44: Para iblis |S4 (Revisi)

2.5K 525 192
                                    

⚠️ Mengandung Spoiler Manga ⚠️

Happy reading ❤️

***

Keesokan paginya, seluruh anggota aliansi bersiap-siap untuk pergi menuju ke pelabuhan. Mereka akan pergi menghentikan Eren menggunakan pesawat milik Azumabito. Mereka semua harus bekerjasama meski terpaksa dan tidak boleh menyia-nyiakan waktu yang tersedia. Karena dunia sedang menuju ke ambang kemusnahannya.

[Name] mendudukkan dirinya berhadapan dengan Annie. Ia bergabung dengan gerobak kuda yang dikendarai oleh Armin bersama Annie, Jean, Reiner, Falco dan Gabi. Sementara gerobak satunya lagi dikendarai oleh Connie bersama Hange, Magath, Levi, Yelena dan Onyankopon. Sedangkan Mikasa dan Pieck tengah mengecek keadaan di pelabuhan.

Gadis berambut hitam pendek tersebut merapikan kuciran rambutnya sembari bergumam pelan. Pagi ini cukup dingin dan [Name] menyukai hal itu. Ia tidak perlu merasakan gerah sama sekali karena tak mandi lantaran tak tahu harus mandi di mana. Baiklah, ini pikiran terkonyol yang pernah ia pikirkan.

"Gabi, maaf aku sudah menendangmu. Apa kau tak apa?" Jean membuka pembicaraan dengan pembahasan permintaan maafannya.

Gabi yang duduk di samping Falco menganguk kecil. "Yeah, aku tidak apa."

"Begitu ya. Reiner, aku tak akan meminta maaf padamu," ujar Jean dengan nada datarnya.

[Name] memperhatikan Jean, Reiner dan Annie yang saling melemparkan tatapan masing-masing. Ia hanya menyaksikan dalam diam dan jika memiliki celah untuk menabur garam provokasi, mungkin akan ia tabur.

"Ya, tak apa," sahut Reiner dengan kepala yang menunduk.

"Aku tak bisa memaafkanmu," tambah Jean.

"Aku tahu."

[Name] terkekeh. Ia mengalihkan perhatiannya ke arah lain. Memperhatikan jalanan yang sudah dilalui dengan tatapan datarnya. Mulai dari sini, mereka semua adalah rekan [Name] dan Yeagerits adalah musuhnya.

Lalu, setelah ini pun [Name] harus siap jika salah satu diantara mereka ada yang gugur. Karena [Name] tak yakin semuanya akan selamat. Mereka pasti butuh pengorbanan ntah apapun itu bentuknya. Dan, [Name] harus mempersiapkan dirinya untuk membunuh Eren.

Tak ada cara lain. [Name] sudah berusaha mencari jalan lain untuk menghentikan Eren, tetapi yang ia temukan hanya jalan buntu.

"Kalau aku?" Tiba-tiba Annie bertanya dengan ragu kepada Jean.

[Name] yang mendengar pertanyaan Annie sontak menoleh dan menatap gadis tersebut. [Name] menumpukan siku tangannya pada tepi gerobak lalu memangku dagunya. Sebuah senyuman tipis terpatri menyaksikan interaksi teman lama yang kembali berkumpul dalam satu pasukan.

"Bagaimana, Jean? Apa kau akan memaafkan Annie atau tidak? Terdengar tidak adil jika kau menjawab iya," cetus [Name] dengan wajah berserinya.

Gadis ini aneh. Beberapa jam yang lalu ia terlihat begitu frustasi, lelah serta depresi. Namun, pagi ini ia terlihat bugar, berseri, dan ceria. Tidak seperti biasanya yang menampilkan wajah muramnya serta aura hampanya.

Jean menatap [Name] dengan datar lalu memejamkan matanya. "Tidak."

Mendengar jawaban Jean kontan membuat [Name] melebarkan senyumannya. Ia mendongak dan memperhatikan langit pagi yang bersinar dengan cerah serta angin pagi yang berhembus.

"Aku pun sama, tidak ada niatan untuk memaafkan kalian berdua," ujar gadis tersebut tiba-tiba. "Tapi ...." [Name] menggantung kalimatnya dan beralih menatap Reiner.

"Apa?" Reiner yang ditatap oleh [Name] bertanya.

[Name] mengerutkan keningnya, menatap Reiner dengan tatapan bingungnya. "Bagaimana kau tahu kalau aku sempat menyukai Marco?"

𝐃𝐑𝐄𝐀𝐌𝐒 𝐀𝐍𝐃 𝐆𝐎𝐀𝐋𝐒 || AOT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang