2 bulan kemudian...
Waktu berjalan begitu cepat, Arkan dan keterpurukannya tidak berubah, masih kacau, kehilangan wanita yang dicintainya karena memang kesalahannya sendiri.
Raka dan kantor.
Hanya itu yang dipikirkan oleh Arkan akhir-akhir ini, demi menutupi rasa sedihnya, selama 2 bulan ini juga ia tidak melihat Viola. Tertawa miris sambil menyesap kopinya, untuk apa Viola mencari pria brengsek sepertinya?
Arkan setiap hari berdoa, agar Viola bisa bahagia dan mempunyai pasangan yang lebih baik darinya. Sebenarnya ada rasa tak rela jika Viola bersama orang lain, namun apa yang ia harapkan dari hubungannya dengan Viola saat ini.
Arkan sangat yakin, wanitanya ralat maksudnya perempuan itu tidak akan mau untuk menemuinya lagi. Viola bukan lagi wanitanya, Viola bukan lagi miliknya, eh atau memang dari awal ia tidak memiliki Viola. Lagi-lagi terdengar tawa miris dari bibir Arkan.
"Masih mikirin Viola?" Rezi, sahabat sekaligus sekertaris barunya, memasuki ruangan Arkan tanpa mengetuk.
Sudah biasa.
"Iya, siapa lagi yang harus gue pikirin? Mak lo?" Sewot Arkan dengan tatapan kesalnya pada Rezi.
"Boleh tuh, ntar gue jadi anak lo dapet warisan banyak."
"Om Tom galak, males gue mikirin mak lo," Arkan kembali menyesap kopinya.
"Lo udah dapet info tentang kampus Viola?" Lanjut Arkan kali ini dengan mimik wajah yang serius.
"Udah, dua minggu lalu mereka MOS terus yang gue tau Viola masuk jurusan Bisnis," jelas Rezi sambil menyerahkan map yang berisi data-data ia dapatkan.
"Dia lagi deket sama anak FK," lanjut Rezi sambil mengambil permen yang selalu tersedia di meja Arkan.
"Gavin Damareno," gumam Arkan sambil tangannya meremas map berisi data tentang Gavin.
"Keluarga Damareno lebih kaya dari lo, pinter juga Viola cari calon suami, lo-"
Bukkkk
Map tebal yang berada di meja Arkan melayang mengenai wajah Rezi, membuat ucapan Rezi terpotong. Walaupun merasa sedikit perih, Rezi tetap tertawa renyah dengan sedikit meringis.
"Mangkanya jadi orang jangan brengsek banget dong," Rezi langsung berlari keluar menghindari amukan Arkan yang ingin meledak.
"Sialan!"
—
Viola berjalan menyusuri studio photoshoot tempat Kefi bekerja hari ini, laki-laki itu mendapat tawaran kerjasama dari salah satu perusahaan boxer terkenal. Tentu Kefi selaku pecinta boxer langsung menandatangani kontraknya, dan hari ini Viola menemani Kefi photoshoot.
"Vi, sini!" Panggil Kefi membuat Viola langsung memutar langkahnya menuju laki-laki itu.
"Olesin minyak zaitun ini ya," Kefi memberikan satu botol minyak zaitun dan langsung diterima oleh Viola.
"Olesin dimana?" Tanya Viola bingung sambil menatap seluruh tubuh Kefi yang saat ini hanya memakai boxer.
"Badan atas aja."
Dengan sedikit gugup, Viola mulai menuangkan minyak zaitun di tangan dan mengoleskannya di lengan Kefi. Beberapa tatto yang berada di tubuh Kefi membuat Viola sedikit salah tingkah, wajahnya memanas saat merasakan otot-otot tubuh Kefi yang keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKAN
Teen FictionAda beberapa part yang sudah di revisi. *** Lalu sedetik kemudian Viola membelalakkan matanya saat wajah Arkan yang semakin dekat dengan wajahnya. Lalu ia bisa merasakan lidah hangat milik Arkan menyapu bibirnya dengan lembut. Sedangkan Arkan, terke...