Papa benar-benar tidak punya rasa kasihan sedikitpun padaku, bahkan aku menangis semalaman pun tidak cukup untuk buatnya luluh. Bahkan kembali merencanakan pertemuanku dengan Taeyong. Sore ini Papa memintaku untuk pulang bersama Taeyong, katanya dia akan menjemputku ke kantor.
"pulang bareng gak?" tanya Yeri, setelah kita keluar dari ruangan HRD menuju lift.
"pengennya sih gitu, tapi gue lagi berdebat sama Papa"
Aku menghela nafas panjang, seolah membuang semua beban masalah yang terkumpul seperti tumpukan debu di dadaku."gue siap 24 jam buat dengerin cerita lo, jadi jangan di simpen sendiri ya Ree" yeri mengelus punggungku, seolah menransfer kekuatan agar aku masih bisa berdiri hingga esok hari.
Diparkiran depan kantor yang luasnya tidak seberapa ini, terparkir mobil sport berwarna putih. Mobil yang asing, sekalipun mobil klien pasti tadi sudah menjadi bahan gosipan yeri dan karyawan lain. Sepertinya mobil itu baru saja terparkir. Ah terserah, sekarang aku hanya harus menunggu Si Tuan Angkuh itu datang menjemputku.
"Reena!!"
Seseorang memanggilku dari arah parkiran, tepatnya dia saat ini berada disamping mobil putih tadi. Orang tersebut adalah Taeyong, sejak tadi melambaikan tangan ke arahku alhasil menjadi pusat perhatian karyawan yang hendak pulang.
"Huft... Bisa lebih sederhana lagi gak sih caranya untuk menjemputku. Tidak perlu seheboh membawa mobil sport dan melambaikan tangan tanpa henti seperti maneki neko di toko kelontong ujung komplek" batinku.
Aku langsung menghampirinya sebelum semakin banyak menarik atensi karyawan lain.
"udah ayo langsung berangkat" pintaku seraya membuka pintu mobilnya dan masuk.
"buru-buru kemana sih? Kan acaranya masih jam 7" Taeyong mulai menghidupkan mobil dan mencoba keluar dari area kantor ini.
Area kantor ini dibangun seperti rumah namun memiliki banyak ruangan, di kelilingi dengan tanaman juga kolam ikan. Karena perusahaan keluarga ku ini bergerak dibidang property, jadi Papa ingin kantornya lebih manusiawi dan layak huni hingga bikin betah dan kreatif karyawannya.
Balik lagi ke Taeyong yang membahas acara pada jam 7.
"Acara apa?" tanyaku bingung
"Om Yunho belum memberitahumu? Saya akan mengajakmu ke peresmian hotel baru saya malam ini jam 7... Saya telah membawa baju, sepatu, tas untuk kamu pakai nanti"
Taeyong meraih sebuah paperbag berukuran jumbo di jok belakang lalu memberikannya padaku.
"Apa saya harus ikut? Saya masih malas bertemu denganmu"
"Nurut aja Ree, dari pada Papamu marah. Melihat aura dan kharisma Papa mu saya juga takut, makanya saya nurut aja setelah beliau meminta untuk menjemput mu sepulang kantor"
Memang aura, kharisma hingga nada bicara Papa yang tegas itu membuat banyak orang tidak berani menolak apapun yang ia perintahkan. Akupun menolak perjodohan ini sebenarnya butuh nyali yang kuat, menurutku sudah cukup selama 21 tahun hidupku harus patuh pada Papa, sayangnya memang harus begitu.
Taeyong membawaku ke sebuah salon, kali ini aku menurut sajalah. Aku benar-benar sedang malas untuk mengeluarkan banyak tenaga. Tenagaku habis karena menangis semalaman hingga subuh tadi.
Setelah cukup lama aku berdandan, maksudnya di dandanin, aku keluar ruangan bertuliskan VIP itu dan bermaksud menghampiri Taeyong yang ternyata sedang tertidur di sofa panjang tak jauh dari ruangan tadi.
