⚠️ Mengandung Spoiler Manga ⚠️
Happy reading ❤️
***
Malam telah tiba. [Name] tak bisa kembali ke distrik Shiganshina lantaran dirinya terjebak diantara orang-orang bersenjata seperti Mikasa, Jean, Connie dan Hange. Serta ada Cart titan yang menghalanginya pergi. [Name] tidak memiliki senjata selain pisau lipat miliknya untuk melakukan perlawanan hingga pada akhirnya ia berakhir tetap berada di hutan bersama teman-temannya.
[Name] masih tidak mau bergabung dengan Aliansi, begitulah Hange menyebut pasukannya. Tugas [Name] memang mengawasi mereka. Hanya saja, jika ia membiarkan mereka semua pergi untuk menghentikan Eren, maka [Name] tak yakin mereka semua akan berhasil.
Ini benar-benar rumit. Bahkan [Name] tak mampu menjelaskannya melalui perkataan. Kepalanya terasa penat sekarang.
"Tak ada yang mau membantuku di sini? Tolong berhentilah melototi satu sama lain." Hange yang tengah memasak sup kentang berujar. Berusaha memecahkan kecanggungan yang masih saling menaruh rasa curiga satu sama lain.
[Name] yang mendengar ujaran Hange lantas menghela nafas. Ia memperbaiki posisi duduknya menjadi bersila dan memejamkan matanya. "Bisakah kalian melepaskanku? Kalian membutuhkan bantuanku, tapi, dengan cara memaksa," ujar [Name] ketus.
Jean dan Connie yang mengarahkan senapannya ke arah [Name] berujar kompak. "Tidak."
[Name] mendongak, membuka matanya lalu menatap ke atas. Dahan pohon menghalangi sinar bulan untuk masuk sehingga [Name] tak bisa melihat langit. Gadis tersebut berdecak, beralih melepas seragam Pasukan Pengintai sehingga menyisahkan kemeja putihnya. Ia berdecih, lalu melipat seragamnya dan meletakkannya di atas pangkuannya.
"Ya ... sekeras apapun kalian menahanku, aku tidak akan pernah mau membantu kalian untuk menghentikan Eren." [Name] terlihat begitu menyebalkan malam ini.
"[Name] ... diamlah." Hange mengintrupsi dan hal tersebut membuat [Name] terkekeh.
Gadis berambut hitam pendek yang sudah diikat kuda setengah tersebut beralih tersenyum miring. Tangannya bergerak menggulung lengan bajunya hingga sampai ke siku. [Name] menurunkan pandangannya dan memperhatikan Hange yang tengah memotong kentang sembari menatap dirinya.
"Tidak kusangka anda akan memilih jalan menghentikan Eren bersama musuh yang sudah pernah membuat segelintir rekan anda gugur," sindir [Name]. Gadis tersebut melirik Reiner dan Annie yang duduk bersebelahan di hadapannya.
Annie telah kembali. Bersamaan dengan rubuhnya dinding, kristal yang sudah menahan Annie selama empat tahun ikut pecah dan kini gadis pirang tersebut menunjukkan keberadaannya. "Bukankah ini terlihat menyedihkan?" tambah [Name].
"Huh, berbagi makanan dengan orang yang telah kami bunuh dan yang telah membunuh kami dengan kejam. Itu menarik." [Name] melemparkan tatapan datarnya ke arah Magath yang berujar. "Kenapa kalian merubah pikiran? Jika kalian membiarkan Eren Jeager, kalian pasti bisa melihat dunia yang kalian impikan jadi kenyataan bukan? Sebuah surga untuk Iblis pulau ini. Kami sudah hampir berhasil mencegah Eren dan Zeke untuk saling bertemu ... itu jika kalian tidak ikut campur," ucap Magath sembari melirik Connie dan Jean.
Hange yang mendengar hal tersebut lantas menghela nafasnya. "Itu seperti yang kujelaskan, Tuan Jenderal. Kami tidak ingin ada pembunuhan massal. Jika kami menginginkannya, kami tak akan lari ke dalam hutan untuk membuat sup," jelas Hange.
"Bahkan sampai memaksaku untuk ikut," imbuh [Name] sarkas.
"Dengan kata lain, kau bilang kau tiba-tiba memiliki rasa keadilan." Magath kembali berujar dan hal tersebut kontan membuat Jean terpancing emosinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐑𝐄𝐀𝐌𝐒 𝐀𝐍𝐃 𝐆𝐎𝐀𝐋𝐒 || AOT
أدب الهواةApa kau pernah memiliki mimpi dan tujuan di dalam hidupmu? Gadis yang minim rasa kemanusiaan ini juga memiliki mimpi dan tujuannya sendiri. *** Lahir dengan masa lalu yang abu-abu membuat [Name] bermimpi untuk mencari kebenaran mengenai siapa ayahny...