27: Mimpi dan Tujuan |S3 (Revisi)

3.4K 683 295
                                    

Happy reading ❤️

***

Kedua mata kelabu itu menatap datar ke arah langit-langit sel yang ditempati olehnya. Saat ini, [Name], Mikasa dan Eren tengah menjalani hukuman mereka karena sudah sempat berusaha melawan Levi beberapa waktu yang lalu. Mereka semua, anggota Pasukan Pengintai yang tersisa sudah kembali dan kepulangan mereka disambut dengan haru dan kesedihan.

Dari sekian banyaknya orang yang berangkat, hanya 10 orang yang kembali dengan selamat.

[Name] menjadikan kedua tangannya sebagai bantalan. Perihal jawaban yang ia dapati tentang ayahnya masih menjadi momok bagi dirinya. Awalnya [Name] merasa begitu senang ketika mendapatkan buku tersebut. Namun, setelah mengetahui isinya, [Name] tidak merasa senang sama sekali. Padahal, sebelum membaca isi buku harian Merie, [Name] sempat tersenyum lebar menandakan kebahagiaan yang dinanti-nantikan. Namun, pada akhirnya ekspetasi dihancurkan begitu saja oleh realita.

Saat ini yang [Name] percayai adalah ayahnya adalah orang yang berasal dari tempat yang sama dengan Grisha. Kemungkinan ayahnya memiliki tujuan tersendiri yang [Name] tidak tahu apa.

"James, jika kau mengetahui ini semua ... apa yang akan kau lakukan?" tanya [Name] lirih. "Aku berhasil mencari informasi tentang ayah kita tanpamu. Hanya saja, hasil yang kudapatkan benar-benar tidak bisa kuterima. Kau dan aku, di dalam diri kita mengalir darah musuh dan aku tidak bisa menerimanya." Ia masih tidak bisa menerima faktanya sama sekali.

"Kau ... apa yang akan lakukan James, saat mengetahui ini semua?"

[Name] menghela nafas. Bertanya pun percuma. James sudah tidak ada dunia ini. Ibunya, sahabatnya, kembarannya, Hannes, dan ayahnya- bolehkah [Name] menganggap ayahnya sudah mati untuk saat ini agar dirinya tidak lagi menaruh harapan? [Name] terlalu lelah menaruh harapan pada mimpinya.

Hanya saja, jauh di dalam lubuk hati [Name] masih berharap ayahnya masih hidup. Setidaknya [Name] ingin bertanya mengapa pria tersebut tega meninggalkan ibunya yang tengah mengandung begitu saja. Itu semua benar-benar kejam.

"Oi, bocah, apa kau tidak mau keluar?"

[Name] tersentak dan dengan segera bangkit dari tidurnya. Ia melihat Levi sudah berdiri di ambang pintu sel jeruji yang menahan [Name]. Levi membuka pintu dan Eren serta Mikasa pun tampak sudah berjalan keluar dari sel mereka.

Lantas [Name] bangkit dari duduknya dan menghampiri Levi. "Apa hukuman kami sudah selesai?" tanya gadis itu lesu sembari berjalan keluar.

"Seharusnya masih ada beberapa hari lagi. Hanya saja karena perjuangan kalian, kalian bertiga mendapatkan keringanan," sahut Hange yang mendengar pertanyaan [Name].

Lantas [Name] menghela nafas dan berjalan melalui Levi dan menghampiri Armin lalu merangkul pemuda tersebut. "Ah akhirnya aku bebas. Sel itu bau pesing," celetuk [Name]. "Hei, Armin, bantu aku berjalan."

Armin yang melihat tingkah [Name] terkekeh. "Baiklah."

"Setelah ini aku ingin makan dengan leluasa. Cih, makanan tahanan seperti makanan ternak. Tidak ada cita rasa dan seperti kencing babi."

Hange, Levi dan Eren mengerutkan keningnya ketika melihat [Name] berceloteh. Tidak biasanya [Name] berceloteh dan mengritik sesuatu hal secara terang-terangan. Ini semua hanya sebagai bentuk pelampiasan. Bentuk pelampiasan dari dirinya yang masih belum bisa menerima fakta tentang ayahnya. Suasana hati [Name] tidak stabil.

"Apa kau pernah merasakan kencing babi?" Spontan Levi bertanya.

[Name] menoleh, menatap pria yang berjalan di sampingnya kemudian kembali menoleh ke depan. "Tidak, hanya saja Ellie pernah."

𝐃𝐑𝐄𝐀𝐌𝐒 𝐀𝐍𝐃 𝐆𝐎𝐀𝐋𝐒 || AOT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang