Dalam segenap angan yang tersusun dari bekas kenangan di masa lalu, ada hal yang sulit dan masih menetap memetakkan tempat yang bermukim dalam relung kalbu. Mementaskan beberapa peristiwa yang telah lewat dengan diiringi musik pemuja pada pujangga hasrat. Hingga melupa akan masa-masa mendatang yang dikelabui dengan ilusi-ilusi menyenangkan yang membuatnya tenang.
Diriku ... bekas korban dari pengkhianatan di masa-masa yang sulit, hingga dengan mudah menyediakan ruang untuk sesuatu yang pada akhirnya membuatku sakit. Menulikan kata-kata "sadar" dan memaksaku untuk terus bersabar. Lalu dengan mudah pula membuat luka dengan hal-hal yang harusnya dijaga. Ke manakah kau selama ini sang perebut mimpi? Berlari dari ilusi yang sengaja kau cipta sendiri?
Lalu setelah sekian masa, dari sekian hari-hari haru yang meremukkan dada. Kau datang padaku membawa bekas luka lama, berharap memperbaiki apa yang telah kau ambil paksa, mengucap janji-janji untuk tidak menyerah hanya untuk membuatku kembali mengulang hati-hari yang patah.
Maafkan aku, bayangmu memang masih tertinggal, tetapi untuk meng-iyakan segala hal yang janggal, bagiku tidak semudah memutarbalikkan ingatan.
RH
19 Okt 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
KUMPULAN SAJAK
Thơ caPuisikan Jiwa Liarkan kata Maka, lihatlah! Keindahan sastra