28: Serangan balasan |S4 (Revisi)

3.8K 645 303
                                    

Happy reading ❤️

***

Pasukan Pengintai menyebutnya dengan sebutan kapal terbang. Sebuah kendaraan yang bisa terbang menggunakan bahan bakar alam saat ini telah mengudara sebelum hari menjadi gelap. Membawa Pasukan Pengintai terbang melintasi lautan dan meninggalkan pulau Paradis.

[Name], gadis berambut hitam pendek yang diikat kuda setengah itu tengah mengecek satu persatu senjata yang akan ia gunakan untuk beraksi di Liberio nantinya. Hari ini, Pasukan Pengintai akan melakukan serangan balasan seperti apa yang Eren rencanakan. Banyak hal yang terjadi sejak kebenaran tentang dunia terungkap dan salah satunya adalah ini.

Setelah berdiam dengan segala tipu daya raja dinding pertama, pada akhirnya Paradis bergerak, memberikan serangan kejutan untuk negara di sebrang lautan sana, Marley.

"Kapten, ini tombak petirmu."

[Name] yang tengah sibuk menyimpan bilah pedangnya di bagian saku pedang yang tersampir di sisi kaki celananya menoleh. Ia tatap pemuda berambut hitam bernama Eldric yang menyerahkan dua buah tombak petir kepadanya.

"Terimakasih, tapi, setelah ini kau tidak perlu repot-repot membantuku, Eldric," ujar [Name] dengan wajah datarnya sembari menerima dua tombak petir yang Eldric berikan.

Eldric adalah salah satu anggota dari skuad yang [Name] pimpin. Saat ini, di Pasukan Pengintai, [Name] memiliki jabatan sebagai seorang kapten dan anggota dari skuadnya terdiri atas empat orang yaitu; Eldric, Louise, Floch dan Xander.

"Bukan masalah, Kapten. Aku dengan senang hati melakukannya. Lagi pula, perlakuanku juga belum cukup untuk membayar jasamu empat tahun yang lalu dan membayar nyawa sahabatmu."

[Name] menghela nafas, lalu menatap Eldric yang lebih tinggi darinya dengan tatapan sayunya. Empat tahun telah berlalu, tetapi, ekspresi wajah [Name] tetap terlihat suram. "Jangan pernah bahas perihal kematian Ellie lagi."

[Name] berlalu meninggalkan Eldric begitu saja. Ia memutuskan untuk bergabung dengan teman-temannya yang tampak tengah bersiap karena hari sudah mulai menggelap dan tak lama lagi mereka akan tiba di Marley.

"Apa kalian sudah siap?" tanya [Name] sembari mendudukkan dirinya di sebuah bangku panjang yang tengah diduduki oleh Connie dan Sasha.

"Sudah, sekarang hanya tinggal menunggu Jean selesai memakai seragamnya saja," sahut Shasa.

[Name] menganguk kecil sebagai respon. Ia menatap lurus ke arah depan. Di mana netra kelabu kelamnya melihat ke arah luar jendela.

"Setelah ini kita akan membawa Eren pulang."

[Name], Armin, Shasa dan Connie langsung menaruh perhatian mereka pada Mikasa yang berujar lirih. Empat tahun sudah berlalu. Sepuluh bulan yang lalu Eren bertindak seorang diri dengan cara menyusup ke Marley sendirian. Selama itu pula Eren mengirimkan berbagai surat untuk melaporkan keadaan dan kapan waktu yang tepat untuk beraksi.

Eren bertindak seorang diri, membawa Pasukan Pengintai untuk melakukan serangan balasan dan memperlihatkan sisi iblis yang tertutupi selama ini.

"Ya, kita akan membawa Eren kembali," sahut Armin dengan kepalanya yang menunduk.

[Name] bangkit dari duduknya lalu melangkah ke depan. Ia berhenti tepat di depan jendela dan menatap ke arah luar.

"Tak terasa, sembilan tahun telah berlalu dan kini kita akan membuat mereka merasakan apa yang kita rasakan dulu," ujar [Name]. Gadis dengan tinggi 170 cm tersebut berbalik, bersandar pada dinding kapal terbang dan bersidekap dada.

Kedua mata datarnya menatap satu persatu teman-temannya dan tak lama Jean muncul dengan tubuh yang sudah terbalut seragam tempur Pasukan Pengintai dan bergabung dengan Shasa dan Connie. Pemuda tersebut baru saja bergabung dengan Pasukan Pengintai usai menyelinap mencari informasi mengenai keberadaan Eren di Marley sebulan yang lalu.

𝐃𝐑𝐄𝐀𝐌𝐒 𝐀𝐍𝐃 𝐆𝐎𝐀𝐋𝐒 || AOT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang