2. Perkenalan

31.7K 1.5K 32
                                    

Cahaya matahari memasuki celah gorden yang sedikit terbuka, membuat kedua pasangan. Ah mungkin bukan pasangan, kedua manusia berbeda jenis kelamin itu mengeratkan selimut.

Salah satu dari mereka merasa terusik, Viola mengedarkan pandangannya menyusuri ruangan yang ia tempati. Lalu, saat ia menoleh kesamping sudah terdapat pria tampan yang saat ini tidur di sebelahnya.

Tunggu

Satu detik,

Dua detik,

Ti-

"AAAAAA! LO SIAPA?!" Teriak spontan Viola sambil menendang pria yang tidur disampingnya hingga terjatuh ke lantai.

Tak lama kemudian suara tangis bayi terdengar nyaring, Viola mengerutkan keningnya. Tunggu, apa ia sudah menikah? dan bayi siapa itu? Apakah itu anaknya? Ia sedang bermimpi?

Sedangkan pria tadi, buru-buru berdiri dari posisi jatuhnya. Lalu, berjalan ke pintu penghubung antara kamarnya dan kamar anaknya. Dia Arkan, pria itu segera menggendong bayinya.

"Cupp Cupp, sayang maaf ya, pagi-pagi udah bikin keributan," ujarnya dengan lembut kepada Raka anaknya.

Terdengar suara langkah kaki dari arah pintu penghubung, Arkan menoleh dan mendapati gadis yang ia tolong semalam. Arkan menatap tajam gadis itu, sedangkan Viola dia terlihat bingung.

"Kita udah nikah ya? Itu anak gue?" Tanya Viola ragu, dan langsung dibalas pelototan oleh Arkan.

"Anak saya, bukan anak kita berdua," jawab Arkan sambil terus menimang anaknya.

"Tunggu! Kenapa gue bisa disini? Lo siapa? Lo gak ngapa-ngapain gue kan? Gue masih perawan, plis!"

Pertanyaan beruntun dari Viola tadi hanya dibalas decakan malas oleh Arkan. Pria duda itu masih saja sibuk menepuk-nepuk punggung anaknya. Mengabaikan Viola yang menunggu jawaban dari Arkan.

"Gue mau gendong, siapa tau langsung diem," ujar Viola tiba-tiba karena tangisan bayi itu yang tak kunjung berhenti, dan Viola merasa iba melihat Arkan yang kesusahan untuk menenangkannya.

Arkan menatap ragu Viola, sedangkan sang empu yang ditatap seperti itu memutar bola matanya malas. Viola menyodorkan tangannya, meminta bayi yang sedari tadi di gendong Arkan untuk segera diserahkan kepadanya.

"Hati-hati," ujar Arkan sambil menyerahkan Raka kepada Viola, yang diterima dengan senang hati oleh gadis itu.

"Hey, berhenti ya nangisnya, nanti gantengnya ilang loh."

"BAA!"

"Ututututu,"

"Gemes banget ci anak ganteng ini,"

Cup Cup Cup

Arkan menatap Viola dalam diam, pria itu menatap kegiatan Viola yang sekarang sedang menenangkan anaknya dengan lembut. Seperti ibu dan anak sungguhan, senyum tipis terbit pada bibir Arkan, membayangkan jika perempuan di depannya ini adalah Hani.

Sedetik kemudian dia menggelengkan kepalanya, menghapus pikiran liarnya saat tidak mendengar tangisan Raka lagi. Sedangkan Viola, masih asik menimang bayi itu, sambil sesekali bermain.

"Anak saya sudah tenang, ayo kita sarapan," ajak Arkan kepada Viola.

"Saya mau pulang om," ucap Viola sambil menyerahkan Raka kepada Arkan.

"Saya dari kemarin malam belum pulang, takut orangtua saya mikir yang enggak-enggak," lanjut Viola sambil memasuki kamar Arkan dan mengambil tasnya.

"Kamu kan emang udah ngelakuin yang enggak-enggak," sahut Arkan membuat Viola berdecak kesal.

Sedangkan duda itu, mengikuti langkah Viola sambil menggendong Raka. Keningnya mengerut tidak suka, entah mengapa ia tidak mau Viola pulang terlalu cepat setelah melihat interaksi perempuan itu dengan anaknya.

Saat Viola sudah akan memegang kenop pintu, tangannya dicekal oleh Arkan. Viola mengerutkan keningnya menatap tangannya dan muka Arkan bergantian.

"Kenapa om?" Tanya Viola sambil memiringkan kepala.

"Nanti saya antar kan pulang, kita sarapan dulu," ujar Arkan sedikit gugup karena Viola terlihat lucu.

"Hah?"

Setelah tadi Viola yang dibuat terkejut oleh pria itu, sekarang disini lah mereka. Setelah acara sarapan selesai, Arkan benar saja mengantarnya pulang tidak lupa untuk membawa Raka tentunya yang saat ini sudah berada di gendongan Viola.

"Oh iya, nama lo siapa?" Tanya Viola, membuat pria yang sedari tadi fokus menyetir.

"Arkan," ucapnya tanpa menoleh kearah Viola.

"Gue Viola, nama bayinya?"

"Raka," jawab Arkan.

"Ceritain dong, kok gue bisa ada di rumah lo?" Kata Viola dengan rasa penasarannya. Arkan melirik sebentar, lalu menghela nafas sebelum menjelaskan.

"Kamu mabuk, terus saya bawa pulang," jelas Arkan dengan singkat.

"Kenapa gak anterin gue pulang ke rumah?"

"Saya gak tau alamat rumah kamu," jawab Arkan.

"Terus gue kok bisa satu kasur sama lo?! Lo macem-macem ya sama gue?!" Tuduh Viola pada Arkan.

"Pappa ngenggg," gumam Raka.

Arkan melirik Raka sambil tersenyum, satu tangannya menjulur untuk mengelus pelan pipi tembam anaknya itu. Viola mendelik, pria ini mengabaikannya? Sangat menyakitkan.

"Kamu yang menyuruh saya untuk tidur di samping kamu, saya gak ngapa-ngapain kamu. Buktinya kamu masih memakai rapih pakaian kamu saat terbangun."

Gadis itu terpaku, ia menyuruh pria asing untuk tidur dengannya? Tidak, itu tidak benar. Berusaha menghilangkan rasa malu yang baru saja muncul, Viola menatap bayi tampan yang berada di gendongannya.

"Raka ganteng, lucu, jadi gemes," ucap Viola tiba-tiba saat merasakan tepukan di dadanya tentu saja pelakunya si bayi kecil tampan ini.

"Utututu"

"Mamm"

Lalu selanjutnya, perjalanan diisi dengan suara Viola dan ocehan dari Raka. Diam-diam Arkan juga tersenyum, ia jadi teringat mendiang istrinya. Andai saja, istrinya masih ada, mungkin saat ini yang duduk di bangku samping itu istrinya.

(Imagine Arkan)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Imagine Arkan)

Ig: @ashfilaa

ARKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang