48. Lamaran lagi

5.3K 241 12
                                    

Sambil menunggu Arkan yang sedang menidurkan anaknya, Viola merebahkan dirinya di sofa. Hari ini ia cukup penat, kakinya bengkak karena banyak berjalan, seluruh badannya terasa pegal.

Baru saja ingin memejamkan mata, pintu kamar terbuka membuatnya membuka mata kembali dan langsung disambut oleh manik mata Arkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Baru saja ingin memejamkan mata, pintu kamar terbuka membuatnya membuka mata kembali dan langsung disambut oleh manik mata Arkan. Keduanya saling tatap dengan diam, Viola bangkit dari posisi tidurnya menjadi duduk, kemudian Arkan menyusul duduk disebelahnya.

"Aku–"

Drtttt

Ponsel milik Viola di atas meja berdering, membuat sang pemilik segera mengambilnya. Saat melihat nama sang penelepon, Viola berdecak kesal, ia lupa memberi tau kedua orangtuanya, pasti foto-foto itu telah menyebar.

"Kenapa?" Arkan menatap Viola khawatir.

"Lupa ngasih tau Mama sama Papa kalau lagi hamil," jelas Viola sambil tangannya menggapai ponsel miliknya yang terus bergetar.

"Ha?" Arkan tercengang, bisa-bisanya kedua orang tua Viola tidak tau tentang kehamilan anaknya, Viola juga pandai menutupi kehamilannya.

"Gak usah dibahas, balik ke topik awal," Viola bersedekap dada, menatap Arkan kesal.

Sambil terkekeh pelan, Arkan mengurung Viola diantar kedua tangannya, sadar akan posisi yang begitu intim. Viola berusaha mendorong tubuh Arkan yang lebih besar dari tubuhnya, tapi sia-sia, ia sekarang hanya pasrah menunggu apa yang akan Arkan lakukan.

"Kangen," lirih Arkan sambil menjatuhkan kepala tepat di belahan dada Viola.

"Hm," batuk Viola kecil, merasa gugup karena nafas hangat Arkan tembus mengenai kulitnya.

"Kamu gak kangen aku?" Arkan mengangkat kepalanya, menatap Viola dengan mata yang memelas.

"Minggir sana!" Viola memalingkan wajahnya, enggan menatap Arkan yang sedikit menggemaskan.

Dengan kurang ajarnya, Arkan menjilat dan menghisap leher Viola hingga timbul bercak keunguan, tak sampai disitu kepalanya semakin masuk diantar belahan dada Viola.

"Ah!"

Arkan mengigit puting Viola yang timbul pada daster tipis milik perempuan itu, tak sampai disitu saja, Arkan meremas kedua payudara Viola yang semakin padat.

"Udah keluar ya?" Tanya Arkan sambil terus meremas payudara Viola, sedangkan sang empu berusaha menutupi wajahnya yang memerah.

"Ah, keluarh ap—AH!"

Arkan menghisap rakus dada Viola, asi keluar dari sana membuat Arkan semakin semangat, bahkan tak urung ia menggigit kecil puting itu. Viola pasrah dibawah Arkan, mendesah keenakan karena jujur saja payudaranya beberapa hari ini terasa berat dan sangat tidak nyaman.

"Emmnak!" Seru Arkan sambil terus menghisap, tangannya yang kiri meremas payudara Viola yang satunya, sedangkan tangan yang kanan mengusap perut Viola yang membuncit.

ARKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang