Happy reading!
***
Untuk pertama kalinya umat manusia berhasil memenangkan pertarungan dengan titan. Titan yang dikendalikan oleh Eren berhasil menutup gerbang distrik Trots yang telah dijebol oleh colosal titan. Pengorbanan semua prajurit yang telah gugur tidaklah sia-sia.
Namun, setelah itu semua berhasil tercapai, pihak militer memutuskan untuk menangkap Eren dan menahannya di penjara ruang bawah tanah sembari menunggu keputusan apa yang akan dijatuhkan kepada pemuda bermata zamrud tersebut.
Keesokan harinya, usai hari panjang berakhir [Name] melangkahkan kedua kakinya di jalanan distrik. Wajahnya sudah ditutupi oleh sebuah kain putih bersih untuk menutupi hidungnya dari wewangian mayat yang tidak sedap yang sudah berserakan. [Name] mengedarkan pandangannya dan mendapati banyak tim medis yang tengah mengecek satu persatu mayat dan mencatat data yang didapat.
[Name] menghela nafas, kembali melangkahkan kedua kakinya di sepanjang jalanan distrik. Ada sesuatu yang ingin [Name] hampiri. Setelah berjalan cukup lama, [Name] menghentikan langkahnya. Ia menunduk, memperhatikan mayat yang sudah tergeletak di hadapannya.
Kedua mata [Name] hanya memandang datar tanpa gairah sama sekali. Lantas [Name] berjongkok, mengeluarkan sebuah kain putih yang ia bawa dari dalam rompinya. Sepertinya, tim medis belum sampai ke lokasi ini. Maka dari itu, bau mayat ini tercium sangat tajam dan bisa membuat siapapun yang mencium aromanya ingin muntah.
Mayat dengan kondisi tidak layak ini sudah terdiamkan di luar ruangan selama satu hari penuh. Pasti sudah terjadi pembusukan.
"Tidur yang tenang, Ellie." [Name] menutup tubuh Ellie dengan kain putih yang ia bawa.
Sengaja ia berjalan jauh-jauh dari markas hanya untuk melihat sahabatnya untuk yang terakhir kalinya sebelum tubuh Ellie akan dibakar masal bersama dengan mayat yang lain untuk menghindari wabah yang tidak diinginkan.
[Name] tatap tubuh Ellie yang sudah tertutupi oleh kain dengan sayu. Sejenak [Name] mengambil tangan Ellie yang sudah dingin dan menggenggamnya. Kepalanya tertunduk, keningnya berkerut bersama alis yang bertautan dan gigi yang bergemelatuk.
"Pasukan pengintai, kebebasan dan lautan, aku akan mengwujudkan mimpimu Ellie."
[Name] jadi teringat dengan masa kecil mereka berdua dulu. Ketika sehabis mencari kayu bakar bersama, [Name] dan Ellie sering menghabiskan waktu bersama di belakang bukit sembari memperhatikan dinding yang menjulang tinggi.
Waktu-waktu itu dihabiskan dengan celotehan Ellie tentang pasukan pengintai dan berbagai mimpi gadis itu. Ellie adalah seorang gadis pemimpi dan sayangnya ia tidak bisa mengwujudkan mimpinya. Namun, [Name] berjanji kalau suatu hari nanti [Name] akan mengwujudkan mimpi Ellie.
***
Gemericik air terdengar. Air turun dari dalam pemancur air dan membasahi seluruh tubuh [Name]. Tak butuh waktu lama [Name] sudah selesai dengan acara membersihkan dirinya. Usai berpakaian, [Name] mendudukkan dirinya di depan meja rias yang biasa ia pakai.
Saat ini kamar prajurit yang ditempati oleh [Name], Mikasa, dan Ellie terasa sunyi sekali. Hanya ada [Name] di dalamnya karena Ellie telah tiada dan Mikasa sedang keluar.
Sejenak perhatian [Name] terpaku pada sebuah tulang jari yang berhasil ia keringkan. Itu adalah jari kelingking Ellie yang sudah ia potong beberapa hari yang lalu. Tangan [Name] bergerak mengambilnya. Ia tatap lamat-lamat tulang jari yang sudah mengering dan berganti warna menjadi putih kusam. Seperti tulang yang mengering pada umumnya.
Waktu itu, usai berhasil menutup gerbang dinding distrik Trots, [Name] dan prajurit lainnya kembali ke tempat istirahat mereka. Usai membersihkan diri, [Name] langsung menghabiskan waktunya dengan potongan jari Ellie yang mulai membusuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐑𝐄𝐀𝐌𝐒 𝐀𝐍𝐃 𝐆𝐎𝐀𝐋𝐒 || AOT
FanfictionApa kau pernah memiliki mimpi dan tujuan di dalam hidupmu? Gadis yang minim rasa kemanusiaan ini juga memiliki mimpi dan tujuannya sendiri. *** Lahir dengan masa lalu yang abu-abu membuat [Name] bermimpi untuk mencari kebenaran mengenai siapa ayahny...