Beberapa hari setelah kejadian saat lari pagi, Viola saat ini sudah bisa berjalan normal. Dikarenakan kakinya terkilir waktu kejadian itu, mengakibatkan wanita itu tidak bisa berjalan dengan bebas.
Baru sehari setelah sembuh, Viola sudah bermain trampolin di taman belakang dengan Raka. Pagi tadi, Arkan dan Raka mengunjungi rumah Viola, Viola tidak memberi tahu Arkan tentang kejadian yang menimpanya.
Bahkan tanpa memberi tahu Arkan, pria itu sudah tahu dalang dari musibah yang menimpa Viola. Siapa lagi kalau bukan Jovanka? Wanita cantik berhati iblis, seharian Arkan harus menemani wanita itu. Dengan syarat tidak berhubungan badan, ia akan coba untuk tidak gampang tergoda.
Semua tubuhnya milik Viola, nanti setelah nikah, atau sekarang sebelum menikah.
"Udah mainnya, tadi Raka habis makan takut muntah," ujar Arkan pada Viola yang sedang melompat-lompat dengan Raka di gendongannya.
"Yah, papa gak asik ya?" Viola turun dari trampolin dengan bibir mengerucut. Ia terus mengajak Raka berbicara, dan seolah paham Raka mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Nanti lagi ya, kamu juga waktunya sama aku," Arkan memeluk Viola dari belakang, tangannya meremas pinggang Viola.
"Jangan disini," Viola melepaskan tangan Arkan yang berada di pinggangnya. Lalu, keduanya berjalan beriringan memasuki rumah.
"Nyari makanan?" Saat memasuki rumah, dilihatnya Kefi yang sedang duduk di kursi, dengan handphone yang miring, di depannya terdapat beberapa bungkus makanan.
"Iya, gak ada makanan dirumah," Kefi menjawab tanpa melihat lawan bicaranya.
"Nih uang buat kamu beli makanan, saya mau berduaan sama Viola hari ini. Sekalian saya titip Raka ya," Arkan menyerahkan lima uang berwarna merah kepada Kefi.
"Gitu dong om," tanpa tahu malu Kefi mengambil uang yang disodorkan Arkan dan mengambil Raka yang berada di gendongan Viola.
Setelah Kefi pergi bersama Raka, Viola mengajak Arkan untuk duduk di ruang tamu. Salah satu dari mereka tidak ada yang membuka suara, keheningan menyelimuti mereka, sampai suara batuk yang sengaja dibuat membuat Viola menoleh.
"Uhuk!"
"Kenapa?" Tanya Viola menoleh kearah Arkan yang sedang pura-pura mengelus tenggorokannya.
"Ambil minum dibelakang kalau emang sakit tenggorokannya," lanjut Viola lagi dan kembali menatap layar Televisi.
Arkan berdecak kesal, namun tak urung lelaki itu berjalan menuju dapur mengambil minum.
"Ayo ke kamar," ajak Arkan pada Viola setelah kembali dari dapur.
"Mau ngapain?" Tanya Viola memandang Arkan dengan kedua alis yang menyatu, serta dahinya yang ikut mengerut.
"Buat adiknya Raka," bisik Arkan tepat ditelinga Viola, ia juga sedikit mengigit telinga wanita itu.
"Sakit," Viola menatap sebal Arkan yang tersenyum tanpa dosa.
"Ayo," rengek Arkan bahkan pria itu menggesekkan hidung dada Viola.
"Geli," ucap Viola sambil berusaha menyingkirkan Arkan yang semakin lengket dengan dadanya.
"Jadi gak mau?" Tanya Arkan mata pria itu sudah berkaca-kaca ditambah bibirnya yang melengkung kebawah.
Udah tua, tapi masih tetep gemes.
"Gemes banget si," Viola menangkup wajah Arkan dan memberi kecupan tepat di bibir pria itu.
"Lagi," Arkan merengek dengan gemas membuat Viola gemas dan mengecup bibir Arkan berkali-kali dengan gemas.
Sampai pada kecupan terakhir, Arkan menahan tengkuk Viola. Bibir Arkan mulai melumat bibir bawah dan atas Viola secara bergantian. Lumatan lembut itu perlahan menjadi cepat dan kasar, bahkan tak segan Arkan mengigit bibir Viola dan membuat wanita itu meringis.
Secara perlahan Arkan menidurkan Viola di sofa, disusul dirinya sendiri di atas Viola. Ciuman keduanya semakin menggebu, bahkan tangan Arkan sekarang sudah berada dibalik kaos yang sedang dikenakan Viola.
"Enghh," lenguh Viola ketika salah satu tangan Arkan meremas payudaranya.
Arkan melepaskan ciuman mereka saat Viola sudah mulai kehabisan nafas. Sungguh pemandangan yang indah, dimana Viola saat ini sedang menatapnya penuh gairah, bibirnya bengkak akibat dirinya. Baju dan rambut yang berantakan memberikan kesan seksi bagi Viola.
"Disini?" Tanya Viola sambil mengedarkan pandangannya keseluruhan ruang tamu yang akan menjadi tempat mereka bercinta.
"Gak ada orang," ujar Arkan sambil perlahan masuk ke dalam kaus uang dikenakan Viola. Sehingga kini, kepala Arkan sudah berada di dalam kaus Viola, pria itu berusaha membuka bra yang dikenakan Viola.
"Susah," ucap Arkan setelah keluar dari dalam kaus, pria itu menatap Viola dengan bibir yang mengerucut.
"Di kamar aja yuk," ajak Viola tangan wanita itu mengelus rambut Arkan penuh kasih sayang.
"Disini aja," setelah berucap Arkan langsung menyambar bibir Viola dan mencium wanita itu dengan buas.
Tangan keduanya juga tidak tinggal diam, sehingga kini Viola dan Arkan sama-sama telanjang. Keduanya mulai menyatu, desahan dan erangan keduanya mengisi kekosongan rumah.
...
Maaf ya segini dulu, kemarin ada yang nagih dan baru selesai revisi segini. Sibuk banget akhir-akhir ini, banyak tugas.
Endingnya gmn ya, bingung mau buat happy ending atau sad ending...
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKAN
Teen FictionAda beberapa part yang sudah di revisi. *** Lalu sedetik kemudian Viola membelalakkan matanya saat wajah Arkan yang semakin dekat dengan wajahnya. Lalu ia bisa merasakan lidah hangat milik Arkan menyapu bibirnya dengan lembut. Sedangkan Arkan, terke...