Dalam tasbih perhitungan waktu nan merotasi bergantinya musim
Terukir perjalanan langkah berpayung pinta akan rintik gelisah
Bagaimana fajar berlinang pun entah senja menjadikannya yatim
Akan pancaroba tak menentu; riuh raung dalam aliran yang mendarahKala Pertiwi merintih menderita nestapa paling buruk
Pun Garuda dihujat sebab perisainya yang ambruk
Hingga pemuja-Mu dipaksa memakan janji-janji berdasi
Memulangkan perih keroncong dalam takaran nasi yang basiEntah bagaimana perubahan waktu menggulirkan derita?
Hingga di pertengahan musim sampai menjelang di akhir warsa
Keroposan tawa seakan lumrah dalam rapuhnya sendi negara
Menciptakan pertikaian saudara, menelan derai air mataKawan, lihatlah bagaimana akhir masa merevolusikan diri!
Ada banyak aral menjadi teguran, menjajal keangkuhan hati
Meluluhlantakkan kesombongan dikebumikan pasukan Tuhan
Menderaikan aliran pada netra di atas gugurnya kelopak kehidupanKini tasbih masa bersiklus bersama pergantian senja
Mengubah lisan tertutup sebab menjaga nyawa
Menjauhkan langkah dari saudara pun Tuhannya
Demi keamanan dari makhluk yang tak kasat mataTuhan, pada detak Desember di penghujung nanti
Izinkan Pertiwi mengusap derasnya air mata hati
Dalam dekapan makruf akan penguasa
Pun prahara yang sedang angkuh melandaMadura, 12 Desember 2020
Ps
KAMU SEDANG MEMBACA
KUMPULAN SAJAK
PoesíaPuisikan Jiwa Liarkan kata Maka, lihatlah! Keindahan sastra