MEMBAGI CINTA

76 4 0
                                    

Pandanglah pada jalan panjang tempat rindu itu usai memperagakan parade kemuruahnya. Berjamak hari saling berpupuh meninggalkan kewarasan untuk sebuah pengakuan. Kala petang membisu pun malam yang dilanda kedinginan, seakan lazim dalam mengundang doktrin-doktrin yang bencana.

"Haruskah aku berselisih dengan pekan yang tak lagi sekawan? Dengan malam di atas ranjang-ranjang yang sekarat?" Lisan membincang liar pada ruang kosong di balik kamar yang terluka.

Sedang di ufuk tempat serumpun ilalang yang paling jalang, tersimpan lumpur-lumpur noda dengan segala kenistaannya. Lantas menyembunyikan bom waktu dan tersambut dengan senyum yang cekung.

Aku harap, kau menyadarinya ... dengan sisa kewarasan kukantungkan wasiat pada saku-sakumu yang memilih sunyi, dan selepas itu biarkanlah aku yang mengalah pergi.

Probolinggo, 20 Feb 2021
Pengagum Sajak

KUMPULAN SAJAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang