33: Topeng |S4 (Revisi)

3K 570 252
                                    

Happy reading ❤️

***

Banyak peristiwa yang terjadi usai satu bulan penyerangan ke Liberio. Rakyat sipil mulai membrontak dan menuntut untuk kebebasan Eren dari hukum militer yang menahannya. Para rakyat sipil berasumsi hanya Eren lah yang bisa membuat kebangkitan untuk rakyat Eldia. Mereka ingin Eren yang menjadi pemimpin tertinggi Eldia saat ini.

Suara ricuh serta kerumunan sudah berkumpul di depan gerbang markas utama pengadilan Paradis. Warga-warga berteriak sembari mengumandangkan kalimat; BEBAS KAN EREN JEAGER!

[Name] yang melihat keramaian dari kejauhan berdecih. Gadis tersebut berjalan beriringan bersama Mikasa sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku seragamnya.

"Apa mereka tidak bisa tenang?" gumam [Name] sinis. Ia benci keramaian tersebut.

Namun, ketika Mikasa melihat sosok Armin yang berdiri sembari memperhatikan keramaian, gadis bersyal merah tersebut berlari sembari memanggil Armin. "Armin!"

Armin menoleh. "Mikasa? [Name]?" ucap pemuda pirang tersebut setibanya [Name] dan Mikasa.

"Kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini."

Seakan-akan mengerti maksud dari Mikasa, Armin menganguk lalu beralih menatap [Name] seolah-olah meminta pendapatnya.

"Terserah, aku ikut saja."

Pada akhirnya mereka berjalan beriringan memasuki markas utama. Mereka bertiga menaiki anak tangga yang menghubungkan lantai dasar dengan lantai dua. Ditengah-tengah perjalanan, Mikasa menghentikan langkahnya dan menatap ke arah luar jendela yang tersemat di tangga.

"Kadet baru dari Pasukan Pengintai? Apa yang mereka lakukan di markas pusat?" tanya Mikasa.

[Name] menghela nafas dan kembali melanjutkan langkahnya. "Mereka tidak terlalu penting, sebaiknya kita bergegas.

***

"Kudengar Hange mengunjungi berbagai tempat, seperti biasa." Zackly yang berdiri membelakangi [Name], Mikasa dan Armin berujar sembari memperhatikan khalayak ramai yang masih berusaha menerobos masuk.

"Dia bilang ada sesuatu yang harus dipastikan," sahut Armin.

"Ya, aku mengizinkannya membawa salah satu sukarelawan, tapi ...." Zackly berbalik menatap ketiga orang terdekat Eren. "Aku tak bisa mengizinkan kalian bertemu dengan Eren.

"Kenapa?" tanya Armin. Pemuda tersebut terlihat kaget dengan penolakan yang diberikan.

"Karena kini kami yakin para sukarelawan telah menjalin kontak dengannya. Eren menutupi pertemuan rahasianya dengan para sukarelawan yang mengarah pada serangan terhadap Marley. Kami sedang mencari dalang pertemuan ini bersama dengan pengikutnya. Eren terus bungkam sejak fakta ini terungkap. Kita masih tak tahu apa yang dia lakukan saat sendirian di Marley. Kami yakin Eren dikendalikan oleh Zeke." Penjelasan tersebut langsung membuat [Name], Mikasa dan Armin tersentak. "Aku mengantakan ini karena kalian adalah teman dekatnya. Jadi, tolong rahasiakan ini."

"Eren dikendalikan? Tidak mungkin," kaget Armin dengan kedua matanya yang membelak.

"Apa yang akan terjadi kepada Eren- apa itu?"

Sontak pertanyaan Mikasa membuat [Name], Armin dan Zackly menaruh perhatian mereka pada sebuah kursi berbusa merah maroon yang terletak di dekat rak buku.

"Hah? Bukan apa-apa. Aku tak punya tempat lain, jadi, kuminta para kadet membawanya kemari," jawab Zackly sembari kembali duduk di kursinya.

Armin tampak terdiam sejenak kemudian kembali berseru. "Tapi, Pak! Jika dia tetap bungkam mungkin kami bisa melakukan sesuatu! Aku tak bisa menjamin bahwa kami bisa membuat Eren mengungkap kebenarannya. Tapi, itu patut di coba."

𝐃𝐑𝐄𝐀𝐌𝐒 𝐀𝐍𝐃 𝐆𝐎𝐀𝐋𝐒 || AOT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang