Happy reading!
***
"[Name]! Lihat itu Pasukan Pengintai! Mereka keren sekali!"
[Name] mendongak, memperhatikan jalanan yang sudah dilalui oleh para pasukan pengintai yang kabarnya akan melakukan ekspedisi ke luar tembok untuk kesekian kalinya. Di barisan terdepan sudah ada Erwin Smith sang komandan pasukan pengintai. Pria itu terlihat gagah dengan segala karismatiknya yang menguar.
[Name] mengerjapkan matanya kemudian menunduk sembari menghela nafas dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya. "Yeah, mereka keren," sahut [Name] malas. Ia mengiyakan saja apa perkataan Ellie agar dirinya tidak perlu mendengar ocehan Ellie lagi yang terus-menerus membesar-besarkan Pasukan Pengintai.
[Name] memang sudah memutuskan untuk bergabung dengan Pasukan Pengintai. Namun, bukan berarti ia akan seheboh Ellie ketika melihat anggota pasukan pengintai lewat. Maklum saja jika Ellie terlihat heboh seperti tadi. Sedari kecil Ellie sudah sangat mengidolakan dan bermimpi untuk masuk ke dalam pasukan pengintai serta merebut kebebasan umat manusia.
"Lihat, [Name]! Itu kapten Levi! Kyaa! Dia sangat tampan!" Suara Ellie terdengar nyaring di telinganya dan itu membuat [Name] berdecih.
[Name] menghela nafas, memijit pangkal hidungnya frustasi. Satu hal yang masih [Name] herankan sampai saat ini adalah kenapa ia betah bersahabat dengan orang yang sangat mencolok seperti Ellie?
"Kau terlalu berisik, Ellie," tegur [Name]. Bahkan beberapa orang disekitar mereka sudah memperhatikan mereka berdua karena Ellie yang berkata cukup keras.
"Aku tidak peduli! Namun, setelah bergabung dengan Pasukan Pengintai aku akan mencoba untuk mendekati kapten Levi, siapa tahu dia jodohku!" bisik gadis itu semangat, benar-benar bersemangat.
"Autis," celetuk [Name] sarkas.
Pada akhirnya [Name] memutuskan untuk meninggalkan Ellie seorang diri dan lebih memilih untuk bergabung dengan James, Eren, Mikasa, dan Armin yang tengah berbicara dengan sosok Hannes.
Upacara kelulusan para kadet pun telah selesai sejak tadi dan sekarang mereka para prajurit diberi beberapa tugas ringan.
"Hai." [Name] menyapa, menepuk pelan pundak James dan Eren membuat mereka semua menaruh perhatian pada [Name]. "Kalian sedang membicarakan apa?" tanya [Name] setibanya.
"Hannes-san sudah diangkat menjadi kapten di pasukan penjaga!" Eren menjawab, membuat [Name] mengerjapkan matanya beberapa kali.
"Wow, itu hebat Hannes-san!" ujar [Name] takjub. "Tak ku sangka seorang pemabuk sepertimu naik jabatan."
Semua terkekeh. Membuat Hannes menoyor pelan kepala [Name] dengan kekehan ringannya. "Itu adalah hal yang bagus," ujarnya.
Sosok Hannes sudah seperti ayah bagi [Name]. Sewaktu di panti bersama James, Ellie, Eren, Mikasa, dan Armin, Hannes sering mengunjungi mereka berenam dan sesekali menghabiskan waktu bersama. Hubungan mereka sangat dekat, bahkan saking dekatnya, sebuah candaan berlebihan dianggap biasa. Ya seperti mengatai Hannes seorang pemabuk dan tukang makan gaji buta contohnya.
Rasanya siang itu terasa baik-baik saja. Usai berbicara ringan, pada akhirnya [Name] dan Eren memutuskan untuk berpamitan karena mereka mendapatkan tugas untuk membersihkan meriam yang berada di atas dinding sebelum jam makan siang.
[Name] melangkahkan kedua kakinya beriringan bersama Eren. Kepala gadis itu mendongak, menatap pada langit yang bersinar terang. Tak terasa 5 tahun sudah berlalu. Banyak hal yang [Name] lalui selama 5 tahun belakangan ini, salah satunya adalah menghabiskan waktu bersama orang berharganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐑𝐄𝐀𝐌𝐒 𝐀𝐍𝐃 𝐆𝐎𝐀𝐋𝐒 || AOT
FanficApa kau pernah memiliki mimpi dan tujuan di dalam hidupmu? Gadis yang minim rasa kemanusiaan ini juga memiliki mimpi dan tujuannya sendiri. *** Lahir dengan masa lalu yang abu-abu membuat [Name] bermimpi untuk mencari kebenaran mengenai siapa ayahny...