021

Perjodohan - Lee Taeyong [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang