46. Gavin?

4.7K 262 7
                                    

Semenjak 2 bulan kehamilannya, Viola memutuskan untuk tinggal sendiri disebuah apartemen yang kebetulan dekat dengan kampusnya. Itu juga sebagai alasan kepada orangtuanya, Viola masih tidak berani untuk mengakui bahwa dirinya tengah hamil.

Entah ia harus bersyukur atau mengutuk sel telurnya yang begitu cepat berkembang hingga berbuah dua.

Pagi ini, ia harus berangkat ke kampus untuk mengumpulkan tugas yang diberikan dosennya. Dengan memakai baju yang sedikit kebesaran dan kulot, Viola berjalan memasuki kampus menuju ruang dosen.

"Hai," sapa seorang laki-laki dengan kemeja hitamnya.

"Hai! Kamu ada urusan apa di fakultas bisnis?" Viola bertanya kepada Gavin, mereka berdua berjalan bersisian.

"Mau ketemu calon istri," jawab Gavin.

Viola mengerutkan keningnya, Gavin punya calon istri? Yah, saatnya blacklist Gavin dari jajaran calon suami.

"Kamu," ucap Gavin tiba-tiba membuat Viola menghentikan langkahnya dan menatap bingung Gavin.

"Aku kenapa?" Tanya Viola sambil mengerjapkan matanya bingung.

"Kamu calon istri aku," Gavin mengusap rambut Viola pelan sambil tersenyum lebar.

Duh, jantung adek mau meledak bang...

"HAHAHA"

"HAHAHA"

"HAHAHA"

Tawa garing dari Viola membuat Gavin memudarkan senyumnya dan menatap takut Viola.

DEMI TUHAN, GAVIN SEKARANG MERASAKAN BULU KUDUKNYA BERDIRI!

Dengan pelan Gavin menyentuh lengan Viola, membuat perempuan itu menghentikan tawanya dan menatap Gavin kosong. Sepertinya ketakutan Gavin benar terjadi, Viola kesurupan!

"Vi," Gavin memanggil pelan sambil melambaikan tangannya di depan wajah Viola.

Puji Tuhan, akhirnya Viola mengerjapkan matanya dan menatap Gavin sambil tersenyum tipis.

"Aku calon istri kamu?" Viola buka suara untuk pertama kali, setelah kesurupan.

"I-i-ya," ujar Gavin dengan sedikit gagap.

Viola semakin melebarkan senyumnya, tangannya terulur memegang kedua bahu Gavin dengan sedikit berjinjit. Menepuk kedua bahu kokoh itu, lalu berlalu pergi begitu saja meninggalkan Gavin yang melongo.

"Dia—masih kesurupan?"

Sambil membuka tabletnya, Arkan sesekali menatap sekelilingnya, mencari sang pujaan hati yang tak kunjung terlihat. Keberadaan Arkan di kampus, tentu membuat banyak orang bertanya-tanya.

Dengan masih memakai pakaian formal, wajahnya yang tampan tapi tidak sampai mengalahkan dewa, mobil mahal yang habis ia curi, kacamata hitam yang baru saja ia beli di toko mainan.

Huftt

"Bini gue lama banget dah munculnya," gerutu Arkan sambil memasukkan tabletnya ke dalam mobil. Melemparkan nya begitu saja, biarlah rusak ia bisa mencuri lagi.

Tepat setelah ia melihat kearah lobi kampus, Viola nampak berjalan sendirian menuju keluar kampus. Pakaiannya yang serba kebesaran membuat Arkan keheranan, tumben sekali.

Viola yang ia kenal selalu memakai pakaian seperti bikini, pakaian anak bayi yang kekecilan hingga membuat lekuk tubuh Viola terlihat, pakaian kurang kain yang menampakkan tubuh putih mulus perempuan itu.

ARKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang