Happy reading 🦋
***
"Lawanlah, lawanlah-"
"Apa yang kau lakukan? Kau berbicara dengan cermin itu?"
Sontak suasana menjadi hening saat Hange melemparkan sebuah pertanyaan ketika dirinya menemukan Eren tengah berbicara seorang diri di depan Cermin. [Name] yang pergi ke penjara bawah tanah bersama Hange hanya bisa berdecak lidah ketika melihat tingkah laku sang Komandan. Ia menyadarkan punggungnya pada dinding penjara dan bersidekap dada. Memperhatikan Hange dan Eren yang saling melirik.
"Bukankah begitu? Kau bilang lawan, lawan kan? Hei, kau bilang lawan, lawan kan? Lawan, lawan. Apa yang kau lawan? Kau mengatakan lawan dua kali apa itu berarti ada dua babak?" Hange bertanya sembari memperhatikan Eren yang meliriknya melalui ekor matanya. "Aku tak akan mengerti jika kau tak memberitahuku. Kurasa orang normal tak akan berbicara sendiri seperti itu. Aku tak pernah berbicara sendirian di depan cermin."
[Name] berpikir sejenak ketika perkataan Hange mengisi otaknya. Jika diingat-ingat, [Name] sering berbicara sendirian di depan cermin dan apa itu pertanda ia sudah tidak normal lagi? [Name] merasa tersindir.
"Menurutku gaya rambut itu cocok untukmu. Itu tampak berantakan, tapi kau seperti berusaha keras membuatnya begitu," ujar Hange sembari menggesturkan kedua tangannya seolah-olah tengah menata rambut.
[Name] memperhatikan Eren yang sepenuhnya menoleh ke arah Hange. Namun, jika dilihat-lihat, [Name] lebih suka Eren dengan rambut panjangnya yang tergerai ketimbang diikat kuda setengah seperti itu.
"Kenapa kau ada di sini?" Pertanyaan Eren sontak membuat Hange tersentak.
"Kau tanya kenapa? Aku datang untuk bicara," jawab Hange. "Kita membicarakan titan semalaman saat kita pertama bertemu kan? Kau tetap diam dan mendengarkan semua kisahku. Aku selalu yakin bahwa kau tak akan mengorbankan Historia."
[Name] menundukkan kepalanya ketika mendengar ujaran Hange. Tindakan Eren yang seperti ini sebenarnya pun akan membuat Paradis dan Historia dalam bahaya.
"Aku sama frustasinya seperti dirimu. Tapi, aku tak mengerti alasanmu bertindak sendirian dan membahayakan pulau. Kau sudah tak memedulikan apa yang akan terjadi kepada Historia?" tanya Hange.
Eren tampak menghela nafas. Berjalan mendekati Hange sehingga berdiri dihadapan wanita berkacamata tersebut dan hanya dihalangi oleh jeruji sel.
"Aku memakan Warhammer titan. Titan ini bisa dengan bebas menggunakan kekuatan pengerasannya meski di bawah tanah dan menciptakan senjata atau apa pun yang kumau. Intinya tak ada gunanya mengurungku, tak peduli seberapa dalam sel ini. Aku bisa meninggalkan tempat ini kapan pun aku mau. Tentu saja kau tak bisa membunuhku karena aku memiliki kekuatan Founding titan. Sebesar apa pun ancaman yang kuberikan, kau juga tak bisa membunuh Zeke. Dengan kata lain ...." Eren mendekatkan diri pada Hange dan mencengkram kerah baju Hange. "Hange-san, apa yang bisa kau lakukan?! Beritahu aku, Hange-san! BERITAHU AKU JIKA ADA CARA LAIN!"
Sebuah percikan petir terlihat muncul dari tubuh Eren dan hal tersebut langsung membuat Hange mendorong pemuda itu menjauh.
"EREN JANGAN MESUM!" umpat Hange sembari menjauh. "Kau itu masih masa pubertas bodoh! Jangan genit!"
[Name] memperhatikan Hange yang berjalan meninggalkan dirinya dan Eren. Tak lama pintu keluar dari lorong penjara bawah tanah tertutup dengan rapat dan membuat Hange tak lagi terlihat. [Name] pun mengalihkan perhatiannya pada Eren yang menatapnya.
Dengan ditemani penerangan dari beberapa obor, tubuh bagian atas Eren yang tidak terbalut oleh apa pun terlihat jelas. "Apa yang kau lakukan di sini?"
Pernyataan Eren sontak membuat gadis berambut hitam pendek yang ia ikat kuda setengah berdecak. [Name] beralih menyimpan kedua tangannya ke dalam saku seragamnya dan menatap Eren dengan tatapan datarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐑𝐄𝐀𝐌𝐒 𝐀𝐍𝐃 𝐆𝐎𝐀𝐋𝐒 || AOT
FanfictionApa kau pernah memiliki mimpi dan tujuan di dalam hidupmu? Gadis yang minim rasa kemanusiaan ini juga memiliki mimpi dan tujuannya sendiri. *** Lahir dengan masa lalu yang abu-abu membuat [Name] bermimpi untuk mencari kebenaran mengenai siapa ayahny...