"Cium aja kalau mau, nggak capek diliatin terus?"
Taeyong membuka matanya perlahan, senyumnya merekah ketika bertemu tatap dengan manik sang istri yang sedari tadi memandanginya.
Nana menggeleng pelan. "Nggak mau, aku bau."
Taeyong menaikkan sebelah alis lantaran kaget. Untuk pertama kali Nana insecure di hadapannya. Lantas Taeyong mengubah posisi, mengukung tubuh sang istri. "Bukan bau, tapi manis."
Pipi Nana memanas dan hampir membiarkan Taeyong mencumbu bibirnya jika saja tangannya tidak menahan dada bidang suaminya.
Bagi Nana sekarang, belum mandi adalah masalah yang tidak bisa dianggap sepele. Nana ingin sang suami menikmati dirinya dalam kondisi layak.
Sedangkan untuk Taeyong, tidak ada larangan khusus sebab sekalipun sedang berkeringat, tubuh kekar itu tetap saja wangi.
Taeyong yang paham segera mengulurkan tangannya, mengambil benda kecil dari lemari mini sebelah ranjang.
"Oh, permen kertas?" tanya Nana dan Taeyong mengangguk. Nana duduk lalu membuka mulutnya menerima suapan selembar tipis permen tersebut. "Hmm.. stoberi-mint."
"Really?"
Nana menatap aneh suami yang sedang menumpu kedua lutut di antara pahanya, lalu mengangguk kaku. "Kotaknya juga warna pink, pasti rasa stoberi. Coba aja."
Taeyong mengangguk. Detik berikutnya, dia sudah melumat bibir Nana dan kali ini dia tidak akan menerima segala bentuk penolakan sang istri.
Nana terbuai, dia mengikuti Taeyong yang menuntunnya untuk kembali berbaring tanpa melepas cumbuan mereka. Tidak dipungkiri jika sedari tadi Nana memang ingin mencium Taeyong, hanya saja dia takut mengganggu tidurnya.
"Like I've said, sweet," bisik Taeyong di sela ciumannya.
"T-Taehh..." Nana meremat rambut Taeyong ketika pria itu memanjakan lehernya sembari menambah beberapa tanda cinta di sana, sementara tangan kekarnya memainkan payudara kanan Nana.
"Kamu semakin bertumbuh, Sayang. Aku menyukainya," bisiknya dengan suara berat khas bangun tidur dan sangat sensual, lalu meremas gemas payudara Nana hingga sang empu refleks mendesah.
Sembari kembali mencumbu bibir Nana, tangan Taeyong berpindah perlahan. Menuntun Nana agar mau membuka diri lalu memposisikan dirinya di antara paha Nana yang sudah terbuka. Tangan besarnya kemudian mengelus paha dalam Nana, memberikan sentuhan hangat yang membuat jantung Nana berdebar kencang.
"Mphh..." Nana meremat bahu Taeyong saat jemari sang suami menggoda titik sensitifnya dengan gerakan memutar.
"Kenapa?" bisik Taeyong setelah Nana menarik diri dari cumbuan bibir mereka, tanpa menghentikan godaannya di bawah sana.
"A-Anuhh... Nggak apa-apa ngelakuin itu d-di pagi harihh?"
Dalam hati Nana mengutuk dirinya karena tidak bisa menahan lenguhan. Jangan salahkan dia, segala bentuk permainan Taeyong pada tubuhnya terasa sangat memabukkan, Nana bahkan sudah merasakan miliknya berkedut.
"Tentu. Manfaatnya lebih baik dan lebih banyak daripada sex di malam hari, kamu nggak pernah baca di artikel?"
"Ng-Ngapain juga aku b-baca gituan! Ngh..." sahut Nana cepat, berusaha menunjukkan kekesalannya walau bibirnya tidak bisa diajak berkompromi.
Taeyong tertawa pelan seraya menganggukkan kepala. "Benar. Hanya pria yang wajib belajar tentang ini, sedangkan wanita hanya terima jadi."
"Maksudnya jadi bahan praktek?" ralat Nana, masih mencoba berakting kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lecture [✔️]
Fanfic🔞 Sebagai anak dari donatur terbesar universitas, tidak ada dosen yang berani memarahi Nana, kecuali Lee Taeyong- the killer docent. Nana pun berencana mengerjai dosen tersebut, ia berhasil melakukannya sekaligus berhasil mengantarkannya pada awal...