Happy reading ❤️
***
[Name] POV
Entah sudah berapa kali aku menghembuskan asap rokok melalui hidung dan sela bibirku. Mungkin kurasa, tak lama lagi paru-paruku akan segera rusak dan setelah itu aku mati. Yeah, semoga saja. Karena hidupku yang saat ini benar-benar terasa berat bagiku. Hanya saja, mati dengan cara seperti itu tak beda jauh dengan kabur dari semua masalah.
Aku menghela nafas, beralih menyandarkan punggungku pada dinding dan menundukkan pandangan. Tangan kiri kusimpan di dalam saku celanaku sedangkan tangan kananku senantiasa memegang puntung rokok kala aku ingin menghembuskan asapnya.
"Berhenti menghisap tembakau jika berada di dekatku."
Kedua mata malasku melirik ke samping kanan. Eren berdiri di sana sembari menatap ke arah luar jendela dengan tatapan datarnya. Lantas aku berdecak dan berdecih. "Ini tembakau terakhir, yakinlah."
Karena setelah ini, Eren tidak akan pernah melihat diriku menghisap rokok atau terganggu dengan asap rokokku lagi. Ah, ketika menyadari hal tersebut, aku merasa sebagai orang yang tidak berguna.
Eren sudah menanggung beban yang begitu banyak dan keberadaanku di sisinya adalah untuk saling berbagi beban serta mendapatkan apa yang kami mau. Hanya saja, jika dipersen kan, aku hanya menerima 30% beban sedangkan Eren 70% beban.
Aku tahu dia lelah. Aku tahu apa yang sebenarnya ingin dia lakukan. Aku ingin mencari solusi lain untuk Eren. Hanya saja, Eren dan diriku tak memiliki pilihan lain. Pemuda ini bak sebuah pion yang bergerak sesuai strategi sang pemain.
"Eren." Aku memanggilnya.
Eren hanya berdehem. Tampak enggan menoleh. Tatapan mata Eren yang kulihat adalah tatapan yang mati. Tidak ada banyak emosi di sana dan aku tidak bisa menjelaskannya menggunakan pra kata.
"Shiganshina sudah membaik sejak tiga tahun terakhir. Kemudian akan kembali hancur seperti sembilan tahun yang lalu. Sangat menyedihkan," ujarku disertai kekehan kecil diakhir kalimat.
Eren melirikku kemudian kembali melirik ke depan. Di luar jendela ini, pemandangan Shiganshina terlihat jelas. Membuat rasa nostalgia masa kecil benar-benar terasa kuat.
"Kau salah. Shiganshina tidak akan sepenuhnya sama seperti sembilan tahun yang lalu. Shiganshina hanya akan mendapatkan sedikit kerusakan. Camkan itu."
Balasan Eren untuk perkataanku barusan cukup tajam sehingga membuat diriku terkekeh.
"Dan setelah itu Shiganshina akan aman selamanya," imbuhku sembari mendongak. Memperhatikan langit-langit ruangan kosong yang aku isi bersama Eren. Keadaan markas pusat Shiganshina tengah ramai. Sehingga kami berdua membutuhkan tempat yang sunyi untuk menenangkan diri usai berbagai peristiwa yang kami alami.
Yeagerits sudah bergerak dan dalam waktu singkat, Yeagerits berhasil menguasai Paradis. Anggota Militer yang telah meminum wine rekomendasi dari Marley pun telah ditahan. Yelena telah mengurus mereka semua dan kini, Floch sudah membawa Hange-san pergi untuk mencari keberadaan Zeke.
Kuharap Hange-san dan kapten Levi baik-baik saja. Lalu untuk teman-temanku, mereka sudah ditahan di penjara bawah tanah bersama Niccolo dan keluarga Shasa.
"[Name], setelah ini jangan pernah ragu untuk membuat keputusan." Eren tiba-tiba berujar, membuat diriku menghela nafas panjang.
"Entah harus berapa kali kukatakan aku tidak akan menghentikanmu dengan cara membunuhmu. Pasti ada car-"
"Kau akan menjadi orang terdepan yang akan membunuhku. Jadi, jangan ragu."
Kebiasaan buruk sahabat kecilku ini adalah ini, dia suka sekali menyela perkataanku dan itu menyebalkan. Bahkan meski sekalipun aku sudah berkali-kali membuat diriku yakin untuk membunuh Eren, ada kalanya aku menolak, memutar otak untuk mencari cara lain
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐑𝐄𝐀𝐌𝐒 𝐀𝐍𝐃 𝐆𝐎𝐀𝐋𝐒 || AOT
FanficApa kau pernah memiliki mimpi dan tujuan di dalam hidupmu? Gadis yang minim rasa kemanusiaan ini juga memiliki mimpi dan tujuannya sendiri. *** Lahir dengan masa lalu yang abu-abu membuat [Name] bermimpi untuk mencari kebenaran mengenai siapa ayahny...