Happy reading ❤️
***
"[Name], kenapa kau melakukan ini?!"
Pertanyaan yang dilontarkan oleh Jean spontan membuat [Name] terkekeh. Gadis tersebut berbalik dan menatap Jean, Connie serta Hange secara bergantian. Tak lama sebuah senyuman tercetak bersamaan dengan deretan gigi yang rapi juga terlihat, membuat [Name] terlihat berbeda. Sangat berbeda.
"Jangan bilang malam itu ketika kau bertanya di mana lokasi kapten Levi kepada kami, kau sedang mencari mencari keberadaan Zeke?!"
"Tepat sekali," sahut [Name]. Gadis tersebut berjalan menghampiri Connie. "Kau terlihat lebih pintar sekarang, Connie. Sekarang serahkan ini kepada kami, maka semuanya akan selesai dan Eldia akan mendapatkan kemenangannya," ujar [Name] sembari berlalu keluar bersama Floch.
Namun, ketika [Name] meninggalkan ruangan yang diisi oleh Hange dan yang lainnya, senyuman yang terpatri di wajahnya seketika luntur. Langsung saja [Name] melemparkan tatapan tajamnya kepada Floch yang berjalan di sampingnya.
"Mengapa kalian melakukan semua ini tanpa membicarakannya denganku?!" tanya [Name] disertai desissan sinisnya
Floch menoleh, menatap [Name] kemudian tersenyum. "Aku tahu kau tidak akan pernah setuju, maka dari itu kuputuskan untuk melakukannya tanpa kau. Kau tidak akan pernah mau mengorbankan rekan-rekanmu kan, [Name]? Eren juga menyarankan untuk tidak memberitahumu."
[Name] menghela nafas lalu menangkup wajahnya dan sedikit meremasnya. Seketika, suasana hati [Name] menjadi kacau kala memikirkan berapa banyak rekan-rekannya yang akan menjadi korban.
"Sial, jika begini akan semakin banyak korban dari pihak Paradis!" gerutu [Name].
"Setidaknya pengorbanan mereka tidak akan sia-sia."
[Name] menghela nafasnya. Mengusap wajahnya lalu menatap lurus ke depan, ia melihat Eren memasuki sebuah ruangan dengan kondisi tangan yang sudah berdarah. Apakah bagian itu akan dimulai? Bagian di mana dirinya dan Eren akan berbicara bersama Mikasa dan Armin dengan tenang. Tanpa adanya konflik antara Eldia dan Marley.
"Kuserahkan Zeke kepadamu, hanya saja, tolong pastikan kondisi Hange-san dan kapten Levi baik-baik saja nantinya. Jika mereka berdua terluka, kelaminmu akan kupotong ," ancam [Name]. Rahangnya tampak mengeras bersamaan dengan tatapan tajam yang diberikan.
Floch yang diancam oleh [Name] hanya bisa menghela nafas dan menganguk. Lalu pemuda tersebut melangkahkan kedua kakinya menghampiri pintu tempat di mana Eren masuk dan mengetuk pintu tersebut. "Eren, kuserahkan sisanya kepadamu," ujar Floch pelan kepada [Name] sembari mengetuk pintu.
Setelah mendapatkan sahutan dari Eren, Floch berlalu pergi. Meninggalkan [Name] yang masih berdiri di lorong dengan tatapan tajamnya.
[Name] berhenti tepat di depan pintu yang dimana di balik pintu ini Eren sudah bersama Armin dan Mikasa. [Name] menyandarkan punggungnya pada pintu dan memperhatikan teman-temannya yang di paksa di bawa keluar. Kedua matanya sempat bersitatap dengan kedua mata Jean, Connie dan Hange.
"Tidak kusangka kau akan menjadi pengkhianat!" pekik Connie.
Sejenak [Name] tatap raut wajah kecewa Connie dengan tatapan sayunya dan beralih berbalik. Ia membuka pintu dan ketika pintu terbuka, semua perhatian tertuju kepadanya. Mendadak atmosfer ruangan berubah seketika ketika ia menginjakkan kedua kakinya di dalam ruangan ini.
Lagi, sebuah senyuman asing terpajang di wajahnya. "Hai semua," sapa [Name] sembari berjalan dan mendudukkan dirinya di sebuah kursi kosong yang ada diantara Eren dan Gabi.
[Name] tetap mempertahankan senyumannya lalu meletakkan kedua telapak tangannya di atas meja bundar dan menoleh ke arah Gabi. "Kau terlihat tertekan, Bocah."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐑𝐄𝐀𝐌𝐒 𝐀𝐍𝐃 𝐆𝐎𝐀𝐋𝐒 || AOT
FanficApa kau pernah memiliki mimpi dan tujuan di dalam hidupmu? Gadis yang minim rasa kemanusiaan ini juga memiliki mimpi dan tujuannya sendiri. *** Lahir dengan masa lalu yang abu-abu membuat [Name] bermimpi untuk mencari kebenaran mengenai siapa ayahny...