Happy reading ❤️
***
Tatapan matanya terlihat begitu datar dan kosong. Pemakaman bagi mereka yang telah gugur sudah selesai. Saat ini pun langit sudah mendung dan sebentar lagi hujan akan segera turun. Namun, meski begitu, keadaan langit yang mendung tidak kunjung membuat [Name] beranjak dari duduknya.
[Name] menyandarkan punggungnya pada nisan makam James. Kedua kakinya sudah ia tekuk dan ia peluk. Bibirnya yang melengkung ke bawah itu semakin membuat aura gadis itu terasa hampa.
"James, apa kau sudah benar-benar mati? Atau, Hannes-san, apa kau juga sudah mati? Kenapa kalian meninggalkanku begitu cepat? Apa tidak bisa kita bersama lebih lama lagi?" [Name] melontarkan sederet pertanyaannya dengan nada bicaranya yang rendah.
Beberapa orang masih berlalu lalang di pemakaman khusus para prajurit yang gugur. [Name] sudah hampir satu jam terduduk dan terus berdiam sembari melontarkan kalimat yang sama berulang kali.
Setelah mendapati fakta James meninggal dunia, [Name] juga mendapatkan fakta bahwa Hannes tewas karena melindungi Eren dan Mikasa. Hari itu ia kehilangan 2 orang yang berharga baginya sekaligus.
[Name] menghirup nafas lalu menghembuskannya secara perlahan. Reiner, Berthold dan Annie, ketiga orang brengsek tersebut menjadi alasan mengapa ini semua terjadi. [Name] memejamkan matanya, kedua tangan yang ia pakai untuk memeluk kakinya sudah mengepal bersamaan dengan kening serta alis yang menukik.
4 tahun yang lalu, ketika [Name] berada di panti dan mencoba untuk berteman bersama Eren dan yang lain, sosok Hannes adalah orang yang sering mengunjungi mereka. Dari Hannes, [Name] mendapatkan perhatian dari seorang ayah yang tidak pernah ia rasakan sedari kecil.
Namun, lain dari itu James pun selalu berada di sisinya sekalipun mereka berselisih. James, lelaki yang paling berharga di dalam hidupnya kini sudah meninggalkan [Name] untuk selama-lamanya.
Tangan [Name] bergerak menyentuh bandulan kalungnya yang selalu ia sembunyikan di dalam bajunya. [Name] memperhatikan bandulan kalungnya yang terbuat dari tulang jari Ellie dengan datar. Sejenak seuntas senyuman tipis nan sinting terpatri di wajahnya. Gadis itu kemudian menempelkan bandulan kalungnya di dahinya dan kembali memejamkan matanya serta bibirnya kembali melengkung ke bawah.
[Name] berusaha mencari ketenangan ketika rasa sesak melanda. Gadis itu tidak menangis tersedu-sedu pada umumnya. Hanya saja, kesedihan masih jelas terasa, membuat [Name] memutuskan untuk menghabiskan waktunya di makam James untuk meluapkan semua emosi tertahannya.
"James, kau sudah berjanji mau menemaniku untuk mencari informasi tentang ayah kita dan menemukannya. Tapi, mengapa kau melanggar janjimu dan pergi begitu saja?" tanya [Name] masih dengan matanya yang terpejam serta bandulan kalungnya yang masih menempel di dahinya.
"Aku benci mengatakan ini, hanya saja, aku sangat menyayangimu. Jadi, apa kau benar-benar sudah mati?" Masih tentang pertanyaan yang sama, [Name] terus menanyakan hal tersebut meski tidak ada yang menjawabnya sama sekali.
Hujan mulai turun secara perlahan. Membasahi setiap sisi bumi yang tidak tertutupi oleh apa pun termasuk tubuh [Name]. Gadis itu tetap memejamkan matanya dan membiarkan tubuhnya yang dibalut seragam Pasukan Pengintai basah secara perlahan.
Setidaknya, hujan semakin menambahkan kesan ketenangan baginya. Jadi, biarkanlah gadis yang memiliki mimpi ingin hidup damai di dalam dinding itu basah diguyur oleh hujan.
"Tujuan hidupku selama ini adalah demi melindungi orang-orang yang berharga bagiku. Hanya saja, aku sudah gagal sebanyak tiga kali, apa selanjutnya aku akan gagal juga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐑𝐄𝐀𝐌𝐒 𝐀𝐍𝐃 𝐆𝐎𝐀𝐋𝐒 || AOT
ФанфикApa kau pernah memiliki mimpi dan tujuan di dalam hidupmu? Gadis yang minim rasa kemanusiaan ini juga memiliki mimpi dan tujuannya sendiri. *** Lahir dengan masa lalu yang abu-abu membuat [Name] bermimpi untuk mencari kebenaran mengenai siapa ayahny...