Selamat datang dan selamat membaca ❤️
***
"Hei, [Name], apa di luar dinding ini hanya ada titan? Apa tidak ada manusia atau kehidupan lain sama sekali di luar sana?"
Bocah perempuan bernama [Name] itu menoleh, menatap sosok Ellie sang sahabat dari samping dengan tatapan malasnya. Rasanya, pertanyaan tersebut sudah [Name] dengar lebih dari 5 kali untuk hari ini.
Lantas [Name] menghela nafasnya, beralih mendudukkan dirinya dan mendongak. Ia tatap dinding yang menjuntai setinggi 50 meter tersebut. Dirinya pun tidak tahu apa di luar sana ada kehidupan lain selain di dalam dinding atau tidak.
Yang pasti saat ini [Name] bisa hidup damai tanpa harus berurusan dengan titan.
"Entahlah. Mungkin kau bisa bertanya pada burung yang selalu berhasil terbang dengan bebas melewati dinding ini," jawab [Name] sekenanya.
Semilir angin berhembus, membuat rambut hitam sebahunya terbang tersapu angin lembut. Siang ini terasa damai. Usai dari mencari kayu bakar untuk memasak dan penerangan, [Name] langsung mengajak Ellie untuk bermain di belakang bukit di dekat rumah Ellie.
Karena lelah bermain, mereka memutuskan untuk duduk dan saling bertukar cerita. Selama bertukar cerita, Ellie terus menerus menceritakan tentang ketertarikannya pada Pasukan Pengintai. Sementara [Name], gadis itu hanya menjadi pendengar yang baik.
"Apa nanti kau akan bergabung dengan akademi militer lalu bergabung dengan Pasukan Pengintai, [Name]?" Ellie bertanya. Ikut-ikutan mendudukkan dirinya dan beralih merangkul [Name].
[Name] terkekeh. Sedikit malas untuk menjawab pertanyaan tersebut.
"Aku masih sayang nyawaku. Mungkin bergabung dengan Polisi Militer adalah hal yang bagus-"
"Lemah." Ellie menyela, beralih melepas rangkulannya dan berdiri dari duduknya. "Mereka itu tidak lebih dari orang lemah yang ingin hidup enak."
[Name] mendongak dan ikut-ikutan berdiri. Sedikit memukul bokongnya untuk mengusir debu-debu yang menempel pada celananya. [Name] tersenyum tipis kala mendapati wajah cemberut sang sahabat. Ini adalah hal wajar ketika [Name] selalu mengatakan kalau ia tertarik untuk bergabung dengan polisi militer ketimbang bergabung dengan pasukan pengintai.
"Silahkan merajuk, toh, aku tidak peduli," ucap [Name] enteng. Kemudian gadis berambut sebahu yang saat ini usianya masih menginjak 10 tahun berjalan meninggalkan Ellie.
[Name] ingin pulang saja dan bermain dengan boneka buatan ibunya. Berhubung hari ini ia benar-benar senggang.
"[NAME]! TUNGGU AKU HEI!"
***
Ketika dalam perjalanan pulang, [Name] dipaksa oleh Ellie untuk mengikuti gadis itu. Mereka pun berjalan beriringan hingga tiba di tepi jalanan distrik Shiganshina. Terlihat banyak orang yang berdiri di tepi jalan dan menyaksikan sekumpulan orang yang baru saja kembali dari luar dinding.
Sekumpulan orang tersebut adalah anggota dari pasukan pengintai.
Lebih memilih untuk menyandarkan punggungnya pada dinding rumah penduduk, [Name] menatap Ellie dengan tak minat. Gadis berambut coklat itu terlihat bersemangat dengan pasukan idolanya yang baru saja tiba dari ekspedisi mereka.
"Jika kau keluar dinding, maka kau harus bersiap untuk mati. Itulah hukum alam yang berlaku," gumam [Name].
[Name] menghela nafas, ia menyugar rambutnya yang tergerai dan beralih mengedarkan pandangannya. Kedua matanya terpaku pada deretan orang yang berjalan dengan segala hal yang menyedihkan. Begitulah resiko jika kelak kau memilih untuk bergabung dengan Pasukan Pengintai. Kau harus siap mati karena mereka selalu berhadapan dengan titan. Ibarat mengantarkan diri kepada kematian.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐑𝐄𝐀𝐌𝐒 𝐀𝐍𝐃 𝐆𝐎𝐀𝐋𝐒 || AOT
FanfictionApa kau pernah memiliki mimpi dan tujuan di dalam hidupmu? Gadis yang minim rasa kemanusiaan ini juga memiliki mimpi dan tujuannya sendiri. *** Lahir dengan masa lalu yang abu-abu membuat [Name] bermimpi untuk mencari kebenaran mengenai siapa ayahny...