𝐂𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝐈𝐈 - 𝟏.𝟒

951 42 1
                                    

HEY!
AKU PUNYA HADIAH UNTUK PUASA HARI INI! ( ╹▽╹ ) 🌹

Panjangnya 2500-an kata, semoga nggak bosen :'v

Happy reading!
💚✨

.
.
.
.

"Belum mau naik nih? Udah jam 8 lho."

Taeyong tersenyum ke arah sang istri dan mendekatinya. "Makasih," ujarnya setelah menyerahkan ponselnya dan menerima secangkir teh mint buatan Nana.

"Ada masalah, ya?" Nana bertanya dengan lembut sembari mengusap rambut hitam pekat Taeyong. Dia khawatir melihat aura Taeyong hari ini sangat tidak bersahabat.

Pria itu menghela napas gusar. "Beberapa alat perusahaan Ayah ada yang rusak dan aku suruh dua karyawan baru untuk beli semuanya, tapi ternyata mereka beli sama penjual yang ngakunya jual barang bekas, alhasil orang itu hilang."

"Rugi banyak?"

"Nggak, mereka masih pegang 50% uang perusahaan, sudah dibalikin ke kas perusahaan. Tapi kalau transaksi beli barang bekas itu jadi, 50% itu otomatis beralih ke mereka berdua, dan perusahaan jadi rugi keseluruhan."

Taeyong menyibak rambutnya, lagi-lagi menghela napas gusar. "Semakin kesini, semakin susah cari karyawan yang jujur. Padahal mereka itu mati-matian memohon sama aku, tapi apa yang mereka perbuat? Nggak tau makasih banget."

Nana bisa lihat ketegasan rahang suaminya meningkat berkali-kali lipat. Jika Nana di posisi serupa, dia juga akan sama marahnya, tapi sebagai istri, Nana harus menenangkan suaminya.

"Sudah..." Nana melingkarkan tangannya di leher Taeyong dari samping. "Yang penting sekarang sudah ketahuan. Lain kali kalo urusan uang, kasih sama orang yang beneran kamu percaya. Suruh Jisung juga boleh."

Taeyong diam dengan tatapan lurus, memikirkan sesuatu. "Kira-kira kalau aku nawarin Mark kerja di tempatku, dia mau nggak?"

"Mau aja, tapi kamu yakin? Kalian 'kan punya history yang nggak mengenakan. Uhmm.. aku cuma nggak mau kalau ada kejadian kayak ini lagi, kamu langsung negative thinking ke Mark." Nana berujar pelan agar Taeyong tidak salah tangkap dengan maksud perkataannya.

Taeyong menatap sang istri, lalu mengembangkan senyum teduhnya. "Mark itu anak baik, waktu itu dia cuma salah arah. Dia sayang sama kamu, tapi caranya salah. Sekarang 'kan dia punya Herin dan kamu sendiri yang yakin kalau Herin bakal berpengaruh baik buat Mark."

"Dan setelah berkenalan sejauh ini, aku sadar kalau kami menyukai beberapa hal yang sama. That made me feel like an older brother sometimes."

Nana turut tersenyum seraya menganggukkan kepala. "Baguslah kalau gitu, aku kabarin Mark dulu biar besok bisa langsung ke perusahaan kamu."

Belum sempat berdiri, Taeyong sudah lebih dulu menahan pinggang Nana. Pria itu menghadap seluruh tubuhnya dan menyila kaki, kemudian menuntun Nana untuk duduk di pangkuannya.

Nana tahu dress tidur maroon dengan pinggiran hitam yang ia pakai akan basah, tapi tatapan lekat Taeyong seolah mengendalikan seluruh badannya.

"Kita urus itu nanti."

Taeyong mengelus kedua tangan Nana, dari jemari hingga berhenti pada tali dress-nya yang hanya berukuran sejari. "Let's have some fun first."

"But it's freezing.."

Taeyong menyeringai. Dia mendekatkan bibirnya ke telinga Nana dan berbisik, "Nikmatilah, sebelum kubuat tubuhmu terbakar."

Lecture [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang