Seorang perempuan menangis tersedu-sedu, di dalam kamar yang gelap, tangan perempuan itu mencari sebuah benda yang ia butuhkan. Setelah mendapatkan benda tajam yang ia cari, perempuan itu menyayat lengannya.
Darah mengucur, tapi perempuan itu terus menyayat seakan ia tidak merasakan sakit. Diiringi tangisan yang semakin pilu, perempuan itu menatap kamar gelapnya. Lalu sedetik kemudian ia tertawa, menertawakan hidupnya yang ternyata begitu buruk.
"Sial, dari awal gue seharusnya bunuh lo," ucap perempuan itu dengan nada kesal.
Perempuan itu melemparkan silet yang masih di genggamnya, darah semakin mengucur karena silet yang ia genggam tadi melukai telapak tangannya.
"Viola, tunggu gue."
—
Sudah satu jam Viola dan Arkan merebahkan diri di sofa, dengan Arkan yang masih menyusu di payudara Viola. Membuat payudara gadis itu sedikit sakit, karena Arkan sesekali menggigit putingnya.
"Udahan," ucap Viola sambil menarik puting payudaranya dari dalam mulut Arkan.
Pria itu cemberut, "Masih belom puas," ucapnya sambil membenamkan wajahnya di antara payudara Viola.
"Gak, ambilin tisu sana," suruh Viola sambil mendorong kepala Arkan untuk menjauh dari payudaranya.
"Pelit," Arkan mengomel karena aktifitas menyusunya terhenti, tapi pria itu tetap mengambil tisu untuk Viola.
Setelah membersihkan payudaranya, Viola mengancingkan kemejanya. Ia menatap Arkan yang saat ini duduk di sofa single, sambil melipat tangannya di depan dada.
"Ayo ketemu Raka," ajak Viola.
"Males, sendiri aja sana," ucap Arkan.
"Okey," ucap Viola sambil berjalan menuju kamar.
"Aku antar!" Kesal Arkan menyusul Viola yamg sudah masuk ke dalam kamar.
Seketika pria itu terdiam, menatap Viola yang saat ini hanya memakai celana dalam. Gadis itu menungging karena mencari baju-baju milik istri Arkan, setelah menemukannya dengan santai Viola memakainya.
Tanpa menyadari tatapan Arkan, pria itu menjilat bibirnya menatap lapar Viola. Baru saja ia akan melangkah dering telepon membuat pria itu mengurungkan niatnya.
"Halo?"
"Sebentar lagi," ucap Arkan lalu mematikan sambungannya sepihak, entah apa yang dibicarakan.
"Siapa?" Tanya Viola yang saat ini sudah rapih, berjalan menuju Arkan.
"Orang rumah, mereka udah mau pulang karena udah sore," jelas Arkan sambil menatap penampilan Viola.
Pria itu melotot saat melihat rok yang dipakai Viola begitu pendek, Viola yang tau Arkan akan melarangnya segera menutup mulut pria itu. Menyuruh Arkan untuk segera mengganti pakaiannya."Ayo berangkat," mereka pun berangkat menuju kediaman Arkan.
Setelah menempuh beberapa menit, mereka sampai di kediaman pria itu. Dari teras, Raka sudah berteriak kegirangan saat melihat mobil Arkan, bahkan anak itu ingin berlari jika tidak dicegah oleh babysister.
"Halo jagoan Papa," sapa Arkan pada anaknya yang dibalas semangat oleh bayi itu.
"Pappa!!!"
"Mmmma!"
Viola tersentak saat Raka menarik tas yang berada di tangannya, sambil memanggilnya. Gadis itu tersenyum lalu membawa Raka ke dalam gendongannya, dan mereka sibuk bercanda sambil memasuki rumah. Meninggalkan Arkan yang sedang terdiam karena dirinya ditinggal oleh Viola.
"Ngapain? Sini!" Suruh Viola saat menyadari Arkan tidak ikut masuk ke dalam rumah.
"Mau makan? Kita belum makan," tanya Viola sambil memegang dot susu yang sedang diminum Raka.
"Mau, laper banget," jawab Arkan sambil mengelus perutnya.
"Yaudah, sono masak," ujar Viola menatap Raka yang berada di pelukannya.
"Nanti belajar masak ya," ucap Arkan sambil mengacak rambut Viola gemas, sebelum menuju dapur.
Tidak. Arkan tidak memasak, ia menyuruh pembantunya untuk memanaskan makanan yang tadi orang rumah makan.
"Raka tidur?" Tanya Arkan saat kembali ke ruang tamu, dia bisa melihat dua orang yang dia sayang sedang tertidur.
"Maaf ya buat lelah semalam," ujar Arkan lalu mencium kening Viola.
Pertama, Arkan memindahkannya Raka ke dalam kamarnya, lalu selanjutnya memindahkan Viola. Gadis itu benar-benar kelelahan, bahkan ia sedikit mendengkur karena terlalu lelah. Ya bagaimana lagi, ia harus melayani nafsu gila duda satu ini. Arkan kembali turun ke bawah, ia akan makan karena dirinya benar-benar lapar.
Baru saja Arkan akan menyuap nasi, suara tangisan Raka membuat pria itu segera berlari ke kamar anaknya. Saat sampai disana, ia melihat Viola yang sedang menggendong anaknya, rambut yang acak-acakan membuat kadar keseksian Viola meningkat.
"Raka kenapa? Masi haus?" Tanya Viola sambil menimang Raka yang masih menangis.
"Ajak makan aja, dia belum makan," seru Arkan yang sedari tadi diam memperhatikan Viola.
Viola mengangguk, ia berjalan menuju dapur menyusul Arkan yang sudah berjalan di depannya. Saat sampai di dapur banyak sekali makanan, ia jadi lapar namun ia gengsi.
"Sini," suruh Arkan kepada Viola untuk mendekat kearahnya.
"Apa?" Tanya Viola saat di dekat Arkan, pria itu menyuruh Viola untuk di pangkuan Arkan.
"Gak," tolak Viola sambil mengambil kursi dan duduk di samping Arkan.
Setelah duduk, Viola mulai menyuapi Raka dengan buah pisang yang sudah dihancurkan. Semua kegiatan Viola tidak luput dari pandangan Arkan, pria itu menatap Viola dengan cinta.
Arkan menutup mata Raka dengan satu tangan, satu tangannya lagi menarik wajah Viola untuk mendekat kearahnya. Dengan lembut Arkan menempelkan bibir keduanya, melumat bibir Viola dengan lembut.
Masih dengan nafas yang belum teratur, Arkan menatap Viola dalam. Arkan menyatukan kening keduanya, mereka saling tatap. Sampai Arkan mengaduh karena tangannya dipukul oleh Raka.
Ia mengalihkan pandangannya ke arah Raka yang mengintip dari sela-sela jarinya. Membuat Arkan segera melepaskan tangannya, lalu menatap tajam Raka. Bayi itu tertawa, dan Arkan semakin berdecak kesal.
Dengan kesal Arkan memakan makanannya, sambil sesekali menyuapi Viola, dan gadis itu lanjut menyuapi Raka.
—
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKAN
Teen FictionAda beberapa part yang sudah di revisi. *** Lalu sedetik kemudian Viola membelalakkan matanya saat wajah Arkan yang semakin dekat dengan wajahnya. Lalu ia bisa merasakan lidah hangat milik Arkan menyapu bibirnya dengan lembut. Sedangkan Arkan, terke...