Pagi ini, mataku masih enggan terbuka, mengatup dan menjamah mimpi dari sisa-sisa pembahasan yang telah kita tuai semalaman. Aku tahu, lelahmu sengaja dibungkam hanya untuk menjaga apa yang telah kita petakkan, hingga menjadi bagian dari malam-malam yang tengah dipeluk bimbang dengan kesepian. Iya, aku cukup beruntung, sebab kasihmu yang tidak pernah terhitung.
Sinar matahari membias; menggerayangi dinding-dinding kamar; menarik selimutku dengan kedinginan. Ah, ini masih terlalu pagi ... jangan bangunkan aku, kau pun tau setiap kali mata ini membuka untuk pertama kalinya, saat itu aku menjadi pelupa.
Pelupa akan waktu, bahwa dalam setiap detiknya, aku terlalu sibuk menghitung rindu yang jumlahnya semakin tidak menentu.
Mdr. 18 Okt 2020
RH
KAMU SEDANG MEMBACA
KUMPULAN SAJAK
PoetryPuisikan Jiwa Liarkan kata Maka, lihatlah! Keindahan sastra