Kepada detak waktu yang terus menganak di setiap perjalanan sunyi. Menyimpulkan puisi paling retak dari pesulingan malam-malam yang tabah dalam menimang angan masa silam. Di bawah titimangsa yang terlupa akan perhitungan masa, sepertinya baru kemarin musim semi menuaikan puja, Nona.
Lantas di pematang rindu itu, kebimbingan mulai menyapa lirih dalam lintas sudut ingatan yang telah membenarkan kehilangan, memvonis rasa pun mengantarkannya dalam jeruji kenangan. Sejenak tamparan keras membenturkan fakta pada dinding pelekat hati, menyadarkan perihal bayangan semu, perihal yang lalu-lalu.
Sedikit resah, Nona. Kala warta terlintas menyeruak lewat debur ombak pun desir angin malam, membisu dalam tanya, menimbang dalam bimbang. Entah, apa yang terjadi malam ini? Rasaku ditikam kisah kasih sendiri. 🤦Mlm, 16 Des 2020
Ps
KAMU SEDANG MEMBACA
KUMPULAN SAJAK
PoesíaPuisikan Jiwa Liarkan kata Maka, lihatlah! Keindahan sastra