Hari ini, hari kelulusan Viola setelah beberapa Minggu kemarin dia disibukkan dengan berbagai ujian. Setelah kejadian waktu itu tepatnya di kediaman Arkan, ia juga tidak pernah bertemu dengan duda tampan itu.
Dengan seragam putih abu-abunya, dan rambut yang sudah ditata rapi, Viola berjalan ketengah lapangan menyusul teman-temannya. Rencananya hari ini, ia akan memutuskan hubungannya dengan Fadil, karena menurutnya hubungan ini sudah semakin tidak sehat.
Bayangkan saja, Fadil tidak memberinya kabar selama 5 hari berturut-turut. Ditambah lagi, banyak rumor Fadil tengah dekat dengan seorang perempuan, dan sikap lelaki itu saat berpapasan dengannya seolah mereka orang asing, cih.
"Sahabat gue cantik banget!" Puji Khansa saat melihat Viola berjalan kearahnya.
Khansa memeluk Viola sejenak, dan menarik tangan Viola untuk berkumpul dengan teman-temannya yang lain. Hari kelulusan kali ini, kedua orang tua Viola tidak bisa datang karena kesibukan mereka.
"Cantik banget pacar aku," puji Fadil sambil merangkul Viola, sedangkan gadis itu hanya tersenyum.
Pembicaraan pertama setelah beberapa hari.
"Setelah ini ada yang mau aku omongin," Viola sambil mendongak menatap Fadil yang lebih tinggi darinya.
"Iya sayang," jawab Fadil.
Setelah itu mereka asik bercanda, sambil menunggu perintah dari guru untuk menyuruh mereka memasuki aula. Tak lama kemudian, mereka semua berjalan menuju aula setelah seorang guru memberikan perintah kepada seluruh murid kelas 12.
Mereka pun duduk di kursi yang sudah diberi nama mereka masing-masing. Pengumuman kelulusan pun dimulai, berjalan dengan tenang, dan haru. Bahkan ada beberapa anak yang berlari menuju kursi belakang tepatnya kursi para wali dari semua murid, untuk memeluk kedua orangtuanya.
"Lo langsung pulang Vi?" Tanya Khansa, mereka baru saja keluar dari aula tempat acara berlangsung tadi.
"Iya, Fadil dimana?" Viola mengedarkan pandangannya mencari Fadil yang tak kunjung menampakkan batang hidungnya.
"Tadi dia bilang ke deket gudang gitu," sahut Bimo.
"Ngapain?"
"Mana gue tau," jawab Bimo.
"Gue cari Fadil dulu," ucap Viola sembari berjalan menuju gudang sekolah.
Suasana sepi, karena memang semua orang sedang berada di lapangan untuk berfoto. Sayup-sayup Viola mendengar suara, ia yakin itu suara Fadil. Dengan senyuman yang melekat di bibirnya Viola berjalan mengendap-endap.
"Horny lo?"
"I--ya"
Plak!
"Jawab yang bener!"
"Iya sayang,"
"AKH"
"Shit! Lo udah gue masukin berkali-kali masih tetep sempit!"
"Ah"
Viola tercenung mendengar suara desahan mereka yang semakin keras. Gadis itu tersenyum miring, ia keluar dari tempat persembunyiannya, dilihatnya Fadil sedang bercinta dengan salah satu teman kelasnya, Viola berdecih jijik.
"Gak punya duit buat ngamar?" Ucap Viola, saat desahan dari wanita tersebut semakin keras, membuat Viola jijik.
"Sa—yang," ucap Fadil gugup.
"Bagus deh, gue gak perlu basa-basi ya, kita putus," kata Viola sambil terus menatap Fadil dan temannya dengan tatapan jijik.
"Vi, lo salah paham," perempuan itu bangkit dari posisi tidur dan membenarkan pakaiannya.
"Caca, gue udah tau kelakuan lo diluar sana, dasar jalang!"
"Kita putus, gak ada hubungan lagi," lanjut Viola lalu gadis itu membalikkan badannya dan berjalan kearah lapangan tanpa menghiraukan panggilan dari Fadil.
"Udah ketemu sama pacar lo?" Tanya Khansa saat Viola kembali.
"Mantan," ralat Viola sambil tersenyum miring menatap Khansa yang tercengang.
"WHAT?!"
"Gue pulang dulu, duluan."
"Lo utang cerita ya!"
Khansa menghela nafas lega, akhirnya Viola keluar dari hubungan toxic itu. Lelaki brengsek seperti Fadil tidak cocok dengan Viola yang berhati lembut. Sudah banyak kali ia melihat Fadil keluar masuk hotel bersama perempuan berbeda hampir setiap harinya.
Pernah sekali, ia memergoki Fadil sedang bercinta di UKS dengan anggota PMR yang sedang berjaga.
"Gue seneng lo terlepas dari cowo brengsek kayak dia," batin Khansa.
—
Setelah sampai rumah, Viola langsung saja menghempaskan tubuhnya di kasur. Ia mengecek ponselnya dilihat Arkan sama sekali belum mengirimkan dirinya pesan.
Sesekali Arkan membuat story tentang Raka yang belajar duduk sampai merangkak. Menghela nafas pelan, Viola sedikit merasa bosan, dan entah kenapa pikirannya selalu tertuju kepada Arkan.
Umurnya dengan pria itu terlampau jauh, bagaimana bisa ia berfikir bisa menikahi pria mapan seperti Arkan. Sedangkan dirinya, baru saja dinyatakan lulus beberapa jam yang lalu, dan mungkin orangtuanya akan marah.
"Bosen banget," Viola menghela nafas frustasi.
Setelah itu, Viola bangkit dari duduknya, gadis itu masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Lalu, ia memakai pakaian cantik, saat keluar kamar dilihatnya kedua orangtuanya sedang berbincang di ruang tamu.
"Hai sayang," sapa Karin ibunya.
"Hai Ma," balas Viola.
"Papa udah dengar tentang hasil ujianmu disekolah, sungguh memuaskan," ucap Geral sambil mengelus rambut putrinya.
"Terimakasih,"
"Kamu akan lanjut ke mana?"
"Aku gak tau," ujar Viola sambil sedikit merengek.
"Bagaimana jika kamu ikut kami saja? Kita akan tinggal di Amerika, dan ibumu akan bekerja dari rumah, sehingga ia bisa menemani setiap saat," ujar Geral.
"Benarkah?!" Viola memekik senang, lalu ia memeluk Geral sambil mengangguk semangat.
"Aku akan ikut kalian," ujar Viola.
"Bagus, lusa kita akan berangkat. Bersiaplah honey," ucap Karin sambil mengecup pipi Viola.
"Kita akan istirahat terlebih dahulu, bye sayang."
Setelah kepergian kedua orangtuanya, Viola menghela nafas lagi. Ia sedang berdebat dengan batinnya. Tentu saja ia sangat senang akan tinggal bersama kedua orangtuanya. Tapi, ia akan merindukan duda tampannya, dan jangan lupakan bayi kecil lucu itu.
"Mungkin keputusanku sudah tepat."
—
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKAN
Teen FictionAda beberapa part yang sudah di revisi. *** Lalu sedetik kemudian Viola membelalakkan matanya saat wajah Arkan yang semakin dekat dengan wajahnya. Lalu ia bisa merasakan lidah hangat milik Arkan menyapu bibirnya dengan lembut. Sedangkan Arkan, terke...