Makasih banget buat 4,5k reads! ✨
Thanks banget untuk support-nya (vote dan komen) pada cerita abal-abal ini
ಥ╭╮ಥ 🌹Untuk para sider-ku, sekali-kali muncul ke permukaan hayuuu~
aku gak gigit tau :*Happy reading y'all! ( ˘ ³˘)💚
.
.
."Aku mau bantuin Jisung ngurus perusahaan. Boleh, ya?"
Alis kembar Taeyong mengerut tak suka dengan permintaan aneh tersebut. "Untuk apa? Ada Chanyeol yang bantuin dia di sana."
"Iya, tapi nggak enak kalo terus-terusan ngerepotin Om Chanyeol. Dia juga ada pekerjaan sendiri."
"Suruh saja dia berhenti lalu kerja di perusahaan Park," sahut Taeyong cepat. "Aku gak akan biarin kamu bekerja sekalipun itu di perusahaan keluarga kamu. Sejak awal sudah kubilang, 'kan?"
Nana mendengus sebal. Sikap posesif Taeyong benar-benar keterlaluan. Tidakkah suaminya itu tahu seberapa bosannya ia dengan keseharian di rumah ini? Nana butuh sesuatu yang baru.
Saat ia hendak bangkit menuju sofa ruang tamu, Taeyong terlebih dahulu mencekalnya.
"Aku bersikap begini demi kamu. Aku gak mau beban kamu bertambah," ucapnya penuh ketulusan.
Tanpa berniat menatap, Nana mengangguk pelan dan menarik tangannya. "Aku mau ke rumah Ibu."
"Aku anterㅡ"
"Nggak usah, aku lagi mau pake tranportasi umum," sela Nana dingin. Ia melangkah keluar tanpa menunggu persetujuan dari suaminya itu.
Sudah hitungan ketiga dari malam di mana Taeyong secara tak langsung menyarankan Nana untuk hamil lagi, tapi tidak terjadi apa-apa hingga tadi malam. Pria itu memberi saran tapi tidak mengambil langkah pertama.
Nana mencoba melakukan beberapa tindakan sensual seperti mengelus dada bidang suaminya atau sengaja menyentuh tubuhnya sendiri, tapi Taeyong tidak memberikan respon apa-apa.
Bukannya Nana terhasut nafsu atau semacamnya, ia hanya merasa saran yang suaminya katakan itu ada benarnya. Apa salahnya jika mencoba? ㅡsudahlah.
Niat awalnya memang ingin ke rumah sang Ibu, tetapi Nana terus melanjutkan perjalanan hingga sampailah ia di perusahaan keluarganya. Nana menatap bangunan tinggi tersebut penuh takjub, entah sudah berapa lama ia tidak kemari.
"Selamat datang, Nyonya Lee." Seorang resepsionis tersenyum ramah seraya membungkukkan badan.
Nana membalasnya dengan senyum ramah juga. "Terima kasih. Jisung bisa ditemui?"
Resepsionis itu mengecek sesuatu pada buku tebal dekatnya. "Bisa, Nyonya. Mari, biar saya antarkan." Tawaran itu langsung diterima Nana karena ia tidak tahu denah gedung berlantai enam ini.
"Maaf atas kelancangan saya, Nyonya. Saya hanya ingin memberi tahu kalau Tuan Park lebih banyak diam akhir-akhir, dia terlihat tidak berenergi, sepertinya sedang sakit." Resepsionis itu menoleh dan tersenyum. "Semoga dengan kedatangan anda di sini, Tuan Park bisa lebih bersemangat."
Nana mengangguk, berharap apa yang dikatakan resepsionis itu benar-benar terjadi kalau memang kondisi adiknya sedang tidak baik.
Sesampainya di pintu berwarna coklat, si resepsionis pamit undur diri lalu Nana memasuki ruangan yang seingatnya dulu adalah ruang kerja sang Ayah.
Jantung Nana berdegup keras melihat Jisung tertidur di atas meja kerja. Rahangnya mengeras merasakan betapa kelelahannya sang adik tetapi harus terus bekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lecture [✔️]
Fanfic🔞 Sebagai anak dari donatur terbesar universitas, tidak ada dosen yang berani memarahi Nana, kecuali Lee Taeyong- the killer docent. Nana pun berencana mengerjai dosen tersebut, ia berhasil melakukannya sekaligus berhasil mengantarkannya pada awal...