Sebelum aku tepat dihadapannya, dia terlebih dahulu terbangun, mungkin karena high heels ku berisik. Setelah membuka mata, lantas dia menatapku dengan tatapan aneh... entahlah tatapan apa itu.
"apa saya terlihat jelek?" tanyaku, karena sedari tadi Taeyong tidak mengalihkan pandangannya, terus memandang ke araku."tidak, kamu sangat cantik..." ucapnya lirih, namun bisa ku dengar.
Aku sebenarnya masih marah atas perkataanya kemarin, sejauh ini aku masih ingin menjaga moodku dan hubungan ku dengan Papa. Makanya ku turutin saja semuanya, termasuk aku meng iyakan saja ucapan Taeyong barusan.
"Maaf lama, ini sudah hampir jam 7 dan kamu belum ganti baju"
"Yasudah ayo berangkat, baju saya sudah ditempat acara"
Kamipun meninggalkan Salon tadi, tanpa membayar atau bahkan sudah dibayarkan atau gratis atau suatu hari nanti tagihannya akan diantar ke rumah?
. . . . . . . . .
Benar saja, kami telat. Acara sudah dimulai, tapi kata Taeyong itu masih pembukaan. Taeyong masih memiliki waktu 40 menit sebelum acara inti dan memberikan sambutan.
Taeyong menyuruhku untuk lebih dulu memasuki Hall tempat dimana acara peresmian hotelnya itu. Sedangkan dia entah kemana, pamitnya dia akan berganti baju terlebih dahulu.
Setelah memasuki hall, aku mengedarkan pandangaku ke setiap sudut untuk mencari Papa atau Mama atau siapapun yang aku kenal.
Sialnya aku bertemu Daniel disini."Sayang?! Kenapa disini?" tanya Daniel setelah tepat berada di hadapanku.
Aku bingung harus memberi alasan apa, pasalnya aku belum memberitahunya tentang Perjodohanku dengan Taeyong.
"Ehm... A.. Aku... Diajak Papa... Iya, diajak Papa" Jawabku, tentu dengan jawabanku yang gugup Daniel memasang ekspresi curiga.
Daniel sangat peka, bahkan lebih peka dari aku yang lulusan sarjana psikologi. Itulah salah satu alasanku kenapa mau menjadi pacarnya. Daniel nyaris sempurna hampir tidak ada celah, kecuali beberapa bulan lalu dia sempat menampar pipiku hingga merah.
Hal itu dia lakukan setelah memergoki ku sedang mengantar mantanku semasa SMA, Suga mencari hadiah untuk Mamanya. Alasanku mengiyakan ajakan Suga karena aku cukup dekat dengan Mamanya, bahkan Mamanya menganggap aku sebagai adik kandung Suga.
Salahku berbohong pada Daniel, aku bilang sedang dirumah namun dia memergokiku di store lantai satu salah satu Mall di jakarta. Berakhirlah aku yang harus pulang meninggalkan Suga dan diantar oleh Daniel, sebelum sampai rumah Daniel mengintrogasiku hingga dia memberikan tamparan di wajahku untuk pertama kalinya setelah setahun berpacaran.
"Aku belum melihat Papamu sejak tadi... Tidak ada yang kamu sembunyikan dariku kan, Reena?" tentu tatapan itu tajam ke arahku.
Dalam beberapa detik aku terdiam, aku seperti takut untuk mengungkapkan kejujuran. setelah mengedarkan pandangan lagi, akhirnya aku menemukan Papa dan Mama yang duduk dikursi bagian tengah.
"Oh itu Papa dan Mama, aku kesana sebentar ya sayang" aku tersenyum, tanpa menunggu responnya aku berlalu meninggalkan Daniel.
. . . . . . . . . . .
21/02/2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjodohan - Lee Taeyong [END]
Fanfiction[COMPLETE] [Mix Baku-non Baku] [REVISI] #4 - daniel (05/11/2021) #5 - lee taeyong #55 - taeil (05/11/2021) #73 - kun (05/11/2021) #120 - yuta (05/11/2021) #122 - johnny (05/11/2021) Menikah dengan orang yang dikenal hanya SATU bulan menjelang menik...